Chapter 18- Gaya Normal

555 184 45
                                    

Wajah Fisika memerah saking marahnya dia. Wajahnya tidak lagi berbentuk tomat matang, melainkan semerah kepiting rebus yang sedang dimasak dalam panci. Sagi merespon emosi Fisika malah dengan sikap santai, datar dan ekspresi kebingungan.

"Memberimu berkat mana. Lo bilang mau membaca huruf tersebut."

Sagi mengambil sebuah buku bersampul hijau yang memiliki ilustrasi seorang manusia serigala di atas rak yang berada di atas kepala Fisika. Lalu memberikan buku tersebut ke hadapannya.

"Bisa dibaca?"

Fisika menurunkan pandangan matanya dan ajaibnya. Ia memang benar-benar bisa membaca huruf tersebut. Sekarang, Fisika mendadak merasa canggung. Seharusnya dia tidak memarahi Sagi tadi. Pria Malakai tersebut telah menolongnya. Fisika seharusnya mengucapkan terima kasih, bukan marah-marah tidak jelas.

Tetapi, pikir Fisika lagi. Siapapun wanita yang berada dalam posisi tersebut pasti akan merasa kesal.

"Terbaca." Hanya itu kata yang berhasil lolos dari bibir Fisika.

"Baiklah," sahut Sagi sembari memutar tubuh menjauh. Wanita berdarah O itu hanya bisa menatap punggung Sagi yang bergerak ke deretan rak buku lain.

.
.
.

Toko Buku Seribu Musim menjual banyak hal. Ada buku tentang cara menangkap Serigala, Buku Cara Prkatis Memiliki Peri Rumah, Ensiklopedia Tanaman Herba, Buku Panduan Untuk Membuat Kebun Herbalogi, Buku Menjinakkan Naga, Buku Ramuan Dasar, Buku Monster Yang Bisa Ditemui Untuk Berbagi Kisah, Cara Terbaik Menjadi Pemburu, Koleksi Ilmu Hitam Untuk Pelajar Menengah, Buku Cara Merebus Kuku Vampir dan berbagai macam buku lainnya.

Fisika sendiri memborong beberapa buku yang ia rasa sangat menarik, unik dan berharga. Diantaranya adalah Buku Mengenal Sihir Untuk Pemula, Buku Sejarah Sihir Dan Perkembangannya, Buku Elemental Sihir Alam, 1001 Ramuan Yang Bisa Dibuat Di rumah, Buku Ensiklopedia Naga, Buku Aksara Naga, Buku Pemanfaatan Tubuh Naga Dalam Sihir,  Buku Teknik Senjata Sihir, Buku Satwa Gaib Yang Berbahaya, Buku Satwa Gaib Untuk Hewan Peliharaan serta beberapa buku yang membuat alis Sagi bertaut bingung ketika Fisika memasukkan semuanya ke dalam tas selempang pemberian Izar.

"Ya," sahut Fisika mendengar pertanyaan Sagi. "Gue beli Buku Ilmu Meramal, Buku Botani Sihir, Buku Pembersihan Sihir Jahat dan apa ya? Banyak dech," ungkap Fisika dengan semangat.

Sagi hanya melongo dalam diam. Ia menarik sedikit ujung kaos lengannya. Di sana, melingkar sebuah jam tangan dengan tiga waktu berbeda yang bergerak. Malam kian larut. Namun keramaian di kota Bern malah semakin ramai.

Beberapa pedagang kaki lima menyalakan kembang api kincir angin untuk dipertunjukkan untuk para remaja yang sedang berjalan bersama orang tua mereka.

"Fisika," panggil Sagi. "Mau makan malam bersama? Setelah itu kita akan mengunjungi Izar."

Fisika mengganguk setuju. Di sebrang jalan. Terdapat beberapa restoran yang memiliki daftar menu yang menggungah selera setiap pengunjung. Sagi dan Fisika pun menyebrang berbarengan. Namun, seorang remaja laki-laki dengan wajah berbintik-bintik malah menabrak Fisika dengan sangat kuat. Alhasil, Sagi pun refleks menahan lengan Fisika dan menariknya mendekat.

"Hey!" marah Fisika pada si remaja laki-laki yang terjatuh dengan bokong mendarat duluan pada aspal jalanan.

"Lo gak apa?" tanya Sagi memastikan si bocah. Lalu ia mengulurkan tangan untuk membantu si remaja berdiri. Awalnya anak itu ragu pada uluran tangan Sagi. Tetapi, entah mengapa ia memberanikan diri menggapainya.

"Saya minta maaf, Tuan dan Nyonya. Saya tidak sengaja." Dia menundukkan kepala dengan kedua jari-jari tangan yang saling bertaut dengan gelisah.

"Pergilah," ujar Sagi ramah.

Kuanta (End)Where stories live. Discover now