Chapter 21 : Pregnant?

76.3K 7.4K 178
                                    

Jangan lupa vote 😚

Wajib ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen 😂 biar author semangat update chapter selanjutnya 🔥


Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan ya 😙

♾♾♾

Sera menghitung dalam hati. Jika Julia masih disana lalu ia keluar, maka Julia akan merasa menang. Ia harus segera keluar dari sini sebelum Zola mengetahui kedatangannya. Dirinya tidak memiliki alasan yang tepat jika pria itu bertanya. Tangannya menyentuh knop pintu, berniat mengintip Julia apakah wanita itu sudah pergi.

"Sera?" Suara Zola terdengar.

Tentu saja suara Zola barusan membuat Sera terkesiap, hingga keningnya terbentur pintu. Tangan kirinya mengusap kening, tangan kanannya mengusap dada.

Zola menghampiri Sera yang sekarang sedang membelakanginya. Ia baru saja keluar dari kamar mandi. Tidak menyangka ada Sera di dalam kamarnya.

"Kau membutuhkan sesuatu? Atau ada yang ingin kau bicarakan denganku?" Tanya Zola begitu tiba didekat Sera.

Sera menegakkan tubuh, mengubah ekspresinya sesantai mungkin. Ia lantas membalikkan badan, menatap Zola dari atas hingga bawah. Zola sedang bertelanjang dada dengan handuk yang melilit di pinggang. Sangat tidak ramah untuk penglihatannya.

Sera berdehem kecil, kemudian mengembangkan senyum bodohnya. "Zola, sepertinya aku salah masuk kamar." Ia membalikkan badan kembali, berniat keluar dari kamar Zola.

Tangan Zola lebih cepat menutup pintu itu. Mencegah Sera keluar. Zola bergerak perlahan, menghalangi Sera agar menyingkir dari pintu. Sera pun ikut bergeser hingga posisi mereka berbalik, Zola berdiri tepat dibelakang pintu.

"Salah masuk kamar ya?" Zola berkata dengan mata berpusat pada lawan bicaranya.

"Ya. Salah kamar." Sera tertawa garing, menggulirkan mata ke arah lain. "Astaga, bagaimana bisa aku salah kamar." Sera memukul kepalanya sendiri.

Zola hanya membisu seraya memperhatikan tingkah laku Sera.

"Bisakah kau menyingkir? Aku harus bersiap-siap. Kau mau mengajakku makan malam diluar kan?" Beo Sera.

Zola justru menggelengkan kepala, tidak ingin menyingkir dari posisinya.

"Aku sudah tidak tahan ingin buang air kecil." Sera berpura-pura, berekspresi seperti orang kebelet.

Telunjuk Zola mengarah ke kamar mandi, "Kau bisa menggunakan kamar mandiku."

Sera berkomat-kamit kesal karena salah memilih alasan. "Ah, kebetulan aku sudah lapar. Kita harus segera berangkat."

Zola mengangguk, "Alasan itu lebih baik dari sebelumnya."

"Ya sudah. Minggir." Sera menggerakkan tangannya, memberi isyarat agar Zola tidak menghalangi pintu.

"Aku pikir, kedatanganmu karena kau akan pindah ke kamar ini." Zola tidak menghiraukan perkataan Sera sebelumnya.

"Tidak." Sera tertawa kecil.

SerafinaWhere stories live. Discover now