19 | Perasaan Zergan

2.5K 177 21
                                    

"Kamu ngapain di sini, Ra?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kamu ngapain di sini, Ra?"

Alara terperanjat dan tidak sengaja menjatuhkan plastik kecil berwarna putih, yang di dalamnya terdapat beberapa obat luka. Netranya masih fokus pada Zergan, sementara bibirnya berusaha untuk mengulas senyuman. Alara menundukkan tubuhnya untuk mengambil obat yang jatuh. Ya, P3K dan antibiotik yang dimilikinya sudah habis sehingga Alara memutuskan untuk membelinya di apotek terdekat. Alara juga menolak tawaran Zargan untuk mengantarnya dengan alasan tidak ingin luka pada tangan Zargan semakin parah.

"Obat buat siapa? Kamu luka?"

Alara menggeleng pelan, tetapi masih belum berniat untuk beranjak.

"Kamu sendiri ngapain di sini?"

"Beli obat buat Mama. Belum sepenuhnya sembuh."

Alara mengangguk. "Aku belum ada waktu buat menjenguk Tante Isna lagi."

"Aku mau ngobrol bentar sama kamu, tapi nggak di sini."

"Aku nggak bisa, aku mau-"

"Sebentar aja, Ra. Kamu juga akhir-akhir ini jarang punya waktu buat aku, kita nggak sedekat dulu lagi, bahkan kita kayak bukan pacar. Terus sekarang kamu mau menghindar? Kamu nggak mau meluangkan sedikit aja waktu kamu buat aku?"

"Ya, udah. Di deket sini ada kafe, kita ngobrol di sana aja, tapi nggak bisa lama-lama."

Keduanya duduk di sudut kafe, minuman yang dipesan pun telah sampai sejak 5 menit yang lalu. Namun, belum ada satu pun yang membuka suara. Jemari Alara terus mengetuk-ngetuk meja di hadapannya meskipun ia tahu tindakannya itu mungkin saja akan membuat orang lain merasa risi. Ia masih fokus pada Zergan, tetapi pikirannya terus tertuju pada Zargan. Terlebih lagi, luka Zargan belum diobati sama sekali dan Alara takut hal itu akan membuatnya semakin parah.

"Mau ngomong apa, Gan? Aku nggak bisa lama-lama."

"Kamu sama Zargan ada hubungan apa?"

Bola mata Alara langsung melebar, sementara jauh di dalam kepalanya-berusaha keras untuk mencari jawaban yang masuk akal. Alara yakin, Zergan pasti sudah mulai merasakan perubahannya. Ia dan Zargan memang terlalu rutin bersama saat di sekolah, padahal dulu mereka dikenal sebagai makhluk yang nyaris tak pernah akur.

"Nggak ada."

"Kenapa waktu perut kamu sakit, kamu lebih memilih dibantu sama Zargan? Aku, kan, pacar kamu, Ra! Belum ada kata putus di antara kita, tapi sikap kamu berubah gitu aja. Kamu suka sama Zargan? Aku nggak apa-apa, asalkan kamu ada omongan dulu sama aku. Kamu mau hubungan kita tetep lanjut atau berhenti."

"Kamu, kan, tahu, gimana sayangnya aku sama kamu, Ra. Dulu kamu nggak gini, kamu nggak pernah menghindar dari aku."

"Setiap di sekolah juga kamu selalu sama aku walaupun kita beda kelas, tapi sekarang?" Zergan tertawa pelan. Lantas, memilih untuk tidak melanjutkan kalimatnya. Zergan membuang pandangan ke arah lain, sementara sesak sudah mulai Alara rasakan. Matanya pun sudah berkaca-kaca. Alara tidak bisa membiarkan Zergan terluka, tetapi ia tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan kebenaran.

Zargan ; ANNOYING HUSBAND ✔Where stories live. Discover now