25. Mari Kita Putus

67 2 0
                                    

Pony pulang ke rumah ketika waktu menunjukkan pukul 10 malam. Tidak biasa-biasanya Tanta Yana ada di bawah. Wanita itu sedang melakukan sesuatu di dapur.

"Malam Tante," sapa Pony.

"Baru pulang?"

"Iya, Tante.  Tante lagi ngapain?" 

"Mau bikin teh aja."

"Sini, biar Pony yang bikinin."

Pony segera mencuci tangan dengan sabun. Untuk segera membantu Tante Yana.

"Eh, nggak usah, Pony. Tante lagi membiasakan diri seandainya kamu sudah pindah dari sini. Gimana tadi, lancar? Apa tempatnya bagus?" 

Tante Yana menuang air panas ke dalam pot teh, setelah menabur teh bubuk ke dalamnya.

"Sini, duduk sama Tante," ajak wanita itu yang diikuti oleh Pony. Tante menyiapkan dua cangkir di atas meja makan untuk mereka minum teh bersama.

Tante Yana menuangkan untuk masing-masing cangkir. Lalu mendekatkan salah satunya kepada Pony.

"Makasih, Tante."

"Iya. Eh, gimana tadi?" selidik Tante Yana penasaran.

"Tadi itu dianter temen Tante, ke kosan yang dia rekomen. Terus, aku nggak jadi masuk situ, Tant. Mahal."

"Loh, terus? Belum dapet, dong?"

"Ya, sekarang belum. Paling besok cari lagi, dan kayaknya mesti tinggal di sini dulu beberapa waktu Tant. Nggak pa-pa, kan?" 

"Ya itu sih, terserah kamu Pony. Tante oke-oke aja. Lagian nyari tempat emang nggak segampang itu juga."

"Makasih, Tante."

"Sama-sama. Kamu laper nggak?"

"Nggak, Tante. Tadi udah makan sama Vio."

"Sebenarnya Tante, mau kamu tetap tinggal di sini, atau mau pindah ya, terserah kamu. Misalnya, pengen belajar mandiri, bagus. Lagian sebentar lagi kamu dewasa. Kamu juga udah bisa ngurus diri sendiri. Tante sih, nggak gitu khawatir."

"Benar, Tante."

Mereka berdua lalu melanjutkan obrolan, sambil sesekali menikmati teh hangat yang wangi dan menyegarkan.

***

Untuk menepati janjinya, Pony harus bertemu dengan Zarko sekali lagi. Dia akan menyampaikan kalau hubungan mereka tidak bisa dilanjutkan.

Memikirkannya saja, membuat perut Pony terasa perih. Apakah dia akan sanggup melepaskan perasaannya? Memaksa diri untuk melupakan seseorang yang dia cinta? Semakin dipikirkan, rasanya semakin membuatnya menderita.

"Nanti gue mau ketemuan sekali lagi," kata Pony memberitahu Violet ketika mereka baru kembali dari kantin.

"Ow! Harus ketemu?"

"Ya haruslah, Vio. Kan, mau bilang udahan."

"Emang telepon aja nggak bisa, gitu? Ntar kalau jadi berubah pikiran gimana?"

Pony kesal dengan usulan itu. Dia mendekatkan wajah pada Violet sambil menatapnya tajam. 

"Orang dewasa nggak gitu cara mainnya. Nggak segampang chat: udahan ya, kita. Nggak."

"Nggggh, iya deh, iya!" 

Violet menjauhkan diri, memberi jarak karena risih dah merasa terintimidasi. Sikap Pony kadang-kadang membuatnya heran.

Dinikahi Duda Tampan (Tamat)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant