42 | Not a Good Papa

3.8K 171 13
                                    

Alara menghampiri Zargan yang saat ini sedang tidur miring di atas ranjang, laki-laki itu tampak fokus kepada Langit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Alara menghampiri Zargan yang saat ini sedang tidur miring di atas ranjang, laki-laki itu tampak fokus kepada Langit. Bisa dibilang, hampir seluruh waktu Zargan dihabiskan untuk mengurus Langit, padahal ia yang sempat tidak ingin perhatian Alara berpindah, tapi nyatanya malah sebaliknya. Zargan mungkin juga lupa bahwa ia masih memiliki istri yang ingin diperhatikan. Menyebalkan, tapi ada untungnya juga karena waktu tidur Alara jadi lebih banyak dibandingkan dengan Zargan.

"Zar, aku ada ide, deh."

"Soal apa?"

"Duduk dulu, aku mau ngomong."

Zargan akhirnya menuruti apa yang diminta Alara. Ia mengubah posisinya menjadi duduk, membiarkan Langit tetap berada di kasur. Toh, anaknya juga terlihat anteng.

"Gimana kalo kita buka usaha kue? Semenjak kamu ada di penjara, Papa kamu, kan, makin seenaknya gitu sama kamu, Zar. Kelihatannya makin nggak peduli sama kamu. Jadi, kalo kamu bisa membuktikan ke Papa kamu, kalo kamu bisa sukses di usia muda, lumayan, 'kan?"

Bukannya menerima ide dari Alara, Zargan malah tertawa. Tekukan pada bibir Alara, langsung terlihat jelas, tidak ada yang lucu, tapi tawa Zargan masih saja belum sirna.

"Aku serius!"

"Emang siapa yang mau bikinnya, Ra? Aku nggak bisa, loh, ya."

"Aku bisa."

Senyuman kembali terbit pada bibir Zargan. Alara tahu betul bahwa senyuman itu dimaksudkan untuk meledeknya.

"Ish! Aku emang nggak bisa masak, tapi aku pernah belajar bikin kue sama Mama."

"Pernah? Bukan sering? Nanti kalo kita bikin usaha kue, Warga Indonesia nggak bakal berkurang, kan, Ra?"

"Maksudnya?"

"Iya, berkurang karena mati keracunan." Zargan tertawa lagi, berbeda dengan Alara yang hanya memasang wajah datar.

"Nggak lucu, Zargan Algerio!"

Mendengar kalimat Alara barusan, Zargan langsung menghentikan aksi tawanya meski sebenarnya ia masih belum selesai. Di bagian perutnya, seperti ada sesuatu yang menggelitik sehingga rasanya ingin terus tertawa, tapi ia tahu kalau hal itu dilanjutkan, hidupnya pasti akan berakhir saat ini juga. Alara kalau marah sudah menyebut nama lengkap, berarti tingkat marahnya sudah yang paling tinggi.

"Ide kamu bagus banget, Ra. Siapa tahu nanti usaha kita beneran laku, terus jadi kaya raya dari hasil kerja keras sendiri."

"Udah nggak mood aku!" Alara membuang pandangan dari Zargan. Bibirnya jelas saja sudah tertekuk sempurna. Laki-laki itu memang hobinya membuat kesal, tapi kalau tidak ada, ya, malah buat kangen.

"Maaf udah bikin Ara nggak mood. Beneran, deh, aku setuju banget sama yang kamu bilang. Kita ke supermarket sekarang, yuk!"

"Nanti aku beliin cokelat yang banyak." Zargan berusaha membujuk Alara agar tidak ngambek lagi, tapi tetap saja. Perempuan itu, bahkan tidak mau menoleh kepadanya.

Zargan ; ANNOYING HUSBAND ✔Where stories live. Discover now