22

7.5K 1.5K 139
                                    

Armand menyadari bahwa kheli, burung kuning mungil yang konon merupakan perwakilan Runa, mengikuti rombongan hingga ke dalam gedung. Awalnya dia tidak terlalu menaruh perhatian terhadap burung tersebut. Namun, begitu kheli berkicau dan mengundang kheli yang lain maka makin waswas pula perasaan Armand.

Entahlah, Armand hanya merasa tidak nyaman.

Pendeta yang mengantar rombongan Aveza mulai membimbing mereka keluar dari gedung pertama dan masuk ke area taman kemudian sampailah ke gedung khusus. Tempat tersebut diberi nama sebagai Hor. Dalam bahasa lama diartikan sebagai penyucian maupun pengharapan. Tidak sembarang orang boleh masuk ke dalam Hor. Namun, ada pengecualian. Khusus kasus Armand dia mendapat dukungan dari Saint Magda.

Kheli memilih hinggap di pohon terdekat. Beberapa ekor burung mungil berwarna kuning menolak masuk ke dalam Hor. Seolah tempat tersebut terlarang untuk mereka jamah.

Dan kepada mereka yang bermaksud buruk terhadap diriku,’ Armand mengutip ucapan Urmiz, dewi cahaya, dalam salah satu balada lama. ‘Maka aku akan mendatangkan penghakiman terhadap mata yang berniat buruk.’

“Saint telah menunggu Anda sekalian,” si pendeta mempersilakan Armand dan Carlos masuk.

Di luar dugaan hanya Aveza saja yang menjejakkan kaki ke dalam Hor. Si pendeta memilih menunggu di luar, sama sekali tidak berminat turut campur dalam urusan apa pun yang Aveza tempuh.

Di dalam Hor cahaya tumpah ruah melalui kubah kaca yang terletak tepat di tengah ruangan. Di sekitar lingkaran luar kubah kaca dibentuk oleh sekumpulan kaca bening berwarna yang disusun menyerupai tumbuhan dan bunga. Merah mawar, kuning nasturtium, merah muda teratai, dan putih melati. Pada lingkaran kedua kubah dihiasi bentuk ular, serigala, dan bermacam hewan penjelmaan dewa dan dewi termasuk kheli. Sementara di lingkaran inti hanya berupa kaca bening tanpa ukiran.

Di bawah kubah kaca terdapat podium berbentuk lingkaran yang terbuat dari batuan alam. Ukiran emas menghias lantai. Jenis ukiran yang menceritakan mengenai kisah epos pahlawan melawan iblis dan kemunculan dewa-dewi ke dunia dalam berbagai penjelmaan.

Di atas podium Saint Magda telah menanti. Dia mengenakan jubah putih berhias sulaman benang emas dan perak. Di samping Saint Magda berdiri beberapa pendeta muda yang bertugas membantu acara pemberkatan pertama bagi Ruby.

“Silakan, Duke.” Suara Saint Magda terdengar merdu dan mendayu. “Saya jamin Pendeta Utama tidak akan berani mengganggu acara pemberkatan.”

Ruby masih saja menempel ke pelukan Carlos, menolak digendong Armand. Setiap kali Armand mencoba mendekat, maka makin kencang Ruby mendekap lengan kakeknya.

Carlos dan Armand meniti tangga. Langkah mereka menggema ke sepenjuru ruangan.

“Tolong biarkan Nona Ruby duduk di tengah lingkaran,” Saint Magda menunjuk ukiran lingkaran yang sisinya dihias emas, berada tepat di bawah kubah lingkaran inti. “Agar dia mendapat pemberkatan langsung dari dewa dan dewi.”

Sebenarnya Armand tidak keberatan bila Ruby ternyata tidak diberkati dewa maupun dewi mana pun. Namun, sudah menjadi kebiasaan bagi keturunan bangsawan agar melewati pemberkatan dan mencari tahu dewa ataupun dewi mana yang mengasihi keturunan mereka.

Carlos mendudukkan Ruby tepat di tengah lingkaran. Padahal Ruby gampang menangis bila ditinggal Carlos, tetapi anehnya saat ini Ruby justru tertarik mengamati seisi ruangan dengan mata berbinar. Awalnya Armand menganggap hal itu wajar, tetapi begitu dia menangkap kehadiran salah satu pendeta berambut pirang, kira-kira seumuran Jarga, dan berwajah tampan; pahamlah Armand terkait sikap Ruby yang tenang.

‘Bayi mungilku,’ Armand merintih dalam hati. ‘Mengapa engkau begitu mudah diombang-ambing oleh wajah rupawan?’

Saint Magda maju bersama pendeta berambut pirang dan yang lain. Awalnya Armand merasa janggal ketika menangkap rona merah muncul di wajah Saint Magda maupun pendampingnya. Seakan mereka tengah terpesona dengan Ruby dan bermaksud menculik Ruby saat itu juga.

Only for Villainess (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang