PROLOG

17.2K 562 203
                                    

absen dulu, kalian tau cerita ini dari mana?

absen dulu, kalian tau cerita ini dari mana?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Gimana ini bisa terjadi, Alara?"

"Seharusnya kamu bisa menjaga kehormatan kamu sebagai seorang perempuan!"

"Memalukan!"

Senja yang nampak menghiasi langit sore di kota Jakarta terlihat begitu memukau. Lembutnya suara angin yang berhasil ditangkap indra pendengaran—tak mampu menghilangkan kekacauan di kepala. Tatap matanya saat ini terlihat kosong, seolah tak ada kehidupan apa pun di dalam sana.

Jika dulu Jakarta adalah tempat favorite-nya, maka untuk kali ini Alara berani mengatakan bahwa dirinya membenci Jakarta dan seisinya. Tempat ini tidak lagi memberikannya tenang, tidak lagi memberikannya kebahagiaan. Dan, ya, Jakarta telah mampu mengubah seluruh hidupnya hanya dalam satu malam.

Helaan napas akhirnya berhasil lolos dari mulut Alara. Matanya memejam dengan kedua tangan saling mengepal erat. Gemuruh di dadanya semakin terasa kuat meski ia berulang kali mengabaikan. Satu kakinya melangkah maju dengan ragu hingga melayang di udara. Dan pada detik itu pula, segala memori terus berkeliaran dengan kurang ajar di dalam benaknya. Bagaimana tatap mata teduh dengan pelukan hangat sang Mama yang selalu berusaha merengkuhnya. Bagaimana dukungan sahabat terus menyertai. Dan juga bagaimana cara Zergan yang tersenyum padanya dengan tulus, bagaimana cara Zergan menggenggam tangannya demi meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja. Tetapi, anehnya Alara justru ingin menghindar.

Alara ingin lari dari semua masalah yang terjadi. Sekalipun harus dengan cara yang salah, sekalipun pada akhirnya ia tak akan pernah diterima oleh bumi. Namun, untuk saat ini hanya tenang yang ia inginkan.

Kepalanya mengangguk sekali, seolah yakin dengan keputusannya saat ini. Alara bersiap untuk menjatuhkan dirinya dari atap gedung perusahaan milik sang Papa. Tak peduli dengan bagaimana bentuk jasadnya nanti. Tak peduli jika ia akan hancur ketika berhasil menghantam jalanan beraspal di bawah sana.

Selang beberapa detik, Alara berteriak kencang. Ia masih belum berani membuka mata, tetapi ini rasanya tidak sakit. Kerutan halus akhirnya tercipta di dahinya kala merasakan pelukan dari seseorang, hingga akhirnya kedua kelopak mata itu terbuka. Pemandangan pertama yang ia dapatkan adalah wajah panik sekaligus marah hingga membuatnya memerah—dari seorang cowok yang tak asing lagi di matanya.

"Lo gila, ya?"

Itu bukan Zergan, tetapi Zargan. Cowok itu akhirnya melepaskan tangan yang semula memeluk Alara dengan tulus. Ia membersihkan jaket pada ujung sikunya yang terkena debu rooftop. Sementara Alara masih terpaku, mulutnya membungkam dengan bisu. Seolah tak ada kata yang ingin keluar dari sana.

"Lo pikir bunuh diri bisa menyelesaikan masalah? Lo pikir Tuhan suka ngelihat lo kayak gini? Lo pikir nggak akan ada orang yang sedih kalo kehilangan lo?"

Alara bisa menangkap dengan jelas amarah tertahan di dalam diri Zargan. Hingga cowok itu menghela napas dan merah di wajahnya perlahan menghilang. Rahang yang semula terlihat menegang kini sudah kembali normal.

Zargan ; ANNOYING HUSBAND ✔Where stories live. Discover now