19

8.9K 1.5K 89
                                    

Satu demi satu monster burung berjatuhan. Setiap kali salah satu dari mereka mengincar Viren, maka yang lain akan berusaha melukai kuda. Ada peraturan ketat dalam perburuan. Peserta tidak diizinkan menggunakan sihir pelindung dari orang lain. Kecuali, peserta memang memiliki bakat menciptakan pelindung sihir. Itu diperkenankan. Bulu-bulu sehitam tinta bertebaran di sekitar Viren. Makin lama kian menumpuk bersamaan dengan jatuhnya tubuh monster. 

Viren terus melaju, mengabaikan mayat monster, ke dalam hutan. Ada makhluk lain yang ia inginkan dan tentunya itu bukan monster burung kelas rendahan. Peserta lain pastilah mengincar monster level atas.

Semakin jauh Viren menyusuri hutan, pencahayaan mulai redup dan terasa lembap. Ada makhluk yang menyerupai lendir kuning tengah merayap di permukaan pohon. Makhluk itu memiliki sepasang antena yang memendarkan cahaya. Di area ini tidak ada satu ekor pun monster burung yang mengejar Viren. Barangkali mereka hanya menempati titik tertentu di Hutan Bencana.

Samar-samar Viren menangkap sosok baru. Berbeda dengan monster yang memiliki wujud binatang maupun lendir, yang satu ini menyerupai manusia. Seorang perempuan. Kulitnya amat pucat hingga pembuluh darah berwarna ungu bisa terlihat dengan jelas. Di tempat yang seharusnya terdapat sepasang bola mata ditempati oleh kekosongan. Kegelapan merayap keluar dari dalam lubang kehampaan. Rambut hitam menjuntai hingga melewati mata kaki. Dia bertengger di pohon, terus memperhatikan Viren dengan seringai gila yang terpeta di bibir semerah darah.

Kuda meringkik. Binatang itu mengangkat kedua kaki depan, menolak maju dan ingin berbalik arah.

Viren menarik kekang agar kuda patuh. Namun, binatang itu justru makin panik dan bergerak tidak beraturan hingga membuat Viren terjatuh. Kuda bergegas pergi meninggalkan si penunggang seorang diri bersama monster.

Alih-alih ciut, Viren justru terbakar kemarahan. Dia ingin membalas perlakuan monster yang membuatnya terjerembap. Sekarang dia memasang kuda-kuda, tangan mencengkeram pedang, dan bersiap menyambut pertarungan.

Sayap menyerupai milik kelelawar terbentang di belakang punggung monster. Dia memekik, mengeluarkan suara nyaring yang membuat pendengaran berdenging sakit. Dengan kecepatan yang mengagumkan monster tersebut menukik, mengarahkan kedua tangan berkuku runcing, dan hendak melukai Viren.

Viren menunduk, menghindari serangan, sembari menyabetkan pedang yang dengan jitu mengenai lengan monter. Darah hitam mengucur ke luar. Monster memekik dan meraung kesakitan.

Sekali lagi Viren bangkit, menghadapi langsung sepasang mata yang terlihat begitu kosong dan hampa.

“Penghakiman telah tiba.”

Viren pun berlari menyongsong serangan.

*

Berbeda dengan tunggangan orang lain, kuda milik Alex sepertinya tidak keberatan dengan sedikit pertumpahan darah. Justru kuda itu ikut serta dalam ajang menendang dan menginjak lawan. Terbukti dari jumlah monster laba-laba seukuran bola sepak yang berakhir penyet.

“Ruby pasti menolak kaki laba-laba,” Alex mendengus, meratapi monster serangga yang sedari tadi dia temukan. “Aku butuh monster berbulu! Bukan sekadar berbulu, tetapi yang indah!”

Kuda meringkik, setuju dengan komentar Alex.

Sekarang pasti beberapa peserta berhasil menangkap monster. Dia curiga Rayla pada detik ini pastilah menemukan monster luar biasa. Dengan begini nilainya di mata Ruby pasti akan melejit. Itu bukan temuan menyenangkan!

Alex mengarahkan kuda agar semakin dalam memasuki kawasan Hutan Bencana. Beberapa monster memilih bersembunyi dari Alex, terutama dari seekor kuda yang hobi menginjak monster mungil tanpa ampun.

Only for Villainess (Tamat)Where stories live. Discover now