33 | Pelaku Sebenarnya

2.4K 151 5
                                    

Alara bersenandung pelan ketika kakinya baru saja menginjak lantai ruang apartemen

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Alara bersenandung pelan ketika kakinya baru saja menginjak lantai ruang apartemen. Lantas, ia membuka sepatu boot berwarna hitam di dekat pintu. Tatap matanya tertuju pada Zargan yang sedang duduk di sofa dengan pandangan lurus ke arah televisi yang dibiarkan menyala, tetapi Alara bisa menebak bahwa pikiran Zargan tidak fokus pada apa yang ditontonnya saat ini.

Alara menghampiri Zargan, kemudian duduk di sebelahnya. Pergerakan itu berhasil membuat Zargan menoleh, sepertinya ia tidak melamun terlalu jauh sehingga mudah menyadari kehadiran Alara.

"Abis dari mana?"

"Jalan sama Shellena. Maaf nggak bilang dulu, aku bosen banget soalnya di apartemen mulu, kamu juga sibuk kerja. Jadi, aku butuh temen ngobrol dan mau ngerasain udara luar aja."

Zargan mengangguk pelan, kemudian mengambil kue dari atas meja. Ia menyerahkan kue itu kepada Alara dan langsung disambut baik karena dari paper bag-nya saja, Alara sudah tahu apa isi di dalamnya.

"Aku cuma bisa beli itu, semoga kamu suka."

Alara tersenyum lebar, tangannya langsung bergerak untuk membuka kotak berisikan kue kesukaannya. "Nggak apa-apa. Ini juga udah lebih dari cukup dan aku juga pasti suka."

Alara memotong kue dengan menggunakan pisau yang memang sengaja diberikan dari sana. Lantas, ia menyodorkan satu potong kue ke arah Zargan.

"Kamu ada masalah?" tanya Alara setelah Zargan menerima suapan tersebut.

"Nggak ada, capek aja."

Alara menekuk bibirnya. Sekarang, ia kembali meluruskan arah duduknya, tidak lagi menghadap Zargan.

"Kamu, mah, tertutup banget kalo sama aku, tapi sama cewek yang di perkampungan waktu itu bisa cerita segala macam masalah kamu."

"Aku emang nggak apa-apa, tadi cuma nggak sengaja ketemu Papa dan rasanya capek aja kalo abis ngobrol sama Papa."

Alara memilih untuk mengangguk. Ia mengambil potongan kue dari dalam kotak tersebut dan keheningan tampak menyelimuti. Mereka memang masih belum seperti pasangan pada umumnya, masih saling menutupi, dan menyembunyikan perasaan satu sama lain.

Tak berselang lama, ponsel Zargan berdering cukup panjang. Zargan mengambilnya dari atas meja, kemudian menggeser tombol hijau yang terdapat di sana.

"Kenapa? Tumben amat lo nelepon gue." Tanpa mau memberikan salam pembuka atau sekadar basa-basi, Zargan langsung memilih untuk menanyakan tujuan Kenzo meneleponnya.

"Maaf, ini pacarnya Kenzo. Gue mau ngobrol sama lo, bisa? Gue nggak bisa lama-lama nelepon soalnya takut ketahuan. Ini Kenzo lagi di toilet dan ponselnya ditinggal. Ini penting banget, Zar. Nanti gue hubungi pake nomor gue, tolong dibales, ya."

Panggilan langsung terputus. Zargan memang tipikal orang yang tidak suka menanggapi pesan atau panggilan dari nomor yang tidak dikenal. Jangankan membalas, membaca pesannya pun tidak akan pernah Zargan lakukan. Namun, berhubung pacar Kenzo sudah meneleponnya lebih dulu, Zargan akhirnya mengikuti apa yang diminta olehnya. Barangkali memang ada hal begitu penting sampai ia berani meneleponnya melalui ponsel Kenzo.

Zargan ; ANNOYING HUSBAND ✔Where stories live. Discover now