57

3.8K 860 18
                                    

Cerkho memindahkan Viren di bawah pohon. Setelah itu, dia pun mengembalikan Ruby kepada Natalie dan Pearl. Keduanya, Natalie dan Pearl, masih terpengaruh oleh kesaktian Emir. Mereka membatu, persis patung. Bukan hanya mereka saja, melainkan semua makhluk dalam sekian radius pun terpengaruh kesaktian Emir. Terperangkap dalam penjara waktu.

Akan tetapi, penjara waktu milik Emir masih bisa diakali oleh Cerkho. Dia cukup bijak dalam memilih metode mengurai sihir dan membebaskan semua makhluk.

Ruby dibaringkan di lantai. Hanya di sana saja tempat paling bersih, menurut Cerkho, sekaligus tidak mencolok. Ketika Natalie dan Pearl sadar kemungkinan akan mengira Ruby jatuh dari bangku dan kehilangan kesadaran. Itu jauh lebih baik daripada Cerkho harus menampakkan diri di hadapan kedua orang itu.

Kadang-kadang seorang dewa pun butuh solusi cepat dalam menyelesaikan masalah.

***

Suasana pesta amat meriah. Semua orang tertarik berkenalan dengan Nicholas. Semua orang ini didominasi oleh janda muda dan gadis lajang dari keluarga baron yang mencoba peruntungan menggaet sang count muda. Kapan lagi ada kesempatan memperbaiki taraf hidup? Itulah yang mereka pikirkan.

Nicholas sekadar menjawab dengan kata-kata singkat. Sebenarnya, dia sama sekali tidak tertarik menjalin hubungan apa pun kecuali itu bila berkaitan dengan uang dan bisnis. Bagaimanapun juga ingin menghidupi Ruby dan membuktikan kepada Armand bahwa dia sanggup membesarkan Ruby tanpa campur tangan siapa pun dari Aveza. Lagi pula, tidak baik terlalu lama menetap di kediaman Aveza. Ruby perlu rumah sungguhan! Bukan bangunan yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan kata lain, Nicholas siap menempati hunian baru yang dihadiahkan oleh Raja Rudolph kepadanya.

“Lord, saya yakin mereka tidak keberatan menghabiskan satu lagu dengan Anda,” Zeno menyarankan. “Sedari tadi para lady menatap Anda dengan pandangan membara.”

Di sisi lain ada sekelompok lady yang secara terang-terangan berani menolak tawaran dansa dari siapa pun. Pandangan para lady ini terfokus kepada Nicholas yang, sungguh sial, memilih bergabung dengan kelompok pria bujangan tanpa keinginan mencari jodoh. Jenis pria yang tertarik pada perang, intrik, dan politik. Tidak menarik, begitulah yang para lady itu pikirkan.

“Putriku tidak butuh ibu tiri,” jawab Nicholas tanpa satu kali pun melirik ke barisan lady yang berharap menerima ajakan dansa.

Armand dan istrinya tengah berbincang dengan beberapa bangsawan. Dalam hal bersosialisasi Armand jauh lebih baik daripada Nicholas. Sekarang saja Nicholas gatal ingin menendang siapa pun yang berusaha akrab dengannya. Dia hanya ingin mengajak Ruby pulang!

Keinginan Nicholas terpenuhi. Natalie datang menjawab panggilan Nicholas. Hanya saja dalam artian tidak menyenangkan. Pearl mengekor di belakang Natalie, matanya sembap dan merah. Ruby berada dalam gendongan Natalie, tak sadarkan diri.

Sontak Nicholas pun bergegas meraih Ruby dan bertanya kepada Natalie, “Kenapa?”

“Count, sepertinya Nona sakit....”

Natalie tidak sempat menyelesaikan ucapannya. Nicholas memutuskan pergi. Dia menemui Raja Rudolph dan mengaturkan permohonan. “Putri saya sakit,” katanya dengan nada suara bergetar. “Saya mohon diri.”

“Lebih baik istirahat di sini saja,” Ratu Melinda menyarankan. “Bukankah kami memiliki tabib? Perjalanan pulang menuju Aveza membutuhkan waktu yang cukup menyiksa bagi anak-anak.”

“Ya,” Raja Rudolph membenarkan. “Kami tidak keberatan.”

Mau tidak mau Nicholas pun setuju. Dia tidak ingin Ruby celaka karena keteledorannya. Maka dari itu, Ruby pun dibawa menuju salah satu kamar yang memang khusus disediakan bagi tamu kenegaraan. Tabib datang beberapa menit setelah menerima panggilan darurat. Dia, si tabib, merupakan orang tua berusia sekitar lima puluhan. Sebetulnya dia merasa hampir terkena serangan jantung akibat pelototan serius dari Nicholas maupun  Ratu Melinda yang seolah berkata, “Awas saja sampai salah diagnosis!”

“Nona Ruby sedang tidur,” tabib menjelaskan. “Tidak ada yang perlu dicemaskan, Yang Mulia.”

“Bagaimana bisa kauyakin dia hanya tidur?” Ratu Melinda menuntut. “Burung mungil itu pasti sakit!”

“Kau berani menjamin dengan nyawamu!” Nicholas menyerbu. “Tidak mungkin putriku tidur!”

“Yang Mulia, Nona memang tidur!” Tabib bahkan sampai meneteskan air mata. Dia menatap Raja Rudolph, memohon pertolongan.

“Tabib benar,” Raja Rudolph melerai pertikaian. “Count, kau boleh tidur di sini, menemani putrimu.”

“Aku tidak keberatan menemani putrimu,” Ratu Melinda mengajukan diri. Kedua mata Ratu Melinda terlihat berbinar dan pipinya pun merona. “Count, kau boleh memakai kamar lain.”

“Ratu, sebaiknya kita tidak mencampuri urusan keluarga—”

“Raja, aku hanya tengah memperlihatkan kepedulian terhadap rakyat,” Ratu Melinda memotong. “Itu pun kau tidak paham.”

Nicholas pun langsung meraih Ruby. Dia sudah bisa menangkap maksud Ratu Melinda. “Yang Mulia, izinkan saya pulang.”

“Hah? Kenapa?”

“Tentu saja,” kata Raja Rudolph, mengabaikan kekecewaan istrinya. “Silakan.”

Nicholas keluar dari kamar dan langsung berhadapan dengan Armand dan Carlos.

“Cucuku baik-baik saja?”

“Merpati kecilku....”

“Aku tidak ada waktu meladeni kalian,” gerutu Nicholas sambil lalu. Dia memberi intruksi kepada Zeno Faun agar mencarikan mantel tebal. Mantel tersebut ia kenakan untuk melindungi Ruby. Sebenarnya, Ruby mirip kepompong. Begitu tebal mantel yang membungkus tubuhnya.

“Gunakan kereta,” Armand menuntut. “Dia bisa sakit kena angin malam!”

“Aku sudah membungkus putriku dengan mantel,” Nicholas menyangkal. “Dia aman. Lagi pula, ada sihir pelindung yang aku rapalkan di sekitarnya. Perjalanan dengan kereta memakan waktu. Aku tidak ingin dia terlalu lama berada di sini. Oh sebaiknya kau minggir sebelum aku menendangmu!”

“Dasar adik tidak tahu diri!”

Perkelahian di antara saudara kandung pun makin memanas.

Selesai ditulis pada 4 Oktober 2022.

Halo, maaf sedikit jumlah word-nya. Dua hari ini saya meriang dan baru hari ini sembuh. Sumpah demam itu nggak enak. Nafsu makan hilang, tidur nggak nyenyak.

:”) Yang bingung mengenai Emir. Hmmm saya sudah kasih bocoran lhooooo mengenai Ruby dan Emir. :”) Semoga cukup membantu menjelaskan plotnya nanti.
No, nggak ada spoiler. Huhuhu.

Jangan lupa jaga kesehatan. Sakit itu mahal dan nggak enak. I love you, teman-teman.

Salam hangat,

G.C


Only for Villainess (Tamat)Where stories live. Discover now