08. Sakit Hati ...

109 4 0
                                    




Pertemuan dengan Mr. C berjalanan lancar. Setelah ini, Zarko akan sibuk dengan banyak urusan yang harus dibereskannya. Terlebih, dia sudah menerima project infrastruktur dari satu pemerintah daerah.

"Kapan rencana meeting dengan Ibu Bupati?" tanya Zarko pada Silvia.

"Setelah mengkonfirmasi jadwal dengan staf Bupati, waktunya sudah ditentukan yaitu lusa."Silvia menerangkan.

Dengan begitu ada daftar panjang pekerjaan yang harus diselesaikan oleh Zarko. Pria itu akan sibuk.

Di sisi lain, Pony tak kunjung bangkit dari tempat tidurnya. Seluruh tubuhnya terasa sakit, terutama perutnya yang terasa terbakar.

Tante Yana berusaha membangunkan Pony. Namun gadis itu hanya melenguh, tubuhnya penuh dengan keringat.

"Tante, saya nggak enak badan," ucapnya yang masih meringkuk di atas tempat tidur.

"Kamu kenapa? Demam ya?"

Tante Yana panik juga. Meskipun terkadang dia berlaku keterlaluan, tetapi melihat keadaan Pony yang sakit, Tante khawatir juga. Dia takut tertular dan juga takut dipersalahkan atas perlakuannya yang buruk kepada Pony.

Karena itulah Tante Yana membawa Pony untuk berobat di klinik dekat rumah. Tante Yana mengantarkan Pony untuk periksa ke dokter dan meminta obat.

"Apa bisa rawat jalan saja dokter?" tanya Tante Yana kepada dokter yang memeriksa Pony.

"Bisa Ibu. Saya akan bantu pantau, tetapi kalau keadaannya memburuk kita harus segera membawanya ke rumah sakit," terang dokter wanita itu.

Akhirnya Pony dibawa kembali ke rumah dan kembali tiduran di kamarnya. Tante Yana segera menyiapkan makanan untuk Pony dan menyuruhnya untuk minum obat. Pony didiagnosis menderita gejala tipes.

Tante Yana mau tidak mau membersihkan rumah sendiri dan mengerjakan semua pekerjaan rumah karena tidak mungkin menyuruh POny. Wanita itu rajin mengantarkan makanan ke kamar Pony.

"Pony makanannya dimakan, ya. Ini Tante beliin bubur buat kamu. Jangan lupa minum obat. Kamu harus cepat sembuh Pony."

"Terima kasih, Tante."

"Apa kamu merasa sedikit baikan?" tanya Tante Yana memastikan.

"Lumayan, Tante. Cuma punggung Pony masih terasa sakit banget. Pony juga bingung, tiduran juga rasanya sakit mau bangun rasanya lemes banget."

"Udah kamu tenang-tenang aja. Kamu tiduran minum obat makan biar Tante yang ngurusin semuanya. Yang penting kamu cepat sembuh."

"Iya tante."

"Pokoknya, jangan sampai Om dan Evan tahu kalau Pony sakit, ya. Tante cuma minta itu. Tante janji akan mengurusi semua kebutuhan kamu, asalkan kamu nggak ngadu sama Om sama Evan kalau kamu sakit. Bisa kan, Pony kamu melakukannya untuk Tante?"

Tante Yana terpaksa mengatakan itu kepada Pony, karena dia takut kalau anak dan suaminya mengetahui jika Pony sedang sakit. Kedua orang itu pasti akan sangat khawatir dan tidak menutup kemungkinan mereka akan menyalahkan dirinya.

"Jangan khawatir, Tante. Pony juga nggak mau mengganggu atau merepotkan Om dan Evan."

"Nah itu baru benar. Terima kasih Pony. sekarang Tante mau lanjut bersih-bersih dulu, ya."
Tante Yana meninggalkan Pony sendirian di kamarnya wanita itu mulai membersihkan rumah memasak dan mencuci.

Meski baru tiga hari, rasanya sudah berhari-hari Tante Yana melakukan segala pekerjaan rumah sendirian. Wanita itu berniat untuk memanggil asisten rumah tangga paruh waktu untuk membantu mengerjakan pekerjaan rumah.

Dinikahi Duda Tampan (Tamat)Where stories live. Discover now