Chapter 47- Final

438 82 22
                                    

Fisika merasa sangat beruntung bisa kembali ke Karta. Tentu saja, dia sangat mempercayai bahwa Sagi dan Izar akan datang menjemputnya apa pun yang terjadi.

Saat ini, Fisika tengah berbaring di sebuah kamar apartemen. Tempat di mana ia pernah pingsan saat misi pertama mereka.

Haggins sendiri sudah pulang ke rumahnya dan menolak untuk dibawa pergi ke dunia paralel dan mengancam Izar, jika dia berani memaksanya untuk ikut kembali.

"Baginda," ucap Fisika yang merasa, waktu kebersamaan dengan sang Kaisar akan segera berakhir. "Apa dengan begini. Semua Flower Winter berhasil terkumpul?"

Sagi yang duduk di tepi pembaringan hanya terdiam sambil memegang erat telapak tangan Fisika. Padahal wanita ini sudah meyakinkan Sagi bahwa dirinya baik-baik saja dan tidak perlu melakukan istirahat yang berlebihan.

"Ya, ketiganya sudah terkumpul." Sagi menyahut parau.

"Baguslah. Baginda bisa segera pulang."

Sagi mendongak. Dia tidak terlihat suka dengan kalimat barusan.

"Pulang? Setelah meninggalkan lo sendirian seperti kemarin? Apa lo pikir gue akan melakukan hal bodoh seperti itu lagi?"

Fisika sadar, dia telah salah berbicara. Dia pun mencoba menarik tangannya dari genggaman Sagi. Tetapi, pria ini urung melepaskan tangan Fisika.

"Gue enggak akan meninggalkan lo. Apa pun yang terjadi. Cukup sekali, Fisika. Gue enggak mau lo jauh dari gue lagi. Lo akan ikut gue ke Malakai."

Sagi bangkit dari tempat duduknya. Dia meraih kedua pipi Fisika dengan kedua tangannya. Tanpa aba-aba, ia mengecup dan mengecap bibir Fisika.

Fisika yang terkejut dengan hal tersebut hanya terbelalak. Dia masih mengerjab, saat Sagi memperdalam kecupannya. Bahkan ketika tangan Sagi bergerak ke tengkuk Fisika guna memperdalam ciumannya. Wanita itu pun menutup kedua matanya perlahan-lahan.

Fisika akan merekam momen ini baik-baik dalam ingatannya. Mereka saling berbalas mengecap satu sama lain. Bahkan tubuh Sagi sudah naik di atas tempat tidur dan menindih Fisika di bawahnya.

Izar yang mendadak masuk ke dalam kamar. Seketika mematung. Fisika yang menyadari keberadaan sang Sahabat. Membelalak pada Izar yang seluruh wajahnya telah menyerupai kepiting rebus.

"Jangan pedulikan dia," ucap Sagi setengah berbisik. Fisika makin membulatkan matanya lebar-lebar pada Sagi. Fisika ingin berucap, namun Sagi buru-buru membukamnya dan melumat bibir Fisika dengan posesif.

Izar yang sadar diri. Memilih segera pergi. Dia akan memberi ruang pada Sagi dan Fisika melepas rindu. Lagipula, dia merasa kesal karena Sagi seolah tidak peduli bahwa ada orang lain yang memergoki mereka.

The End




Kuanta (End)Where stories live. Discover now