Chapter 16- Sinar Gamma

558 192 95
                                    

Izar telah dibaringkan. Untung saja tabib yang diketahui sebagai Kakek Abam mempunyai penawar untuk racun Stormi.

Izar perlu dibiarkan istirahat, sementara Sagi dan Fisika malah menunggu di luar ruangan pengobatan. Mata cokelat Fisika berkilat cerah menatap puluhan botol yang memiliki cairan berwarna-warni. Ada etiket yang tertempel di setiap botol dengan menggunakan huruf asing yang tidak dikenalnya.

"Fisika," sapa Sagi dari balik punggung Fisika. Wanita itu pun menoleh untuk melihat Sagi.

"Ya, Baginda?"

"Apa maksudmu? Bahwa aku mengeluarkan gelombang cenat-cenut? Setahuku, Spektrum gelombang elektromagnetik hanya terdiri dari Gelombang Radio, Gelombang Mikro, Sinar Inframerah, Cahaya Tampak, Sinar Ultraviolet,  Sinar X dan Sinar Gamma."

Fisika agak kebingungan. Ia sendiri menggaruk kulit kepalanya yang tidak gatal.

"Ah, itu. Hamba hanya bercanda Baginda. Hehehe." Fisika tampak malu-malu. Namun dia membatin dengan kesal karena Sagi tidak peka. Melihat gelagat Fisika yang terlihat sedang menipu, membuat senyum di ujung bibir sang Kaisar Malakai pun terbit.

"Fisika," panggil Sagi.

"Ya, Baginda?"

"Apa lo tahu, persamaan lo dengan Sinar Gamma?"

Fisika yang tidak tahu hanya menggeleng kecil.

"Memangnya, Sinar Gamma kenapa?"

Sambil berjalan memandangi etalase di sekitar Fisika. Sagi pun menjelaskan.

"Sinar Gamma merupakan gelombang yang memiliki frekuensi 10 pangkat 20 Hz sampai 10 pangkat 25 Hz. Sinar Gamma sendiri merupakan gelombang elektromagnetik yang memiliki daya tembus sangat kuat hingga dapat menembus pelat besi tipis, sedangkan lo."

Sagi mendadak menoleh ke arah Fisika. Di mana, hal tersebut membuat Fisika cukup terkejut.

"Gombalan lo memiliki daya tembus dari jantung sampai ke hati."

Fisika yang tidak menyangka bahwa Sagi tengah mengerjainya, lantas membuat seluruh wajah Fisika memerah seperti tomat matang. Jantung Fisika pun seolah paham hingga ia berdetak dengan sangat cepat dan menggebu-gebu.

"Baginda mengerjai gue, ya?"

"Tidak, gue hanya mencoba memahami pola pikir lo." Sagi mengetuk jidat Fisika dengan jari telunjuknya. "Lo membuat pelajaran fisika yang sebelumnya menjadi menyenangkan dengan konsep berbeda. Gue hanya meniru."

Jantung yang semula memompa dengan bangga. Mendadak terkulai lemas. Ia tersentak kaget dengan jawaban Sagi. Otak Fisika pikir, ah sudahlah. Fisika tidak mampu menjelaskannya. Dari rona bahagia, menjadi rona kekecewaan.

"Apa Baginda akan mengajari gue fisika dengan gaya menggombal?" tanya Fisika acuh. Ia mendelik malas pada label botol ramuan bersimbol tengkorak.

"Ya, jika itu bisa membuat lo cepat mengerti."

Sudut bibir Fisika tersenyum tipis. Tepat saat itu terjadi, Kakek Abam keluar menemui mereka.

"Pasien kemungkinan butuh istirahat selama seminggu. Racunnya sudah menyebar sampai jaringan dan sel darah merah. Kalian berdua bisa pulang sambil menunggunya baikan."

Fisika menghela napas lega. Ia lantas melirik Sagi. Tidak dibayangkan olehnya harus menghabiskan waktu selama seminggu bersama Kaisar yang tidak peka.

Jantung Fisika mengganguk setuju. Dia tidak sanggup harus menahan perasaan baper jika digombalin oleh Kaisar dengan mapel fisika. Bukannya Fisika semakin pintar, dia mungkin akan semakin meleyot saking depresinya dibuat baper tanpa rasa cinta.

Kuanta (End)Where stories live. Discover now