35 | Damai

2.4K 155 21
                                    

Alara memutuskan untuk duduk pada kursi yang berada di koridor rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alara memutuskan untuk duduk pada kursi yang berada di koridor rumah sakit. Ia terus merapalkan doa agar ketika dokter selesai menangani Zargan, kabar baik yang akan ia dengar. Sesekali Alara melihat ke arah pintu UGD yang masih tertutup, sementara air matanya belum berhenti mengalir. Tak berselang lama, kursi di sebelahnya terisi. Usapan lembut pada punggungnya membuat Alara menoleh dan mendapati Kiara di sana.

Alara langsung menjatuhkan kepalanya pada pundak Kiara, kemudian menangis sejadi-jadinya.

"Mama ... Ara takut Zargan kenapa-kenapa. Tadi, tubuh Zargan penuh banget luka, Mama. Ara nggak mau kehilangan Zargan."

Tangan Kiara berpindah pada kepala Alara, membelainya dengan begitu lembut untuk memberikan Alara ketenangan.

"Mama yakin Zargan akan baik-baik aja. Sekarang, kan, dokter masih berusaha memberikan penanganan yang terbaik buat Zargan, kamu berdoa aja biar hasilnya juga nggak mengecewakan."

"Ini semua salah Ara, Mama. Ara egois banget."

Xander yang sejak tadi berdiri di dekat pintu, memutuskan untuk menghampiri Alara.

"Kenapa Zargan bisa pergi malem-malem?"

Alara menegakkan posisi duduknya, menghapus sisa-sisa air mata di pipinya, dan meninggalkan penampilan bengkak pada matanya.

"Abis berantem sama Ara."

"Kenapa lagi?!" Suara Xander terdengar sedikit meninggi. Pria itu memang tidak suka jika sering terjadi pertikaian antara Alara dengan Zargan.

"Ara yang salah."

"Iya, emang kamu adalah sumber dari semua permasalahan kamu dan Zargan. Berantem karena apa lagi kamu?"

Kali ini, Alara tidak berani untuk menatap Xander. Ia menundukkan kepalanya dan menjawab pertanyaan itu dengan nada yang rendah. "Zargan lihat Ara pelukan sama Zergan dan nyium pipi Zergan. Ara juga baru abis jujur sama Zargan, kalo selama ini Ara masih menjalin hubungan sama Zergan."

PLAK!

Tamparan keras mendarat pada pipi Alara, meninggalkan jejak kemerahan dan rasa perih yang menjalar di sekitar pipinya. Namun, kali ini Alara tidak mempermasalahkan hal tersebut karena tamparan yang diterimanya, pasti tidak sebanding dengan rasa sakit Zargan setelah melihatnya berinteraksi lebih dengan Zergan.

"Harga diri kamu, tuh, di mana, sih, Alara?! Kamu harusnya malu, Zargan cowok baik-baik, tapi mau menikahi cewek yang hamil di luar nikah! Saya juga tahu kalo selama ini Zargan kerja, 'kan? Fasilitas dia sampe dicabut cuma karena memilih buat nikah sama kamu, 'kan? Dia tulus banget sama kamu, Alara! Dia juga sayang sama anak di dalam perut kamu itu!"

"Apa, sih, yang ada di dalam pikiran kamu? Sampe kamu tetep milih Zergan, harusnya walaupun kamu nggak punya perasaan sama Zargan, kamu bisa melihat ketulusannya dia!"

Zargan ; ANNOYING HUSBAND ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang