07. Mencari Om ke Kantornya

127 7 0
                                    

Halo, Sobatku sayang!

Maaf kalau ada typo. Komenin aja kata-kata yang menganggu, buat aku perbaiki.

OKE?

Siap untuk part 07?

Here we goooooooo........

Part 07

Zarko dan Silvia segera turun ke area basement untuk mengambil mobil. Sedari tadi, Zarko mencoba bersikap biasa-biasa saja, tetapi ketika menuruni tangga ke area parkir, dia melepas tangan Silvia.

"Ngapain sih, kamu kayak gitu?" protes Silvia yang merasa kesal apa sikap Zarko.

"Enggak apa-apa. Emang kita mau makan siang, kan?" jawab Zarko santai.

"Sebenarnya siapa tadi? Apa dia kerabatmu?"

"Bukan," jawab Zarko sambil melemparkan kunci mobil kepada Silvia.

"Heeeeeh, aku yang bawa?" tanya Silvia untuk meyakinkan.

"Lemes aku, lagi nggak pengen nyetir. Ayo cepat berangkat."

"Harusnya nanti gajiku naik berkali lipat. Sudahlah aku menjalankan tugasku, ditambah suruh nyetir juga, dan harus pura-pura mesra di depan anak kecil tadi," protes Silvia.

"Haduh! Banyak tuntutan," ujar Zarko sambil memasangkan seat belt.

"Ini udah nggak sesuai job desc tauuu!"

Silvia melajukan mobil pelan-pelan keluar dari area parkir lalu ke pintu keluar, sebelum akhirnya masuk ke jalan raya. Mereka dalam perjalanan ke sebuah hotel untuk sebuah pertemuan dengan calon investor.

"Kenapa mukamu ditekuk-tekuk gitu?" goda Silvia yang merasa kasihan kepada atasannya.

"Hemh, gak tau lah! Rasanya jadi nggak semangat gini."

"Oh! Jangan-jangan gara-gara anak tadi. Suapa sih, sebenarnya dia?" selidik Silvia tanpa putus asa.

"Udahlah nggak penting. Cuma aku kepikiran, kayaknya tadi udah keterlaluan main pergi gitu aja ninggalin anak itu."

"Nggak masalah, kok. Kan, kamu udah titipin uang ke security buat dia. Lagian kita emang lagi buru-buru. Tapi ... kayaknya kamu butuh konsiler."

"Buat apa?"

"Cover darksikel kamu itu, loh. Mukamu nggak representatif banget!" ejek Silvia.

"Mana? Jangan-jangan anak itu tadi lihat wajahku yang begini," ucap Zarko, sambil menegakkan badan dan mencoba bercermin. Padahal dari tadi dia tampak lesu, seperti cucian basah yang tak kena angin, tak juga matahari.

"Aku cuma bercanda, kok. Jangan-jangan kamu sama anak itu ... ada hubungan spesial ya?" tebak Silvia yang biasa bersikap normal ketika hanya berdua saja dengan Zarko. Namun, cewek itu cukup tahu diri untuk bersikap formal ketika di kantor atau saat ada orang lain.

Zarko hanya merengut, membuang pandangannya keluar jendela dan kembali terlihat lesu seperti semula. Membuat Silvia berdecih lalu bergumam, "Dasar aneh!"

"Tolong nanti kalau sudah sampai bersikaplah normal. Pertemuan ini sangat penting. Pertemuan dengan Mr. C ini bisa menyelamatkan perusahaan. Paham, kan?"

"Iya! Iya, Silvia aku paham, kok."

"Baguslah kalau gitu. Ingat, ada banyak orang yang kehidupannya bergantung pada perusahaan. Kamu bisa bayangkan berapa banyak orang yang bergantung dengan kelancaran bisnismu."

"Haduh cerewet."

"Ngomong-ngomong bagaimana kabar Violet?"

"Baik," jawab Zarko singkat. Lalu perasaan bersalah pun menyusup ke dalam dadanya. Selama ini dia menghabiskan banyak waktu untuk bekerja. Lalu di waktu-waktu senggangnya yang tidak banyak, dia malah menghabiskannya bersama Pony.

Dinikahi Duda Tampan (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang