16. Janji

71 5 0
                                    

Halo! Selamat pagi, Sobat.
Akhir-akhir ini, Mimin mulai jarang ngetiknya. Makanya jadi lambat update. Namun, tetep Mimin usahakan update, semoga terhibur.

Jangan lupa ginggalin vote dan komen ya!

-16

Langit mulai legam ketika waktu menunjukkan pukul delapan malam. Bintang-bintang tidak tampak malam ini. Bunyi pletak-pletak, diselingi sapuan angin menemani Zarko dan Violet.

"Beneran mau tidur sini?" tanya Zarko memastikan.
Pria itu memandang putrinya sambil memegang botol minuman ringan.

"Iya, Pa. Kalau perlu nggak usah tidur. Tapi, nanti kalau Vio ketiduran Papa jagain, ya."

Sebenarnya mereka sudah menyewa kamar hotel untuk menaruh barang bawaan. Namun, si Violetta bersikeras ingin berkemah di tepi pantai. Menyewa peralatan parenting yang ada di sekitar pantai. Eh, maksudnya peralatan camping!

Pada akhirnya, mereka berdua sepakat untuk bermalam di tepi pantai. Menghabiskan waktu bersama untuk saling bercerita. Mungkin, bagi orang lain itu adalah hal yang sangat biasa. Tidak bagi Vio dan Zarko, kebersamaan adalah kemewahan melebihi barang-barang bermerk bahkan tempat-tempat fancy lainnya.

"Maaf ya, Pa, kalau Vio tanya hal ini."

"Iya, GPP, Vio."

Zarko bersiap. Dia tahu arah pembicaraannya Violet.

"Gimana hubungan Papa sama Pony?"

"Beneran, Vio pengen tahu?"

"Iya."

"Hmm. Sebelumnya, Papa minta maaf kalau apa yang akan Papa bilang mungkin nggak sesuai sama harapan Vio. Papa nggak bisa bohong."

"Iya, Pa."

"Beberapa waktu ini, kami memang tidak saling menghubungi. Papa sempat block kontak Pony."

Zarko mengatakannya dengan getir, dia ingat betapa kejam perlakuannya pada Pony. Sampai-sampai, gadis itu jatuh sakit.

"Yah, tapi perasaan … entahlah, Vio. Suatu saat kamu mungkin akan mengerti."

"Maksud Papa? Apa Papa berniat menjalin hubungan lagi sama Pony?"

"Apa itu akan menyakiti hati Vio?"

"Papa, apapun yang Vio rasakan, tidak akan mengubah keputusan Papa, kan? Jangan cemaskan Vio. Meskipun bukan berarti Vio setuju."

"Vio …."

"Udahlah, Pa. Lakuin aja yang Papa mau. Asal--"

"Asal apa?" tanya Zarko antusias. Dia berpikir mungkin Violet akan meminta sesuatu sebagai syarat dan dia pasti akan mengabulkannya.

"Asalkan Papa tetap jadi Papanya Vio!" seru gadis itu dengan ceria.

"Tentu saja!"

Pada akhirnya, mereka berdua tertawa bersama. Membiarkan hal yang belum benar-benar terselesaikan mengendap. Saat ini, Violet dan Zarko tidak ingin dipusingkan oleh hal apapun.

Zarko kemudian menceritakan mengenai keluarga Wisnu dan anaknya. Apa yang telah terjadi pada mereka dan apa yang telah Zarko lakukan untuk meringankan beban Wisnu.

"Papa salut banget sama Wisnu," ungkapnya.

"Vio juga! Vio bangga sama Papa. Papa adalah orang yang sangat baik."

"Benarkah? Papa tidak merasa demikian."

"Pokoknya, Papa adalah yang terbaik, itu menurut Vio."

Zarko terharu dengan ungkapan hati putrinya. Dia tidak menyangka akan penilaian Violet terhadap dirinya.

Dinikahi Duda Tampan (Tamat)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora