69

2K 346 9
                                    

Sislin merasa tercekik. Dia ingin melarikan diri dari keramaian, menyepi, dan fokus pada misi. Satu per satu lady memberi sinyal melalui tatapan mata bahwa mereka berharap mendapat kesempatan dansa. Sayang Sislin tidak ingin menerima maupun mengajak siapa pun. Terlebih ketika dia melihat Emir, putra Duke Khosrow. Siapa pun bisa menebak dengan mudah bahwa suasana di istana sama buruknya dengan seekor ular yang hendak berganti kulit.

Orang mungkin mengira bahwa Emir tidak berbahaya, tetapi Sislin berani bersumpah ... Emir sama beracunnya dengan Duke Khosrow. Dia memperhatikan Emir yang sepertinya sama sekali tidak tertarik dengan siapa pun kecuali dirinya sendiri. Namun, begitu melihat kelompok Aveza ada perubahan aura dalam diri Emir.

... dan Sislin bisa menangkapnya. Pasti ada sesuatu yang tengah Emir rencanakan, pikir Sislin. Dia terbiasa membaca perubahan di sekitarnya walau kecil sekalipun. Aveza tidak pernah bersinggungan secara langsung dengan Khosrow. Sekarang ketika Aveza menyatakan dukungan secara langsung kepada Delacroix alih-alih memilih netral, perpecahan di antara bangsawan pun kian jelas.

Sebagian menganggap Khosrow, yang memiliki darah murni dari pendiri Damanus, lebih pantas duduk di singgasana. Delacroix, nama agung. Hanya itu satu-satunya yang diwarisi oleh Sislin. Bangsawan lebih menyukai pola pikir dan cara kerja Khosrow. Demi mempertahankan hukum lama, maka perubahan disinyalir sebagai bagian dari pemberontakan.

Pikiran Sislin mulai keruh. Dia menerima gelas berisi anggur putih. Cairan berbuih keemasan tampak kemilau di bawah siraman lampu. Semakin tua usia anggur, maka kenikmatan yang bisa ditawarkan dalam sekali teguk setara dengan....

Tidak. Sislin harus tetap fokus.

“Berhenti melarikan diri!”

Suara Pearl terdengar masam. Sislin melihat anak-anak Aveza keluar dengan wajah bersungut-sungut. Terutama: Ruby. Dia terlihat paling kuyu dan suntuk di antara ketiga Aveza.

Tanpa Sislin sadari bibirnya pun membentuk segaris senyum samar. Dia sudah lama tidak berjumpa dengan gadis kesayangan Ratu, tetapi meminta dansa walau sekali pun takkan bisa. Semua Aveza akan meningkatkan kewaspadaan mereka. Pemuda mana pun tidak mungkin berani mempertaruhkan nyawa.

“Lady, bagaimana kalau kita menghabiskan satu dansa bersama?”

Kecuali Rayla Veremon.

Sahabat Alex Aveza itu tidak mengenal rasa takut. Alex jelas tidak menyukai kehadiran Rayla. Secara terang-terangan dia berkata, “Kembali ke sisi ayahmu.”

Akan tetapi, Rayla menolak. Sislin bahkan tidak sanggup mempermalukan dirinya di hadapan Alex. Namun, kelas Rayla memang berada di level berbeda.

Sislin mengabaikan pertengkaran antara putra Count Veremon dan Duke Aveza. Dia kembali mengarahkan perhatiannya kepada Emir.

Musuh utamanya tidak ada di mana pun.

***

Vincent Khosrow melaju menembus keremangan malam. Wagon berguncang ketika kereta melewati jalan berkerikil. Bahkan aroma daun busuk pun bisa menembus sampai ke dalam. Orang akan ketakutan dan memilih memutar, lari sejauh mungkin, dari apa pun yang hendak Vicent datangi. Namun, Vincent justru memberikan arahan kepada kesatria dan kusir agar lekas mempercepat laju.

Perihal Emir, Vincent tidak peduli. Putranya bukan bocah bau kencur yang tidak bisa menentukan mana yang aman dan tidak bagi dirinya sendiri. Sekarang adalah masa terpenting. Vincent telah menunggu sekian tahun sebelum impiannya terwujud.

Bisa saja Vincent meraih simpati dari bangsawan yang memang tidak sepemikiran dengan Rudolph. Namun, dia tidak melakukannya. Ada hal yang jauh lebih menarik dari sekadar bermain aman melalui jalur politik.

Kereta berguncang. Kabut makin pekat. Kuda-kuda sempat menolak meneruskan perjalanan. Dengan segala pertanda tidak menyenangkan semacam itu, Vincent tetap maju.

Lantas ketika makin menembus ke dalam kabut dan kusir serta kesatria yang mengawal kereta pun melihat setitik nyala cahaya, kegundahan dan gelitik teror mulai memudar. Perlahan cahaya makin terang dan mereka pun bisa melihat nyala api di anglo. Beberapa orang dalam balutan jubah hitam tengah berdiri, menantikan kehadiran Vincent.

Kusir memelankan laju, memberi perintah kepada kuda-kuda agar berhenti.

Vincent keluar dari wagon. Tidak ada senyum maupun seringai. Dia langsung bertanya kepada salah satu orang yang telah menantikan kehadirannya, “Kalian sudah berhasil menemukan yang kuinginkan?”

“Kami berhasil mendapatkan beberapa orang yang Anda kehendaki, Duke,” jawabnya sembari menunjuk pondok reyot yang ada di belakangnya. “Mereka semua sesuai dengan deskripsi yang Anda minta.”

Salah satu kesatria melempar kantong berisi uang emas. Perwakilan orang berjubah pun merangsek maju, meraih dan merapikan koin.

“Aku ingin melihatnya,” kata Vincent, dingin.

Pintu dibuka, Vincent masuk dan menyaksikan sepuluh gadis tengah menangis. Mereka, para gadis, berada dalam keadaan terikat. Mata mereka ditutupi oleh kain dan mulut pun dibekap.

“Mereka lahir pada bulan purnama,” kata si lelaki berjubah yang pertama kali menyambut kehadiran Vincent. “Saya pastikan semua sesuai dengan kriteria Anda.”

Terakhir kali Vincent menumbalkan manusia demi memanggil iblis terkutuk pun berakhir buruk. Rencananya digagalkan oleh Count Veremon dan Duke Aveza. Sekarang dia tidak akan mengulang kesalahan serupa. Ia akan memanggil yang terkuat dan terganas. Persetan dengan Damanus. Dia akan menyingkirkan semua hama dalam sekali serang. Negeri ini tengah sekarat dan dia bermaksud baik dengan mempercepat proses kematiannya saja.

Seni balas dendam ialah membiarkan lawan sengsara hingga berharap seseorang membunuhnya.

“Persiapan yang lain?”

“Pendeta yang Anda kehendaki telah kami bereskan,” jawab si lelaki berjubah. “Darahnya kami simpan dalam botol yang di dalamnya kami campurkan racun kalajengking dan bisa ular derik. Sesuai dengan arahan Anda.”

Darah dalam diri Vincent bergemuruh. “Cekoki mereka.”

Para gadis menangis dan memohon ampun.

Tidak seorang pun mendengar permintaan mereka.

Selesai ditulis pada 1 Maret 2023.

Huhuhu :”) bab berikutnya akan mulai berat, tambah berat, dan saya bertanya kepada diri sendiri, “Kenapa saya menulis yang horor padahal saya aslinya penakut?” Hiks.




Only for Villainess (Tamat)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu