Chapter 4 - Dimensi f3

1.5K 348 94
                                    

"Sains? Sihir?" ucap Fisika saat ia berjalan di belakang Sagi dan Izar.

Pasalnya, ia menembus sebuah dimensi paralel menggunakan teknologi demi mencari benda yang diyakini sebuah permata menggunakan mana.

"Wah!" Fisika menggeleng tidak percaya. "Bagaimana bisa? Ini seperti dunia fiksi! Gila! Ya ampun, Izar!" panggil Fisika dengan mata berbinar. Ia bergegas menyamakan langkah kaki Izar dan Sagi melewati tumpukan sampah.

"Ini keren loh, kalau dibuat cerita wattpad. Lo gak keberatan ide perjalanan ini gue pakai buat nulis, 'kan?"

Fisika membatin semoga saja Izar mengatakan tidak. Jika ia mengatakan sebaliknya, wanita itu akan menggunakan rencana lain untuk memaksa Izar.

"Terserah."

"Horee!" Fisika berseru senang sambil memukul lengan Izar dengan kuat. Sontak, hal tersebut membuat Izar meringgis kesakitan dan membuat Sagi menegurnya.

"Sstt! Diam!" tegur Sagi. "Kita tidak akan tahu bahaya apa yang mengancam di depan sana."

"Lo kan punya mana. Seharusnya lo bisa mendeteksi energi berbahaya di sekitar kita. Gak mungkin, kekuatan lo kalah keren dengan karakter fiksi yang sering gue buat."

Fisika tersenyum miring sambil melirik Sagi. Mendapatkan atensi itu, Sagi menggeram kesal dan mempercepat langkah kakinya. Izar pun mengajak Fisika untuk memperlambat langkah mereka.

"Gue mau bilang sesuatu sama lo," ujar Izar dengan raut serius.

"Apaan?"

"Lo mending jaga sikap di depan Bigbos."

"Kenapa?"

"Ikuti aja kata gue. Gue ini kan bos lo, jadi manut saja."

"Iya, iya."

Fisika pun memayunkan bibirnya. Fokusnya di alihkan ke area yang hampir seluruhnya penuh dengan sampah plastik. Bahkan semakin berjalan jauh, sampah-sampah elektronik tampak menumpuk di kiri dan kanan mereka.

"Zar," panggil Fisika. "Gue boleh nanya sesuatu?"

"Apa?"

"Kenapa dimensi f3 ini. Lo sebut sebagai 2728?"

"Itu kode yang hanya gue dan Bigbos boleh tahu. Orang luar macam lo belum saatnya untuk tahu."

"Oke."

Fisika tampak merasa kesal dengan jawaban Izar. Ia pun membuang mata ke tempat lain. Lalu mendadak ia berhenti dan berjalan ke samping kanan jalan dan mengambil sebuah radio usang yang tampak sangat kotor dari tumpukan sampah elektronik.

"Hmm," gumam Fisika. Kepalanya mendadak menyalakan sebuah lampu pijar yang menyala terang. Saat Fisika ingin kembali melanjutkan perjalanan. Di kejauhan, ia melihat sekelompok orang sedang berjalan sambil mengacak-ngacak sampah. Penampilan mereka serupa dengan seorang preman pasar.

Fisika yang menyadari Sagi dan Izar menghilang, buru-buru membuang diri ke atas tumpukan sampah. Tetapi sayang, aksinya membuat lengannya menekan tombol pada sebuah robot persegi empat usang berwarna kuning yang telah karatan.

Layar monitor pada benda itu menyala dan menampakkan sebuah sketsa wajah berbentuk mata hijau yang tampak mengedip ke arah Fisika.

"Halo?"

Suara khas mesin terdengar dari benda itu. Fisika yang terkejut buru-buru membekap mulutnya.

"Sstt!"

Benda itu berkedip polos. Fisika pun semakin jauh merayap ke dalam tumpukan sampah untuk menyembunyikan diri.

Kuanta (End)Where stories live. Discover now