18. Peluang

68 3 0
                                    

Halo! Dengan Mimin di sini. Sebelum baca, vote dulu yuk. Terima kasih. 🤗🤗🤗Semoga terhibur.❤️❤️❤️

Part 18

"Selamat pagi. Lagi," sapa Zarko ketika Pony masuk mobil.

"Seneng bisa ketemu lagi," balas Pony dengan wajar berseri-seri. Berjumpa dengan Zarko, saat ini bagi Pony seperti semua bunga di musim semi tumbuh di hatinya. Begitu indah, menyenangkan, dan membuat jiwa jadi tenang.

Bagaimana Pony bisa kembali memandang wajah itu. Wajah yang selalu berhasil menawannya dengan perasaan aman dan nyaman, terlindungi, sekaligus dihormati. Iya, itu kata kuncinya, jerit hati Pony.

"Tentu."

Mereka memulai perjalanan dengan segudang pertanyaan di benak masing-masing. Tentang siapa dan bagaimana hubungan Zarko dengan wanita yang mengalihkan perhatiannya dari Pony. Tentang sakitnya Pony, dan siapa sebenarnya cowok yang selalu bersamanya. Serta, bagaimana pada akhirnya mereka memutuskan untuk kembali bertemu.

Pony sangat ingin tahu apa saja yang terjadi pada Zarko ketika mereka tidak bersama.

"Rasanya udah lama banget kita nggak ketemu," ucap Zarko membuka kembali obrolan setelah perjalanan yang bisu.

"Iya, banyak hal yang ingin aku tanyakan."

"Sama. Tapi, sekarang sudah waktunya kita kembali ke kehidupan nyata."

"Benar. Singkat banget rasanya," keluh Pony saat akan berpisah dengan Zarko. Dia merasa sedih, bahwa sebentar saja mereka bersama lalu sekarang pria itu harus berangkat kerja.

"Nanti ketemu lagi, ya. Kita ngobrol yang banyak."

"Nanti?"

"Nanti aku jemput pulangnya."

"Eeum, masalahnya nanti aku mau ke grocery store."

"Ya, nggak pa-pa. Sekalian aku temani belanja. Oke?"

Pony mengangguk yakin. Dengan begini, akan lebih mudah baginya untuk berpisah sementara dengan Zarko. Hanya beberapa jam, hibur Pony pada dirinya sendiri.

"Pony …"

"Ya?"

"Tolong, belajarlah dengan baik."

Pony mengiyakan. Meski sebenarnya dia tidak yakin akan bisa. Mana ada orang yang bisa terus belajar dengan baik saat kepalanya dipenuhi dengan angan-angan tentang orang tercinta?

Pony melambaikam tangan ketika Zarko berlalu. Membuat beberapa pelajar yang mengenali mereka heran. Saat mereka bertemu dengan Violet di lorong, mereka pun menyapa Violet.

"Vio, kok, Lo udah nyampe duluan?"

"Ha? Kan, gue udah biasa," jawab Violet santai.

"Kenapa ngga bareng sama Papa Lo?"

"Papa?"

"Iya. Tadi Papa Lo nganterin Pony, loh."

Violet menelan ludahnya. Matanya membulat. Mau tak mau itu sangat mengejutkannya. Namun, sesegera mungkin Violet menguasai dirinya kembali.

"Ooh! Oh, itu! Iya. Tadi pagi udah diajak barengan. Cuma … gue kan, pengen nyampe duluan biar bisa belajar dulu. Gitu."

"Oh, jadi emang Lo yang nggak mau barengan, ya?"

"Haha. Iya. Kalau Papa sama Pony, mereka kan, nggak buru-buru."

"Oke. Kita duluan, ya."

"Sip!"

Setelah tiga cewek itu berlalu, Violet segera menuju toilet. Dia menyembunyikan diri dalam salah satu bilik.

"Gawat! Kalau kayak gini, lama-lama bakal ketahuan juga," gumam Violet.

Dinikahi Duda Tampan (Tamat)Where stories live. Discover now