Chapter 13 - Fisika Dasar

1K 227 103
                                    

Setelah mengantar pulang Elf kembali dengan selamat ke Malakai. Izar dihadapkan kenyataan bahwa Sagi mendadak mengubah keputusannya karena Fisika berniat mempelajari fisika. Yeah, Fisika mempelajari fisika. Kedengaran aneh memang.

"Bigbos," seru Izar.

"Gue belum selesai berbicara Izar," tegur Sagi.  "Setelah semua ini selesai, lo harus menerima konsekuensi karena mengungkapkan identitas anggota kekaisaran ke orang lain."

Izar tidak berani menyahut. Dia merasa bersalah. Tetapi dia juga tidak habis pikir, bahwa Fisika akan mengatakan hal tersebut pada Sagi. Tangan Izar terkepal kuat,  nasi sudah menjadi bubur dan Fisika telah menyadari kelemahan sang Kaisar.

Izar menarik napas panjang dengan kepala tertunduk.

"Hamba akan menerima hukuman tersebut sekarang."

Sekonyong-konyong, Izar berlutut dengan bertumpu pada satu kaki. Kepalanya ditekuk menghadap ke lantai. Sorot mata Sagi memandangnya tajam.

"Berdirilah! Misi kita masih panjang. Gue masih butuh otak lo buat misi ini."

Sagi pun melangkah pergi meninggalkan Izar yang masih tertunduk di hadapannya. Setelah yakin keberadaan Sagi telah menghilang. Sekarang giliran Izar yang pergi ke ruangan tempat Fisika sedang dirawat.

Saat Izar membuka pintu, Fisika sedang berbaring di atas ranjang dengan posisi menyamping. Namun ia langsung bangun melihat wajah Izar.

"Izar, gue ....,"

Fisika menyadari cara pandang Izar. Sorot matanya terlihat sangat kesal. Fisika tahu, memaksa Sagi dan mengungkapkan identitasnya adalah sebuah kesalahan fatal.

"Gue minta maaf, Izar. Bukan maksud gue buat ingkar janji. Tapi, gue benar-benar butuh pekerjaan ini."

Izar masih belum menjawab. Namun pandangannya masih tegas ke arah Fisika.

"Ini berbahaya, Fisika. Lo sadar gak sih? Sagi tuh cuma pengen lo gak kenapa-kenapa. Tapi kenapa lo malah menghasut dia buat minta diajarkan fisika? Gue tuh tahu banget lo dari dulu. Lo itu paling benci ama tuh pelajaran selain kimia dan matematika."

Fisika pun turun dari ranjang. Diraihnya tangan Izar dan digenggamnya dengan kuat.

"Gue tahu, Zar. Gue tahu, tapi gue gak mau kehilangan pekerjaan ini. Plis, izinin gue gabung. Gue janji gak bakal nyusahin lo atau kalau perlu, gue mau belajar sihir. Izar? Hum?"

Wajah penuh permohonan Fisika tunjukkan pada Izar. Jenis ekspresi yang akan membuat siapapun luluh. Mata bulat Fisika pun semakin menatapnya dalam.

"Lo yang kasih giveaway ini dari awal. Itu artinya lo mempercayai siapapun yang terpilih. Ayo, Izar."

Ditarik tangannya dari Fisika. Izar tampak frustasi dengan mengacak-acak rambutnya.

"Kalian berdua membuat gue pusing. Baiklah, sekarang berikan tangan kanan lo. Gerbang mana lo udah ke buka dua hari lalu."

Fisika yang mendengar fakta bahwa ia telah tertidur selama itu, terbelalak tidak percaya.

"Gue tidur selama itu?" tanyanya pada Izar. Namun Izar mengabaikannya. Ia lantas meraih paksa tangan Fisika dan merasakan aliran mana yang terbuka.

"Hmm," gumam Izar. "Masih polos."

Ia pun melepaskan tangan Fisika.

"Jadi? Gue dah mantap belajar sihir? Gue boleh request belajar elemen? Gue mau belajar elemen air, es, dan tanaman. Terus gue mau belajar buat ramuan dan menjinakkan satwa ghaib."

Mata cokelat Fisika berbinar-binar ceria. Ia tidak sabar menjadi murid sebuah sekolah penyihir. Akan tetapi, khayalannya runtuh dengan Sagi yang berjalan masuk dengan tumpukkan buku melayang di kanan dan kirinya.

Kuanta (End)Where stories live. Discover now