30 | Tak Lagi Sama

2.4K 157 15
                                    

"Zargan, menurut kamu ini harus ditaro di mana?" Alara menunjukkan vas bunga cukup besar yang sudah terdapat tanaman

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Zargan, menurut kamu ini harus ditaro di mana?" Alara menunjukkan vas bunga cukup besar yang sudah terdapat tanaman. Alara memang memiliki hobi yang hampir sama dengan Isna, yaitu mengoleksi tanaman rias ataupun palsu di dalam rumah. Ditambah lagi dengan harga vas bunga yang lumayan mahal. Bedanya, vas bunga yang dibeli Alara tidak semahal vas bunga yang biasa dibeli Isna. Paling-paling ia hanya mencari model yang cantik saja.

"Di pojok ruang tamu lucu kali, ya?"

"Hmm."

Zargan hanya melirik sekilas ke arah Alara, netranya kembali fokus pada televisi yang sedang menampilkan acara berita. Sepertinya jiwa bapak-bapak di dalam diri Zargan sudah mulai tumbuh. Buktinya, ia memilih mengabaikan Alara dan asyik dengan berita yang sedang tayang.

"Zargan! Aku, kan, lagi minta saran. Terus ini juga berat, masa aku geser dari sini sampe ke pojok ruangan sendiri?! Kamu malah sibuk aja nonton berita, udah kayak bapak-bapak!"

"Kamu juga ribet, kayak emak-emak."

"Ish! Bantuin!"

"Zargan, Zargan, Zargan aja terus. Dari masih temenan sampe udah nikah, manggilnya Zargan aja terus. Nggak ada romantis-romantisnya banget jadi cewek." Zargan menggerutu seraya berdiri menghampiri Alara. Laki-laki itu kemudian mengangkat vas bunga milik Alara dan meletakkannya di pojok ruang tamu, seperti yang diinginkan Alara. Mulutnya masih saja sibuk menggerutu, mempermasalahkan panggilan yang selalu Alara ucapkan ketika sedang bersamanya. Mendengar hal itu, Alara tertawa lumayan keras.

"Terus mau aku panggil apa? Agan?"

"Emangnya anak kecil?! Agan, Agan, kayak panggilan Nenek."

Zargan kembali duduk di sofa, bibirnya masih tertekuk, tangannya sengaja dilipat di depan dada. Dari raut wajahnya, Zargan terlihat bad mood, tetapi Alara suka sehingga senyuman jahil terbit pada bibirnya. Alara ikut duduk di sebelah Zargan, mengambil camilan yang sengaja dibiarkan di atas meja.

"Kamu kenapa, sih, Zargan? Marah-marah aja. Di hari Minggu pagi ini, harusnya kamu penuh keceriaan, bukannya ngambek kayak gini."

Zargan langsung menoleh ke arah Alara, tatapan matanya terlihat tajam, tetapi Alara semakin ingin tertawa.

"Nggak mau dipanggil Zargan, Ara ...."

"Apa, sih? Itu, kan, nama kamu. Apa mau aku panggil Alger?"

"Panggil sayang atau apa gitu, biar kayak pasangan beneran. Aku nggak pernah sekalipun denger kamu manggil aku dengan sebutan itu."

"Zar, ini camilannya enak. Mau nyoba nggak?" Alara menyodorkan satu bungkus makanan ringan ke arah Zargan. Namun, hanya tatapan tajam yang ia dapatkan. Tak berselang lama, Zargan kembali merengek seperti seorang anak yang belum mendapatkan uang jajan.

"Ara ...." Zargan menggesekkan kedua kakinya di lantai hingga beberapa kali, sebelum memilih untuk menyandarkan kepalanya pada sisi sofa. Zargan terus memainkan jemarinya seraya merengek pelan.

Zargan ; ANNOYING HUSBAND ✔Where stories live. Discover now