19. Kenapa Kamu Kembali?

52 3 0
                                    

Dengan wajah yang pucat, Violet memasuki kelas. Langkahnya pelan dan goyah. Satu, dua, tiga, gadis itu menghitung langkah kaki yang terasa begitu sulit. Menjangkau tempat duduknya saja terasa lama sekali.

"Vio! Kenapa?"

Violet menoleh kepada orang di sampingnya. Lalu menatap dengan penuh benci pada Pony.

"Lo sakit?"

"Nggak usah peduliin gue!"

Dengan sisa tenaga yang tidak banyak, Violet menghempaskan tangan Pony dari tubuhnya.

"Vio? Kenapa? Yuk, gue bantuin," kata Andin sambil membantu Violet.

Perselisihan antara Pony dan Violet, yang selalu berusaha disembunyikan pun jadi makin terlihat. Bahkan, hampir seisi kelas mengetahuinya. Terlebih bagi, Andin dan Glesia.

Sepanjang pelajaran berlangsung, Pony mengkhawatirkan keadaan Violet. Dia khawatir kalau anak itu sakit. Pony bahkan berniat untuk menghubungi Zarko untuk menginformasikan keadaan Violet. Namun, sebelum hal itu dia lakukan, Violet tampak membaik.

Bersama dengan Andin, Glesia, dan yang lain Violet tertawa-tawa. Bercanda bersama, sesekali melirik sinis pada Pony. Lalu kembali tertawa seolah menemukan hal yang lucu dari diri Pony. Sangat tidak nyaman bagi diperlakukan demikian.

Ketika waktu belajar selesai, buru-buru Pony berlari keluar. Dia tidak tahan dengan pandangan-pandangan dan bisikan-bisikan yang merendahkan. Sangat menyakitkan jika seseorang yang pernah sangat dia sayangi, malah memperlakukannya dengan penuh rasa benci.

Pony berjalan keluar dari area sekolah, terus melangkah menjauhi keramaian di depan sekolah. Dia berniat akan langsung pulang saja. Namun, tiba-tiba sebuah mobil tepat berhenti di dekatnya.

"Pony!"

"Ya ampun! Kamu tepat waktu sekali, Pak."

"Iya, kan sudah janji."

"Eh, iya."

"Ayo naik."

"Oke."

Pony segera naik ke mobil. Lalu dia menunggu, karena Zarko tampak menghubungi seseorang.

"Papa sudah di luar ini."

"Apa? Kenapa?"

"Baiklah."

Setelah selesai telepon, Zarko langsung melajukan mobilnya tanpa berkata-kata.

"Telepon siapa?" tanya Pony penasaran.

"Vio."

"Ooh."

"Katanya dia mau ada acara sama teman-temannya. Kupikir tadi mau ikut pulang sekalian."

"Oh, gitu."

"Nggak pa-pa, Pony, lagian aku mau nemenin kamu groceries."

"Iya."

Mereka pun sepakat melanjutkan perjalanan ke supermarket terdekat. Pony berniat untuk mengadukan perlakuan Violet pada Zarko, tapi dia ragu. Saat dia ingin  mengatakan bahwa Violet tampak sakit di sekolah, dia pun juga ragu karena beberapa waktu setelahnya Vio kelihatan sehat dan bahkan membuatnya jengkel.

"Kamu mikirin apa?" tanya Zarko saat melihat sikap Pony yang seperti merahasiakan sesuatu.

"Nggak ada, kok."

Bohong. Padahal dia sedang kesal karena mengingat Violet. Mereka sampai di salah satu supermarket. Zarko memarkir mobilnya dan mereka segera turun.

"Aduh! Aku lupa harus beli apa," keluh Pony karena terlalu kesal dan memilih diam, membuat dia lupa apa saja yang harus dibeli. Dia hanya ingat beberapa barang yang Tante Yana sebutkan tadi pagi.

Dinikahi Duda Tampan (Tamat)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz