Pembukaan

1.3K 21 2
                                    


Halo, dengan Arwen di sini!
Sebelum baca part 01 ini, bantu follow yuk.

Nah, nanti sehabis baca kasih vote dan komen juga ya. Boleh kritik, saran, atau kesan.

Kalau baca doang, tapi gak follow, atau gak vote, atau gak komen, nanti ketekuk kakinya pas eek!

OK?

-*'--

Part 01

(Masih adem)

Dengan terburu-buru, Violet berjalan menjauh ketika dia berpapasan dengang seseorang di lorong.

"Tunggu, Violet!"

Mendengar namanya dipanggil, membuat Violet makin melebarkan langkahnya. Berusaha tetap jauh.

"Violet, tunggu," cegah seseorang yang sudah ada di belakangnya.

"Apa, sih, Pony?"

Terpaksa Violet berhenti, untuk meyakinkan Peony kalau dia sangat terganggu dengan kehadiran Pony.

"Vio, gue mau ngomong sama lo."

"Nggak usah, Pony! Gue nggak mau lagi temenan sama lo."

"Emang kenapa? Apa salah gue, Vio?"

Pony heran dengan perubahan sikap sahabatnya yang sangat tiba-tiba. Kalau selama ini dia sangat baik kepada Violet, kenapa cewek itu malah menjauh dan tidak mau berteman lagi?

"Vio?"

Violet tidak mengatakan apa-apa selain menatap Pony dengan penuh kebencian. Tidak mudah menumpahkan kata-kata saat dikuasai amarah.

"Kenapa lo hindarin gue, Vio?" tanya Pony yang sama sekali tidak mengerti.

"Mungkin itu karena lo pura-pura nggak tahu, Pony."

Violet berusaha menghindari kontak mata dengan Pony, sahabatnya, atau mantan sahabat sekarang.

"Apa maksudnya Vio, tolong jelasin," pinta Pony yang semakin membuat jengkel Violet.

"Beneran lo nggak tahu?"

Saat menanyakan itu, amarah dalam diri Violet menyala-nyala seperti api yang siap membakar semuanya. Terutama, Pony!

"Serius! Vio, ada masalah apa?"

"Masalahnya, LO PACARAN SAMA bokap GUE, PONY! Lo, di belakang gue, diem-diem kencan sama Papa."

Pony melotot, dia segera membungkam mulut Violet dengan tangannya. Namun, semua siswa SMA Nusantara yang ada di lorong pasti sudah mendengar teriakkan Violet. Banyak mata tertuju pada kedua cewek itu.

"Diem! Dari mana Lo tau hubungan gue sama Om Zarko?"

"Ya gue taulah! Gue anak Papa. Apapun yang Papa rahasiakan pasti gue bakal tahu juga!"

"Tapi Lo jangan teriak-teriak di sekolah, be-go! Gimana kalau semua orang tau? Bukan cuma gue, Lo juga pasti bakalan malu."

"Habisnya, gue kesel. Bisa-bisanya sih, Lo sama Papa, nyembunyiin ini? Dan jangan khawatir masalah gue malu atau nggak, karena sebentar lagi juga kalian bakalan putus!"

"Nggak segampang itu juga, Vio."

"Emang kenapa Lo nggak mau putus sama Papa?" tanya Violet geram.

"Ya ngapain, Vio? Gue sama Om Zarko saling cinta. Kami nggak bakalan putus gitu aja."

"Dasar cewek murahan! Nggak tau diri. Selama ini Lo pura-pura jadi sahabat gue, cuma buat ngegebet bokap gue?"

Saat mendengar tuduhan itu, Pony langsung berbalik meninggalkan Violet. Hatinya terasa sakit, sangat sakit. Bisa-bisanya, ketulusan Pony selama ini dianggap pura-pura?

"Pony, mau kemana Lo? Gue masih mau ngomong?"

Pony berbalik dan meraih tangan Violet, membawanya jauh dari lorong sekolah. Menaiki tangga menuju atap. Sesampainya di area rooftop, Pony melepaskan tangannya dari lengan Violet.

"Sorry, Vio. Tuduhan Lo sama sekali nggak berdasar. Lo kira selama ini gue pura-pura? Buta mata Lo? Nggak bisa liat mana yang beneran mana yang pura-pura? Gue tulus sayang sama Lo, sebagai sahabat gue."

"Ya, tapi kenapa?"

"Kenapa apanya?" Pony balik bertanya.

"Kenapa harus Papa, Pony? Kenapa? Lo bisa kencan sama siapa aja, kan? Selain Papa. Kalau perlu, kalau perlu gue cariin cowok buat Lo."

"Nggak sesederhana itu, Vio. Gue udah bilang, gue sama Om Zarko saling cinta. Ya selama ini kita berdua selalu berusaha jaga rahasia karena jaga perasaan Lo juga."

"Pony, Lo itu nggak bisa dan nggak boleh pacaran sama Papa. Lo tau kenapa? Karena Lo itu masih muda, terus karena gue sebagai anak Papa gue nggak setuju. Paham?"

"Tapi, Vio, gue sayang sama Om Zarko, gua juga ... sayang sama Lo. Apa salahnya, sih?"

"Stop, Pony! Diem. Gue nggak mau denger itu!"

Violet heran, dari begitu banyak wanita dewasa, cantik dan mandiri di dunia ini mengapa Papa milih Ponya? Seorang remaja labil, yang bahkan tak lebih pintar dari dirinya?

Terus, sekarang semua orang sudah tahu bahwa Pony adalah kekasih Papanya yang duda. Apa yang akan dipikirkan anak-anak? Apa jangan-jangan nanti, dia dia harus memanggil Pony dengan sebutan Mama? Mama tiri?

Violet sangat marah pada Pony, terlebih kepada Papa yang merahasiakan hubungan asmaranya. Mengapa harus Pony? Apa bagusnya Pony di mata Papa?

Keduanya, baik Papa maupun Pony, telah mengkhianati Violet. Di belakang Violet, menjalin hubungan asmara.

"Gue sayang lo, Vio."

"Lo sayang sama gue? Sama Papa? Atau sayang sama duit Papa? Lo butuh uang?"

"Enggak! Cinta gue ke Om Zarko tulus. Lo salah kalau ngira gue deket sama Om Zarko demi uang. Salah besar!"

"Tulus Lo bilang?"

"Ya, Vio. Lo harus terima kenyataan kalau gue mencintai Papa Lo. Sebaliknya, Om Zarko juga cinta sama gue."

"Jijik gue dengernya!" maki Violet sambil meninggalkan Pony sendirian.

***

Di rumah Violet mencoba membujuk ayahnya untuk putus dengan Pony. Dia memohon, dan mengatakan kalau hubungan Papa dengan Pony bisa berdampak buruk baginya juga.

"Sayang, bagaimana kami akan putus, sedangkan kami belum resmi pacaran?" jawab Papa.

"Tapi kalian berkencan Papa. Aku tahu semua yang Papa katakan di chat sama Pony."

"Oh, ternyata Papa sudah tidak punya privasi, ya? Sampai HP Papa kamu baca-baca."

"Memangnya kenapa, Pa? Kalau enggak gitu, kalian akan terus--"

"Cukup! Cukup, Violet! Kamu tidak berhak untuk mencampuri urusan Papa, apalagi, tidak menghargai privasi Papa."

"Tapi, Pa-"

"Papa tidak ingin dengar alasan ketidaksopananmu."

"Jadi, Papa lebih sayang dengan Pony dibandingkan anak Papa sendiri?"

"Tidak begitu, Violet.

"Lakukan saja apa yang Papa mau. Vio kecewa sama Papa!"

"Vio!"

Papa berusaha memanggil Violet, tetapi gadis itu keburu pergi. Mengurung diri di kamarnya. Padahal dia belum makan malam.

Di dalam kamar, Violet menangis di atas tempat tidurnya. Merasa terkhianati, merasa tidak diperhatikan, dan takut akan kehilangan Papa. Bagaimana kalau suatu saat Papa tidak lagi peduli padanya?

Bagaimana kalau teman-teman di sekolah mulai mengejeknya? Kenapa, Papa begitu keras kepala? Kenapa Papa, sepertinya lebih menyayangi Pony?




Dinikahi Duda Tampan (Tamat)Where stories live. Discover now