8 | Gara-gara Kesiangan

3.2K 203 102
                                    

Nampaknya hari sudah berganti pagi, tetapi mereka masih setia pada posisi yang sama ; tangan besar milik Zargan melingkar pada pinggangnya, menciptakan rasa geli yang membuat tawa pelan Alara timbul

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Nampaknya hari sudah berganti pagi, tetapi mereka masih setia pada posisi yang sama ; tangan besar milik Zargan melingkar pada pinggangnya, menciptakan rasa geli yang membuat tawa pelan Alara timbul. Padahal dari semalam mereka sudah berpelukan, tetapi rasanya biasa saja. Dan kini, sensasi aneh itu baru Alara rasakan.

Sembari menguap pelan dan mengerjapkan mata yang sebenarnya masih ingin memejam. Tangan Alara berusaha menggapai benda pipih yang sengaja diletakkan di atas nakas. Pelukan Zargan terlalu kuat, sehingga pergerakan Alara menjadi terbatas.

Berhasil. Sejenak Alara diam, mengabaikan ponsel dalam genggaman. Netranya justru lebih fokus menatap Zargan yang masih terlelap. Dari jarak yang sedekat ini, wajah Zargan ternyata terlihat begitu sempurna. Hingga tanpa disadari, senyuman Alara terbit secara diam-diam.

Jari telunjuk Alara hinggap pada hidung mancung milik Zargan. Menelusurinya secara perlahan, kemudian kembali lagi. Ia melakukan itu secara berulang dan kekehan berhasil lolos dari mulutnya.

"Seru juga jari gue main perosotan di hidungnya Zargan."

Terakhir, jari Alara berhenti tepat pada bibir kemerahan milik Zargan. Ia menekan pelan hingga jemarinya merasakan sensasi kenyal. Spontan ia menggeleng saat otaknya mulai berkelana. Lantas, memilih untuk memeriksa ponsel. Seketika matanya membelalak, bahkan seperti ingin keluar dari tempatnya saat melihat waktu yang tertera di layar ponselnya.

Pukul 06.30. Itu artinya mereka sudah terlambat. Mati! Batin Alara nampak berseru. Sementara otaknya berusaha untuk menenangkan diri, tetapi nihil.

"Zargan, bangun! Ini hari Senin!" teriakan Alara terdengar begitu kencang, hingga Zargan terbangun dari tidurnya dan menjauhkan tangan yang semula masih memeluk Alara.

"Hari Senin?"

Keduanya saling bertatapan. Masih dalam keadaan tidur di atas ranjang. Kemudian, anggukan dari Alara mampu membuat Zargan bangkit.

"Jam setengah tujuh," lanjut Alara seraya ikut bangkit.

"Telat upacara!" Keduanya berteriak dan bergegas turun dari ranjang. Sama-sama menuju arah kamar mandi. Namun, segera saja Zargan menarik ujung baju yang Alara gunakan, hingga perempuan itu mundur beberapa langkah, menjauhi pintu kamar mandi.

"Gue duluan! Istri harus ngalah sama suami!"

"Loh?" Alara tidak terima dengan pernyataan Zargan. Jelas ia tak mau kalah dan melakukan hal yang sama sebelum tubuh Zargan sepenuhnya masuk ke dalam kamar mandi.

"Ada juga suami yang ngalah sama istri! Gue duluan pokoknya yang mandi!"

"Kalo kita salat, yang ada di depan siapa? Suaminya atau istrinya?"

"Kita mau mandi! Bukan mau salat!"

Zargan menggeleng beberapa kali. "Tetep aja, suami adalah pemimpin. Jadi, gue duluan yang mandi."

Zargan ; ANNOYING HUSBAND ✔Where stories live. Discover now