Chapter 7 - Over Power

898 246 22
                                    

Mau tidak mau, Fisika menurut saat Sagi memberi intruksi untuk dirinya segera mendekat ke barikade militer di hadapan mereka.

Saat Fisika berjalan menghampiri tempat tersebut. Jantungnya berdegup kencang. Ia memberanikan diri dengan percaya bahwa Izar tidak akan membiarkannya mati begitu saja. Walau ia sangat membenci Izar dan merasa jengkel padanya. Fisika tetap percaya bahwa Izar adalah orang yang bisa diandalkan.

Dia tahu, dia tidak punya hak untuk menolak. Dia ikut ke sini, karena sudah sepakat dengan Izar bahwa dia akan dibayar membantu pekerjaan Izar. Sesekali, Fisika menoleh ke belakang untuk mengamati mobil yang mereka tumpangi.

Dari barisan barikade depan. Seorang perwira militer melihat keberadaan Fisika melalui teropong. Lalu segera menyuruh lima orang petugas untuk mendekati Fisika dengan senjata laras panjang.

"Angkat tanganmu ke atas!" Terdengar suara sang perwira dari pengeras suara.

Fisika yang terkejut mendengar perintah tersebut. Sekonyong-konyong, mengangkat tangan ke udara dan memilih untuk berhenti melangkah.

"Aku, aku sendirian!" Suara Fisika berseru nyaring. Lima prajurit segera menyebar ke segala penjuru dengan Fisika sebagai poros utama.

Wanita itu menelan saliva dengan sesak. Jantungnya pun kian berdebar tidak karuan. Dia mengigit bibir bawah saking frustasinya berada di posisi seperti itu.

"Sebutkan asalmu!" Seseorang memberi perintah. Fisika tidak tahu siapa yang berbicara. Karena mereka berlima menggunakan topeng khusus untuk menyembunyikan wajah.

"Dari kota sana." Fisika menunjuk ke belakang dengan tangan gemetar. Dia sudah membatin di mana keberadaan Izar dan Sagi sekarang. Mereka berdua pasti sedang mengawasi di sebuah tempat.

Sekonyong-konyong, kedua tangan Fisika dibekuk ke belakang punggung. Wanita scorpio itu panik bukan main. Ia mendadak diperlakukan seperti seorang penjahat.

Di saat bersamaan. Sebuah kabut perlahan turun dan menutupi wilayah di sekitar barisan barikade. Samar-samar, Fisika mendengar suara sebuah pukulan. Lalu ia merasakan seseorang menarik tangannya mendekat.

"Tetap di sisiku."

Pupil mata Fisika terbelalak, begitu mendengar suara Sagi. Fisika tersenyum lebar. Namun sedetik kemudian. Tangannya dibawa Sagi untuk berlari menembus ke dalam kabut.

Fisika tidak tahu mereka melangkah ke mana. Yang ia tahu, ia mengikuti langkah Sagi menghindari setiap tempat yang mereka lewati. Fisika membalas genggaman tangan Sagi dengan kuat. Seolah tidak ingin melepaskannya.

Dia ingin melihat ke bawah. Bagaimana jari-jari tangan mereka saling tertaut satu sama lain. Tetapi, saking tebalnya kabut. Fisika bahkan tidak bisa melihat tangannya sendiri.

"Sistem mereka tidak beda jauh dari punya dunia paralel f2."

Fisika terganga mendengar suara Izar. Tetapi ia tidak tahu, di mana posisi pria tersebut. Fisika yakin, ia dan Sagi baru saja melewati sebuah pintu. Entah bagaimana dua orang pria itu melakukannya.

Namun yang pasti. Suara geraman, bentakkan dan perintah penuh emosi di belakang mereka, menjawab semua pertanyaan Fisika.

Perlahan-lahan, Sagi malah membawa Fisika untuk berlari. Dia tidak tahu, ke arah mana langkah kaki Sagi membawanya. Kabut putih tebal, benar-benar terus mengikuti keberadaan ketiganya. Hingga akhirnya, kabut tersebut perlahan-lahan memudar dan Fisika bisa melihat dengan jelas. Bahwa dia, Sagi dan Izar sedang bersembunyi di sebuah celah sempit di antara dua bangunan berarsitektur mewah.

Kuanta (End)Where stories live. Discover now