Chapter 25 - Kinematika

535 173 65
                                    

Sagi merasa frustasi, ketika seisi kota Bern mulai melakukan perjalanan ke alam mimpi. Fisika sudah balik ke kamarnya sendiri. Tetapi, Sagi. Dia masih merasa gelisah oleh kehadiran wanita itu di dalam benaknya.

Pria itu hanya berbaring dengan lengan menutup mata. Ia membuka jendela kamar, membiarkan cahaya bulan separoh menerangi ruangan.

"Sial." Sagi mengumpat kesal.

Dia mengangkat pergelangan tangannya. Terlihat, sebuah jam tangan yang memiliki tiga waktu berbeda. Sekonyong-konyong, muncul sebuah ponsel di telapak tangan Sagi yang ia keluarkan dari penyimpanan energi mana.

Sang Kaisar hanya menatap benda tersebut dengan hambar. Ia iseng membuka layar dan menuju sebuah akun instagram seseorang yang bertuliskan Ms. Twilight.

Senyun di wajah Sagi terbit secara samar lalu kian berkembang membaca feed postingan pemilik akun tersebut. Lalu, sorot mata Sagi terbelalak saat melihat postingan instastory Ms. Twilight yang dimasukkan dalam sorotan.

Jemarin Sagi bergulir dari tiap postingan. Ia benar-benar tercengang menatap sebuah postingan yang memiliki sebuah tautan menuju link sebuah apk bernama wattpad.

KUANTA, benar. Itulah yang Sagi baca. Ia membaca 3- 5 bab yang ada di dalamnya, cerita tersebut baru terhitung baru dipublikasikan. Kadang-kadang, pria ini tersenyum sendiri, kadang pula menyergit heran dan tidak suka.

"Ck, wanita ini benar-benar menuliskanku."

Sagi ingin menuliskan beberapa komentar untuk menyanggah beberapa aspek yang tertulis dalam bab yang telah dipublikasikan. Namun, ia buru-buru menghapus ketikannya.

.
.
.

Sang fajar belum menunjukkan tanda kehadirannya. Tetapi suara gedoran dari luar pintu kamar, memaksa Fisika untuk segera bangun.

Dia merenggangkan badan dengan malas. Suara Izar benar-benar berisik dan sangat mengganggu. Mereka harus segera berkemas dan meninggalkan kota Bern tepat saat baskara perlahan naik.

Suasana diluar masih gelap. Tetapi aktifitas di lobi penginapan cukup sibuk. Rebecca telah menyediakan sebuah sarapan kepada ketiga tamunya. Tidak lupa, ia memberikan Fisika bekal makan siang dan beberapa perbekalan lain untuk perjalanan menuju ibukota.

"Apa ini gak papa, Izar?" tanya Fisika yang cemas harus memasukkan semua logisitik ke dalam tas selempang miliknya. "Bagaimana jika semua makanan ini merusak barang-barangku yang tersimpan di dalam tas?"

"Gak masalah," ketus Izar dengan malas. "Semua benda di dalam tas tersebut bisa dimuat dan tidak akan saling berbenturan."

"Ouh, begitu?"

Fisika percaya dan mulai memasukkan semua persediaan. Sagi telah keluar dari lobi sesaat setelah menyelesaikan sarapannya. Izar sendiri, masih berkutat dengan ponsel di tangannya.

"Emm ... namamu Rebecca, 'kan?" Fisika berbisik pelan. "Apa semua ini ... yang meminta adalah pria yang di luar sana?"

"Tentu saja. Suami, Nyonya yang meminta semuanya. Dia benar-benar penuh rencana dan perhatian, ya?" Rebecca tersenyum malu.

Rasanya, Fisika harus meluruskan kesalahpahaman yang terjadi.

"Emm, Becca. Gini, gue ... maksudnya saya dan dia." Fisika meralat cepat cara biasanya yang khas anak ibukota.  "Kami tidak seperti yang kau bayangkan. Maksudku sesuatu itu tidak benar."

Alis Rebecca bertaut bingung.

"Maksud Nyonya? Maaf, tapi rasanya aku kurang paham."

Fisika menghela napas. Dia menggaruk-garuk pipi kanannya yang tidak gatal. Izar diam-diam memperhatikannya. Pria itu sangat paham, kesalahpahaman yang sedang terjadi. Tetapi dia tidak ingin ikut campur, sebelum apa yang ia inginkan bisa tercapai.

Kuanta (End)Where stories live. Discover now