23. Si Gila Kerja

42 1 1
                                    


Meskipun berusaha sembunyi-sembunyi, rumor tetap tidak bisa dibendung. Anak-anak yang tidak menyukai Pony, mengatakan bahwa gadis itu telah menjadi wanita simpanan. Sebagian lain, menduga-duga siapa kiranya orang yang telah menjadikan Pony sebagai anak gulanya.

Hal itu sangat meresahkan terutama bagi Violet. Karena teman-teman dekatnya tahu, hubungan antara papanya dengan Pony. Bagi Violet tidak perlu waktu yang panjang lagi untuk semuanya terbuka.

Kemarahan itu datang lagi. Menggulung-nggulung dalam hamparan kesabaran yang selama ini Violet paksaan.

Kemarahan yang siap tumpah, mengamuk Pony dan terutama Papa.

"Kenapa aku harus mengalami hal seperti ini?" Violet mengeluhkan jalan hidupnya yang terasa kurang benar. 

Di sisi lain, Pony malah sedang sibuk dengan perasaan bersalahnya. Setiap kali menghabiskan waktu bersama Evan, dia sangat menyukainya. Namun, itu juga membuat rasa tidak nyaman karena rasa bersalah kepada Zarko. 

Bahkan, dia mulai berpikir untuk keluar dari rumah Tante Yana. Lagipula sekarang dia punya uang, mungkin cukup untuk menyewa kamar kost. Mungkin itu malah bagus untuk kesehatan mentalnya. Bebas dari segala macam perintah Tante Yana, dan bisa menghindar dari Evan. Yang sulit ditolak. 

"Pony, lo nggak bisa diem amat ya jadi orang. Please, lah, kita tuh tinggal sebentar lagi sekolah di sini."

Tiba-tiba saja Violet datang menegurnya. Sepertinya, gadis itu juga sudah terlalu bosan untuk bertengkar dengan Pony.

"Tenang aja, Vio. Gue juga tahu, kok."

"Ya terus?"

"Menurut lo kita harus gimana?" tanya Pony polos.

"Lo putusin aja Papa gue. Dah, selesai urusan!" usul Violet tegas.

"Oke, kalau itu baik menurut lo."

"Haa?"

Violet ternganga sejenak. Menatap Pony heran. Reaksi gadis itu benar-benar di luar dugaan. Biasanya, dia akan marah dan menolak ide Violet, di waktu lain. Namun, sekarang mungkin dia sudah berubah. 

Tidak dapat dipungkiri lagi, Violet benar-benar merasa senang. Bunga matahari paling lebar, paling cantik, dan paling vibrant sedang dalam proses mekar dalam hatinya ketika dengan tiba-tiba Pony mengatakan, "Dengan satu syarat."

"Apa lagi?" 

"Asal kita baikan lagi, Vio."

"Heh! Dasar ya!"

Vio menjitak kepala Pony. 

"Aduh, sakit."

"Lagian bisa-bisa lo langsung setuju sama ide gue?"

"Gue juga capek kali, Vio, musuhan sama lo."

Violet tertawa lalu duduk di samping Pony. 

"Bener juga, sih. Oh, ya, meskipun kita baikan gue nggak akan ngijinin lo ketemuan ya sama Papa di rumah."

"Iya, ih, bawel!"

"Ya udah nanti kita pulang bareng aja," kata Vio menawarkan. Meskipun agak ragu, Pony akhirnya setuju.

***

Pony sedang mengurus tanaman-tanaman, saat Tante Yana pulang. Waktu menunjukkan pukul lima sore, tetapi Tante Yana memberitahukan pada Pony untuk tidak usah masak makan malam.

"Tante, sebenarnya ada yang mau Pony sampaikan."

"Oh ya? Ada apa?"

"Waktu Evan kemarin malam pulang …."

Dinikahi Duda Tampan (Tamat)Where stories live. Discover now