52

4.6K 989 31
                                    

Armand memaksa Jarga bungkam. Sekarang dia bahkan menyeret Jarga masuk ke ruang kerja, menguncinya dan memberi perintah kepada kesatria agar melarang siapa pun masuk maupun mengganggu, kemudian sisanya....

“Duke, saya tahu makhluk tadi bernama Ragnok.”

... berusaha mengintimidasi Jarga.

Entah Jarga terlalu berani atau kehilangan kewarasan usai menyaksikan ular yang sering muncul dalam dongeng maupun kisah epik Damanus hingga mampu bersikap normal; tidak melarikan diri sembari menyerukan nama dewa dan dewi, tidak terkencing-kencing, atau kehilangan kesadaran.

Jarga terlihat normal. Duduk tenang, membiarkan Armand terus memelototi si penyihir dari seberang meja, dan menampilkan senyum maklum seolah penampakan Armand yang ingin memenggal kepala seseorang merupakan tontonan normal—biasa.

Adapun yang terlihat menyedihkan, yang Jarga perlihatkan, ialah lingkaran hitam yang menghias kelopak mata. Benar-benar mirip pola lingkaran di wajah musang.

‘Musang licik!’ pekik Armand dalam hati.

... dan dia tidak menyuarakan makian itu di hadapan Jarga.

Carlos mengurus Ruby. Sekarang yang perlu Armand cemaskan hanya musang licik bernama Jarga.

“Duke, saya paham Anda ingin membunuh saya,” kata Jarga dengan ketenangan yang amat mengagumkan. Begitu mengagumkannya hingga (andai) Zeno Faun melihat, ia pasti akan memuji Jarga. “Satu hal yang bisa saya janjikan kepada Anda: Saya tidak berniat mengumbar informasi mengenai kedatangan Ragnok di kediaman Aveza. Tidak kepada penyihir, anggota kerajaan, siapa pun. Akan lebih baik bila Anda bersedia memberi saya secangkir teh madu dan makanan karena rasa-rasanya saya butuh. Oh tolong berhenti memelototi saya.”

Akhirnya Armand bersedia menurunkan amarahnya (yang tidak perlu) dan berbicara, “Masih ingat dengan penjelasanmu mengenai keponakanku saat pertama kali kau memeriksanya?”

Jarga mengangguk. “Saya jelaskan sekali lagi. Nona Ruby tidak bisa tumbuh selayaknya Aveza maupun manusia normal. Dia akan mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan. Ini semua bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Ketika dia di kandungan, kekurangan nutrisi pada masa balita, dan sejumlah faktor yang bisa saja memicu kekurangan pada Nona Ruby.”

“Dia bisa bicara dan membedakan makna dalam setiap kata, tetapi sayangnya ketika berbicara dia tidak ada bedanya dengan balita yang baru belajar bicara.”

“Saya pikir Nona Ruby tidak seburuk itu,” Jarga membantah. “Dia tidak bisa bicara cepat, tapi dia bisa berjalan normal dan ... mungkin tumbuh dengan lambat. Duke, naga juga seperti itu. Bukankah mereka termasuk salah satu makhluk yang proses pertumbuhannya pelan? Naga seratus tahun setara dengan manusia berusia sepuluh tahun.”

“Itu tergantung naga mana yang sedang kaubicarakan?”

“Duke, tenanglah. Nona Ruby aman. Dia hanya butuh waktu. Nona Pearl dan Tuan Alex mewarisi gen Aveza secara penuh. Mereka memiliki berkat Zeptus, dewa perang, ataupun Arkhas, dewa kekuatan. Sangat wajar bila mereka terlihat dewasa sebelum waktunya dalam segi pertumbuhan maupun kemampuan fisik. Nona Ruby tidak seperti mereka. Dia mengalami permasalahan dalam genetik dan ... mungkin trauma. Kita tidak tahu seberapa buruk wali asuh membesarkan Nona Ruby. Cukup mengesankan Nona Ruby tidak takut kepada orang dewasa. Bukankah biasanya anak-anak yang mengalami kekerasan fisik akan menunjukkan penolakan terhadap sentuhan? Pada kasus Nona Ruby ... yah dia berbicara terbata pada beberapa kesempatan karena hal semacam itu. Saya tidak terlalu yakin, tapi Anda bisa membawa Nona Ruby kepada ahlinya.”

Armand kemudian melanjutkan pembahasan pada hal terpenting: “Menurutmu bagaimana bisa seorang bocah memanggil makhluk sekelas Ragnok? Bahkan Saint Magda maupun saint sebelumnya tidak mampu melakukannya?”

Kali ini, tidak seperti sebelumnya, Jarga terlihat tidak nyaman. Beberapa kali dia duduk gelisah, bergerak ke kanan dan kiri, seolah sofa yang ia duduki terbuat dari sekumpulan jarum. “Saya tidak berani membuat asumsi,” katanya, serak. “Apakah Sir Nicholas memiliki hubungan dengan seseorang yang cukup ... katakanlah suci?”

“Lantas mengapa?”

“Nona Ruby bisa saja menjadi saint berikutnya,” jawab Jarga. Jawaban yang amat serupa dengan pernyataan Saint Magda. “Kepala Pendeta yang sekarang pastilah amat bersukacita bila mengetahui ada calon lain, yang lebih sakti daripada Saint Magda, muncul. Pada usia sebelia ini Nona Ruby sanggup menjungkirbalikkan tatanan sosial hanya dengan memamerkan Ragnok.”

Tawa getir keluar dari bibir Armand. Dia menunduk, bahu bergetar. “Jadi, keponakanku bisa saja menjadi ancaman besar,” katanya menyimpulkan. Kali ini dia menatap Jarga. “Kau yakin tidak tergoda mengumbar informasi semacam ini?”

“Saya lebih tertarik pada secangkir teh dan istirahat,” jawabnya, ketus. “Saya ada pekerjaan. Kalau Anda lupa, saya harus mencari cara menumbuhkan ash dan mawar hitam tanpa bantuan pendeta ataupun memaksa penyihir mati kelelahan.”

“Saranmu.”

“Minta kesatria dan siapa pun yang melihat Ragnok agar tutup mulut,” Jarga memberi nasihat. “Anda bisa memanfaatkan sumpah yang bersifat mengikat. Itu tidak sulit bagi Anda DAN TOLONG JANGAN SURUH SAYA BEKERJA MENGIKAT SUMPAH. SAYA LELAH.”

Jarga bersungut-sungut. Dia menunjuk wajahnya yang memiliki kantong mata hitam, tanda kurang tidur.

“Aku bisa mengurusnya,” kata Armand.

“Saya merasa akan mati!” Jarga mengeluh. “Anda memaksa saya melacak Nona Ruby. Padahal menggambar lingkaran sihir untuk memanggil makhluk dari seberang dunia sana saja harus mengorbankan energi dan vitalitas!”

“Kau tidak mati!”

“Saya sekarat!”

Armand memanggil kesatria. Dia memerintahkan kesatria membawakan minuman segar dan makanan.

Tidak butuh waktu lama bagi kesatria itu memenuhi perintah Armand. Sari apel, kue kering, bolu kukus, dan buah-buahan yang dikeringkan kemudian ditaburi gula pun tersaji di meja.

Dengan lahap Jarga memakan semua yang ada. Penyihir kadang menyukai semua yang manis....

Sekali lagi Armand menghubungkan semua yang manis dengan Ruby dan Pearl! Dia benar-benar merasa waswas memikirkan ada penyihir yang berani mendekati kedua buah hatinya!

Oh Alex tidak masuk hitungan. Lagi pula, gadis mana yang cukup berani mendekati Alex ketika dewasa nanti selain manusia pemberani?

“Duke,” Jarga melanjutkan, usai merasa kenyang dan tenang, “saya paham Anda ingin menyembunyikan kemampuan Nona Ruby. Namun, saya merasa itu tidak mungkin. Akhir-akhir ini monster mulai berani menyeberang ke pemukiman manusia. Padahal mereka biasanya bersembunyi di dalam hutan. Jangan lupakan kemunculan monster laut yang ramai-ramai menenggelamkan kapal dagang, padahal jalur yang dipilih untuk berlayar pun seharusnya aman dari jangkauan manusia.”

Armand pun sudah memikirkan mengenai fenomena tersebut. Istrinya pernah bercerita bahwa monster menyerang seolah seperti kehilangan akal. Monster di Hutan Belora jauh lebih jinak bila dibandingkan dengan monster yang ada di sekitar pemukiman.

“Ada sesuatu,” kata Jarga sembari menjilat jemarinya yang terkena gula. “Monster-monster itu dipanggil.”

“Kau tidak sedang berasumsi?”

“Duke, tolong berhenti berlagak tidak tahu. Saya paham Anda butuh hiburan, sayangnya saya lebih butuh hiburan dan LIBURAN!”

“...”

“Saya akan menuntut Anda membayar saya dengan tanaman langka!”

“Tutup mulutmu, Musang Licik!”

Perkelahian dan percekcokan pun berlanjut.

Selesai ditulis pada 11 September 2022.

Halo, teman-teman. Semoga bab kali ini cukup menghibur. :”)

Hari ini saya nggak sengaja tersandung di kamar mandi. Pas jari kaki, kena pinggiran, dan sakitnyaaaaa hmmmm nggak bisa dijelaskan dengan kata-kata. :”) Hati-hati ya pas di kamar mandi? Kadang kita lengah sedikit bisa bahaya. Untung cuma jari kaki, ya tetap sakit sih, coba kejedot pintu? Hati-hati pokoknya.

Udah gitu saja. I love you, teman-teman.

Salam hangat,

G.C

Only for Villainess (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang