31 | Terungkap

2.5K 158 6
                                    

sebelum mulai baca, klik dulu bintang di pojok kiri.
spam komen, kalo bisa di setiap line wkwk.
follow akun authornya biar seneng. bikin orang seneng, kan, dapet pahala.

selamat membaca ❤

"Ara, udah siap belum? Kita berangkat lebih pagi, biar bisa belajar lagi buat ulangan nanti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ara, udah siap belum? Kita berangkat lebih pagi, biar bisa belajar lagi buat ulangan nanti."

Zargan kembali ke dalam kamar untuk memastikan kesiapan Alara. Zargan menatap heran Alara yang masih sibuk melihat penampilannya pada cermin besar. Perempuan itu terlihat mengeluar-masukkan seragamnya secara berulang. Sesekali ia juga memakai cardigan atau jaket oversize.

Alara menghela napas kasar, kemudian duduk di atas ranjang. Ia menunduk dan memilih untuk meremas kencang cardigan miliknya, berusaha menyalurkan emosi melalui hal itu.

Akhirnya, Zargan menghampiri Alara. Ia ikut duduk di sana seraya menatap Alara dengan dalam.

"Ara." Panggilan lembut dari Zargan berhasil membuat Alara mengangkat kepala dan menatap suaminya dengan bibir tertekuk sempurna.

"Kamu aja yang berangkat, Zar. Nanti minta tolong bilang ke Shellena, biar waktu diabsen aku dianggap sakit. Seragam aku udah terlalu kecil, Zar. Aku nggak mungkin mendadak beli seragam lagi. Kalo waktu itu, semua orang mungkin masih percaya badan aku lebih besar karena makan terlalu banyak, tapi sekarang aku lebih kelihatan kayak ibu hamil, Zar. Aku nggak mau sekolah."

"Kamu yakin? Ini hari pertama kita UTS, kamu bener nggak mau masuk? Apa mau pake jaket aku? Soalnya jaket aku, kan, lebih gede daripada punya kamu."

"Kalo kamu emang nggak mau dan takut, nggak masalah, sih. Nanti biar aku bantu bilang ke Papa, biar kamu nggak dimarahin karena nggak ikut ujian di hari pertama."

Alara bangkit dan memilih untuk mengambil jaket yang dimaksud oleh Zargan. Jaket yang memang tidak pernah Zargan pakai ketika sekolah sehingga tidak akan ada yang menyadari bahwa jaket itu adalah milik Zargan.

"Aku nggak takut kena omelan Papa, tapi aku takut kamu yang disalahkan karena buat Papa, pendidikan itu yang paling penting."

Lantas, Alara memakai jaket tersebut, memandang kembali penampilannya pada cermin.

"Gini, gimana?"

Zargan ikut bangkit, kemudian membenarkan jaket tersebut agar lebih menutupi perut Alara yang semakin terlihat membesar.

"Cukup kalo menurut aku."

Zargan menyatukan jemarinya dengan milik Alara. Ia menggenggam tangan Alara dengan begitu erat. "Mulai hari ini, jangan jauh-jauh dari aku, kecuali waktu ujian dimulai karena absen kita terpaut jauh banget. Nanti kalo ada apa-apa, biar aku yang ngatasin. Kamu nggak boleh lepas kendali, takut nanti berpengaruh buat anak kita."

'Zargan'

Keyakinan yang Alara dapatkan dari Zargan sepanjang perjalanan, mendadak hilang saat kakinya menyentuh area sekolah. Alara bukan tipikal orang yang takut dengan hujatan ataupun cibiran dari siapa pun, tetapi kali ini rasanya begitu berbeda. Nyali yang biasanya Alara miliki, mendadak sirna begitu saja.

Zargan ; ANNOYING HUSBAND ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang