30. Jangan Pergi

43 3 0
                                    


"Engggh, jangan pergi."

"Jangan! Jangan pergi."

Pony mengerjapkan mata beberapa kali. Gelap, yang dia bisa lihat hanyalah pendar cahaya lampu tidur yang melayang-layang di langit-langit. Dia segera memeriksa Vio di sampingnya.

"Vio," panggilnya pelan sambil menepuk pelan pundak sahabatnya itu.

"Jangan pergi!" rintihnya lagi.

"Jam berapa ini?" Pony menoleh ke jam di samping. Baru jam 2.37 pagi. Namun, Vio belum juga bangun. Mimpi buruk pasti telah mengganggu tidur gadis itu.

"Vio, bangun, Vio."

"Jangan pergi!" jeritnya sambil memeluk pinggang Pony, sangat erat.

"Tolong jangan pergi."

Pony baru menyadari kalau Violet menangis. Dia tidak bisa berbuat apa-apa selain mengusap-usap Vio sambil terus berusaha membangunkannya.

"Bangun, Vio, lo mimpi buruk? Vio, ini gue Pony."

"Pony?"

"Bangun dulu, Vio. Ada apa?"

Pony sebenarnya sangat cemas melihat keadaan Vio. Dia juga takut kalau keadaan jadi horor karena mereka cuma berdua saja.

"Pony, gue mimpi buruk."

Pony mengusap-usap kepala Vio yang basah oleh keringat dingin.

"Lo demam Vio. Panas banget."

"Mhhh."

Pony berpikir, apa yang harus dia lakukan? Apakah demam itu membuat Violet harus mendapat pertolongan medis segera? Sejujurnya, dia bingung harus melakukan apa. Namun, Pony harus segera memutuskan.

Ketika Pony meraih ponselnya, Violet menoleh dan dan langsung memberi peringatan.

"Jangan kasih tau Papa kalau gue demam. Gue nggak pa-pa, kok."

"I-iya, Vio. Gue cuma mau googling, gimana caranya nanganin demam."

"Udah nggak usah repot-repot, Pony. Ada obat, kok."

Violet meminta Pony untuk mengambilkan obat di laci. Selain itu, Pony juga memasang plester kompres untuk membantu menurunkan panas.

"Tolong ambilkan air hangat buat minum," pinta Vio lemah.

"Iya, Vio."

"Pony ..."

"Ya?"

"Maaf ya, jadi ngerepotin lo."

"Eh, nggak pa-pa, kok. Santai aja."

Setelah minum obat, air hangat, dan dikompres, Vio mencoba kembali tidur. Sementara itu, Pony mengusap-usap betis dan lengan gadis itu dengan minyak telon. Meskipun sempat mengira jika hubungan mereka dekat, ternyata Pony tidak pernah tahu kalau Violet bisa mengalami demam sampai menangis di tengah malam.

"Apa ada sedikit baikan?"

"Iya, Pony. Makasih banget. Untung ada lo di sini. Kalau nggak ...."

Pony menunggu dengan sangat penasaran, apa kiranya yang akan Vio katakan. Namun, gadis itu sepertinya terlalu ngantuk untuk mengobrol. Mungkin pengaruh obat juga.

"Tidurlah, Vio," ucap Pony pada akhirnya. Menutup rapat penasaran yang sempat meletup-letup.

"Kalau nggak, gue pasti nangis sendirian, Pony! Di sini. Tanpa siapa pun."

Dinikahi Duda Tampan (Tamat)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora