Chapter 9 : Zola and Julia

81K 8.5K 177
                                    

Jangan lupa vote 😚

Wajib ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen 😂 biar author semangat update chapter selanjutnya 🔥


Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan ya 😙

♾♾♾

"Awhh...perih." Rintih Sera saat lukanya di bersihkan. "Pelan-pelan."

"Baik, Ma'am." Ujar dokter yang menangani Sera.

"Mau di apakan?" Pekik Sera kemudian.

"Sebelum di jahit harus di bius terlebih dahulu, Ma'am." Ujar dokter dengan tangan memegang jarum suntik.

Sera mengibaskan tangannya, "Tidak mau, Dok. Tutup saja dengan perban."

"Luka anda cukup dalam, Ma'am. Jika tidak di jahit akan menimbulkan Fasciitis nekrotikans, Selulitis dan Tetanus."

"Apa itu?" Sera tidak memahami istilah kedokteran yang baru saja dikatakan dokter.

"Fasciitis nekrotikans dan Selulitis adalah infeksi parah pada jaringan lunak yang dapat disebabkan oleh beragam jenis bakteri. Tetanus dapat menyebabkan kekakuan rahang dan leher, kejang, hingga...," Dokter tidak melanjutkan perkataannya.

"Hingga apa?"

"Hingga kematian." Zola yang menyahuti.

"Benarkah?" Sera bertanya pada dokter.

Dokter pun mengangguk. Mata Sera mendelik, ia baru saja hidup kembali mana mungkin mau mati secepat ini.

"Apa tidak ada bius semprot atau yang lain?" Cicit Sera kemudian seraya melirik jarum suntik yang menyeramkan itu.

Zola menghela napas, ia lantas berdiri untuk mendekat. "Kenapa kau mengatur dokter? Biarkan dokter mengobatimu. Jangan manja dan jangan cengeng!"

"Usiamu sudah 23 tahun dan kau takut jarum suntik?" Tambah Zola seraya menatap wajah Sera.

"Yang namanya takut tidak memandang usia!" Dari posisi duduk di ranjang dengan kaki menggantung, Sera turun— ingin kabur dari sini. Bukan menenangkan, Zola justru memarahinya. Tentu saja membuatnya kesal.

Zola menangkap tubuh Sera, mengangkatnya untuk kembali duduk. "Lukamu akan infeksi jika tidak di jahit."

Dalam posisi berdiri Zola memeluk Sera. Meletakkan sisi wajah Sera agar bersandar ke tubuhnya. Menahan kepala Sera agar tidak bergerak.

Tangisan Sera tidak dapat dicegah lagi padahal dokter belum memulai apapun. Zola menghela napas kembali. Ia membimbing tangan Sera agar memeluknya.

Zola lantas memberi kode pada dokter agar segera memulai tugasnya.

"Permisi, Ma'am." Ujar dokter sebelum menyuntikkan obat bius.

Sera bergeming, memejamkan mata dengan erat. Tangannya memeluk pinggang Zola seakan ingin meremukkannya.

"Sakit." Sera terisak begitu jarum suntik menembus lukanya, semakin sakit saat cairan itu di suntikkan.

SerafinaWhere stories live. Discover now