34

6.1K 1.1K 30
                                    

Semenjak August Sika menempati posisi sebagai kepala pendeta di Giham, ada banyak peraturan yang melenceng. Mulai dari aturan hanya mereka yang paling banyak menyumbang ke kuil yang mendapat akses, tidak peduli latar belakang si penyumbang, sampai perdagangan anak-anak yang berlindung di balik kata “adopsi”. Meskipun Raja Rudolph tidak menyukai August Sika, dia tidak bisa berbuat banyak lantaran aturan kuil dan kerajaan. 

August Sika bisa melindungi dirinya sendiri melalui sejumlah koneksi dan dukungan. Dia seperti trenggiling, langsung menggerlung dan sulit ditembus. Bahkan meski ada sejumlah keuntungan menjadi pimpinan tertinggi, seorang August Sika pun mengalami kejadian tidak menyenangkan. Terutama ketika berhadapan dengan Saint Magda, salah satu pendeta tertinggi yang dipilih oleh Urmiz, dewi cahaya.

“Apa maksudmu, Saint?” August Sika mempertanyakan keputusan Saint Magda mengizinkan Nicholas Aveza mendapat pemberkatan di Giham. “Dia bukan paladin maupun pendeta. Sudah cukup baik Giham bersedia mengirim paladin dan pendeta demi misi tidak penting Aveza. Apa lagi yang kau kehendaki, Saint?”

Pendeta lain memanggil Saint Magda dengan “Anda”, tetapi August Sika jelas memandang kedudukan Saint Magda berada di bawah. Suasana ruangan yang diterangi cahaya mentari pun tidak mampu mencairkan dinding pembatas di antara Saint Magda dan August Sika.

Di samping Saint Magda berdiri seorang paladin muda. August Suka mengenali paladin tersebut sebagai Viren. Mata bocah itu berpendar keji. Cara tatap yang menyiratkan permusuhan. ‘Tanpa pertolongan wanita tolol itu,’ katanya dalam hati. ‘Sudah pasti bocah ini akan aku lempar ke rumah bordil.’ Pikiran mengenai Viren terantai dan dicambuki pun membuat August Suka merasa riang. ‘Suatu saat,’ janjinya dalam hati. ‘Kau akan meninggalkan Jalang Laknat dan berakhir sendirian.’

“Kepala Pendeta, Anda tidak bisa menghalangi perintah Raja,” Saint Magda memperingatkan. “Raja menginginkan Sir Nicholas memimpin pasukan ke perbatasan. Musuh kita merupakan sekumpulan monster haus darah. Tanpa akal. Hanya nafsu dan insting. Apa Anda bermaksud membiarkan Sir Nicholas tanpa perlindungan?”

“Musuh kita?” August Sika membeo ucapan Saint Magda. Andai mereka tidak berada di area Giham, sudah pasti August Sika akan dengan senang hati mengangkat kursi dan menghantamkannya ke kepala Saint Magda. Dia ingin melihat darah mengalir. Tentu saja darah itu haruslah milik Saint Magda, bukan dirinya. “Kita memiliki paladin dan Raja memilih memercayakan kepemimpinan kepada Nicholas Aveza? Jangan bercanda! Lelaki itulah yang menyebabkan Giham kehilangan salah satu pendeta sekaligus calon saint terhebat. Saint, apa kau lupa bahwa posisimu sekarang ini murni karena peruntungan belaka?”

Viren mengepalkan tinju. August Sika sempat menangkap perubahan ekspresi di wajah Viren. Kedua mata emas yang memicing tajam, seperti elang siap mencengkeram seekor ular yang tengah melata di antara bebatuan. ‘Seekor elang pun bisa ditikam anak panah,’ pikir August Sika. ‘Dia hanya ancaman kecil. Tidak berarti.’

“Aku menghormati keputusan Pendeta Sofia mengundurkan diri,” August Sika melanjutkan. “Dia jelas memiliki pendapat tersendiri. Omong-omong, Saint. Mengapa kau melakukan pemberkatan terhadap anak haram milik Aveza?”

“Kepala Pendeta, tidak ada yang namanya anak haram,” Saint Magda mendebat. “Anda tidak bisa melabeli bocah tidak berdosa dengan kata haram. Itu merupakan sebentuk penghinaan terhadap Zagda, dewa anak-anak. Zagda mencintai semua anak-anak. Dia tidak memilih antara anak yang satu dengan yang lain.”

“Jangan bicara mengenai kedewaan denganku, Saint. Aku tidak bodoh. Kau pasti menyembunyikan sesuatu. Seharusnya tidak ada kerahasiaan di antara kita. Kau dan aku. Kita berdua bekerja di bawah naungan yang sama. Raja dan Ratu barangkali menyukai dirimu hingga bisa duduk di posisi ini. Namun, aku peringatkan: Kau bukan orang yang seharusnya menempati posisi tersebut. Pendeta Sofia-lah yang berhak atas mahkotamu.”

“Akan tetapi, Pendeta Sofia memilih jalannya sendiri. Anda tidak bisa serta-merta menganggap kedudukan saya sebagai permainan belaka. Raja dan Ratu mengakui saya. Apa Anda berani mempertanyakan wahyu Urmiz? Sang dewi telah menjatuhkan mandat dan Anda tidak bisa mendebat wewenang saya dalam memperbolehkan pemberkatan kepada Sir Nicholas. Dia akan mewakili manusia berperang di garis terdepan sebagai ujung tombak utama. Zeptuz, dewa perang, pun memberikan restu kepada Sir Nicholas.”

Bakat perang milik Aveza benar-benar membuat darah di seluruh tubuh August Sika mendidih. Sedari dulu semua Aveza tidak lebih dari otot tanpa otak. Carlos Aveza di masa muda pun selalu menjadi duri dalam daging. Sekarang putra-putranya berbuat serupa.

August Sika mencengkeram pegangan kursi. Dia tidak tersenyum maupun menyeringai. Hanya menampilkan ekspresi tanpa emosi. “Pastikan anjingmu tidak mengigit tanganku,” Agust Sika mulai mengeluarkan ancaman. Dia bangkit, menatap langsung kepada Viren. “Sebelum aku memutuskan untuk melemparnya ke rumah jagal.”

“Bukan anjingku yang akan menggigit Anda,” Saint Magda membalas. Senyum manis, tapi beracun tersungging di bibirnya. “Iblis-iblis-lah yang akan menangkap dan menjejalkan Anda ke sarang mereka.”

“Lancang!”

August Sika hendak maju, menjulurkan tangan dan menyentuh Saint Magda. Namun, Viren menarik pedang dan memosisikan ujungnya tepat di jantung August Sika.

“Mundur,” Viren mendesis. “Kau tidak pantas menyentuh tubuh suci Saint Magda.”

“Seekor anjing berusaha menggonggong dan mengira dirinya seekor serigala,” August Sika mendecih. “Kau akan berakhir di dasar kemiskinan. Kembali bersama orang-orang papa. Suatu saat aku akan memastikan dirimu berakhir lebih parah daripada itu.”

Saint Magda bangkit. Dalam keheningan pun orang awam bisa merasakan kemarahan Saint Magda. “Anda keterlaluan,” katanya, dingin. “Viren akan tetap berada dalam perlindungan Giham. Dia pemilik berkat Zeptuz dan Arkhas. Semua paladin mengakui kemampuan Viren. Apa Anda bermaksud menguji kehebatan Viren? Saya tidak keberatan mempertemukan Anda secepat mungkin dengan Yula, dewi kematian.”

“Ancamanmu tidak ada artinya.”

“Anda tidak paham juga.” Kali ini Saint Magda melangkah, melewati Viren, dan langsung mengangkat tangan. Di ujung jemarinya muncul kerlip cahaya keemasan, bukti dari berkat Urmiz. “Sir Nicholas akan mendapat pemberkatan, sesuai dengan kehendak Raja. Anda tidak bisa menampik permintaan penguasa Damanus. Kecuali Anda bersedia maju dan menumbalkan diri menghadapi monster.”

Entah karena kemarahan ataukah rasa malu hingga August Sika tidak berkutik. Seolah ada seseorang yang memaku kedua kaki milik August Sika hingga dia tidak bisa bergerak sedikit pun.

“Saya peringatkan,” kata Saint Magda. Cahaya surut seakan meresap di jemari. Kini hanya ada sisa kerlip yang berpendar di udara. “Jangan satu kali pun Anda berani menyebut Nona Ruby maupun anak lain sebagai anak haram. Saya muak mendengar ocehan Anda perihal kebaikan. Suatu saat saya akan membiarkan iblis memotong lidah dan menjahit bibir Anda supaya tidak ada kata-kata jahat keluar dari mulut Anda.”

“Saint Magda!”

“Bahkan seorang saint pun tetap memiliki dendam, Kepala Pendeta.”

Saint Magda menepuk pelan bahu Viren, mengajaknya pergi meninggalkan August Sika yang meraung sembari memecahkan cangkir.

Selesai ditulis pada 6 Agustus 2022.

:”) Maaf molor. Saya sedang nyicil naskah Morgan di KaryaKarsa. Oh ya, saya sekarang aktif nulis di dua platform saja. Wattpad dan KaryaKarsa. Akun di sana @GaluhCahya8 hehe, tolong temani saya nulis. Please, sendirian nggak enak.

Salam hangat,

G.C

Only for Villainess (Tamat)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora