2 | Perjanjian tanpa Pilihan

5.1K 313 160
                                    

Tak ada kalimat penolakan yang keluar dari mulut cowok itu ketika Xander memberi keputusan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tak ada kalimat penolakan yang keluar dari mulut cowok itu ketika Xander memberi keputusan. Sementara atmosfer di ruangan luas ini seketika berubah. Sunyi, tegang, dan Alara benci itu. Alara bahkan sempat menahan napas hingga beberapa detik, sebelum embusan itu keluar secara perlahan, menciptakan suara halus namun terdengar penuh beban.

"Jadi, kamu setuju, 'kan?" Ada senyum merekah yang turut menghiasi wajah tegas milik Xander ketika kalimat tanya itu berhasil lolos.

Sejenak Alara menatap Zargan yang masih tak kunjung membuka suara. Membiarkan semua berjalan sesuai kehendak Xander, seolah tidak ada satu pun yang dapat membantahnya. Karena kalimat tanya itu lebih terdengar seperti pernyataan ; tegas dan memaksa.

Diam-diam Alara berharap Zargan mengatakan tidak atau sekadar menggeleng pelan. Namun, setelah hening cukup lama, anggukan justru Zargan berikan sebagai jawaban. Sontak saja, kedua bola mata Alara membelalak. Ia menggebrak meja kaca di hadapannya meski ia tak bisa berbohong bahwa rasanya lumayan sakit. Tetapi, perempuan itu menutupinya dengan kalimat marah yang siap memekakkan telinga.

"Aku nggak setuju!"

"Aku 'kan udah pernah bilang sama Papa, kalo aku nggak mau nikah muda! Zaman sekarang udah semakin modern, Pa, udah nggak sepantasnya pernikahan di usia belasan itu masih dilakukan!"

Tamparan lumayan keras akhirnya mendarat tepat pada pipi mulus milik Alara. Hingga jejak kemerahan itu masih tertinggal di sana, dan rasa perih sekaligus panas mulai menjalar juga sempat mengiris hatinya. Pertama kali dalam hidupnya menerima tamparan dari papanya sendiri. Ada raut kecewa yang tak bisa Alara tutupi, terlebih lagi saat ia tak bisa menemukan sedikitpun sesal di balik wajah papanya yang ikut memerah—menahan amarah.

Sementara itu, Zargan hanya bisa mematung. Menyaksikan bagaimana Alara menyentuh pipi yang baru saja usai menjadi korban dari amarah Xander. Dan juga bagaimana Kiara—Mama dari Alara ikut terpancing akibat tak terima putri semata wayangnya mendapatkan tamparan tersebut. Suara berisik akhirnya tercipta di antara keluarga kecil itu dan rasanya cukup mengganggu Zargan yang notabene, bukan siapa-siapa.

"Nggak usah kamu belain! Dia anak nggak tahu diri, udah bikin malu keluarga, tapi masih aja menentang keputusan saya!"

Deru napas Alara terdengar tak beraturan. Matanya menatap tajam ke arah sang Papa meski ada sakit yang ingin ditunjukkan melalui mata itu. Kedua tangannya saat ini sudah mengepal erat. Dan ia mengabaikan elusan lembut pada punggungnya yang jelas bersumber dari Kiara.

"Saya nggak mau kalo anak itu lahir tanpa Papa! Dan saya juga nggak mau ketika perut kamu mulai membesar, nggak ada yang bisa disebut sebagai suami!"

Terlihat bahwa mata Alara mulai memerah, berusaha sekuatnya untuk membangun benteng setinggi mungkin agar air mata itu tidak sampai lolos.

"Dan harus Zargan?" Suaranya terdengar sedikit gemetar, namun ia tetap mempertahankan dirinya untuk bersikap seolah dirinya baik-baik saja.

"Dari sekian banyaknya cowok di dunia ini, harus Zargan yang Papa pilih sebagai calon suami buat aku?"

Zargan ; ANNOYING HUSBAND ✔Where stories live. Discover now