20. Lelaki Keren

54 3 0
                                    

"Sssh, Pony. Aku sungguh minta maaf. Waktu itu, aku masih marah."

"Kamu marah sama aku kenapa?" tanya Pony dengan suara bergetar.

"Karena kamu dekat dengan cowok itu."

"Kamu juga kan, pergi sama cewek itu. Mana di depan mataku. Sakit rasanya."

"Tapi, dia kan, Silvia."

"Jadi namanya Silvia. Cantik sekali. Sangat cantik, sangat sesuai dengan orangnya yang juga cantik," puji Pony jujur meskipun mengatakannya terasa berat dan menyakitkan.

"Memang benar, selain itu dia juga pandai dalam banyak hal."

"Tuh, kan?" Tanpa bisa dibendung lagi, Pony menangis. Bahunya berguncang, menahan gejolak yang tak terelakkan.

Dengan segera, Zarko berpindah tempat duduk. Tepat di samping Pony. Mencoba menyabarkan cewek itu.

"Duh, Pony. Tenang, ya," pinta Zarko dengan lembut.

"Kamu tuh, tega banget tau nggak!"

"Iya, iya, aku minta maaf."

"Jadi, sebenarnya kamu anggap aku ini apa?" tuntut Pony, yang mulai habis kesabaran.

"Kenapa masih tanya? Ya jelas buat aku kamu adalah kekasih hatiku, Pony."

"Nomor dua, setelah Silvia?"

"Hah? Ha-ha-ha."

Alih-alih menjawab, Zarko malah tertawa membuat Pony semakin merasa sedih.

"Jahat!"

"Jahat gimana? Look! Aku nggak ada hubungan spesial sama Silvia. She's taken."

"Ha?"

"Serius! Bahkan dia punya bayi, loh. Dia orang yang berkeluarga, punya suami, punya anak, mana mungkin aku menjalin hubungan sama dia."

"Jadi, Silvia itu sudah menikah?"

"Sangat benar!"

"Aku nggak tahu itu--"

"Itulah yang kamu nggak tahu, Pony. Nah, sekarang jangan nangis lagi, aku janji akan selalu sayang kamu. Selalu ada untukmu, oke? Sekarang kita makan dulu supaya aku bisa segera antar kamu pulang. Mau?"

"Huum, mau," jawab Pony sambil mengangguk.

"Sekali lagi, aku minta maaf ya untuk kejadian kemarin, semoga kita bisa segera memulihkan luka masing-masing supaya kita bisa saling menyayangi dengan tulus seperti kemarin."

"Iya."

"Untuk sementara kita harus bersabar dan pelan-pelan merekatkan kembali sesuatu yang sempat nyaris hilang."

"Terima kasih, Zarko."

"Apa?"

"Terima kasih untuk terus menyimpanku dalam hatimu selama ini. Seperti aku juga selalu menyimpanmu dalam ingatanku."

"Pony!"

Zarko mendekatkan wajahnya ke wajah Pony. Membuat gadis itu terdiam, menahan napas. Jantung Pony berdebar-debar, dan dia merasa sudah sangat siap jika sewaktu-waktu Zarko melakukan sesuatu.

"Selamat makan," bisik Zarko sebelum akhirnya dia pindah ke tempat duduk semula.

Ada seberkas kekecewaan di hati Pony. Sebab, dia sudah kadung mengharapkan sesuatu yang lebih. Lebih dari elusan di kepala. Kalau cuma itu ... kalau cuma itu, sepupunya bahkan bisa memberinya lebih.

Evan ....

Mengingat nama itu, tiba-tiba saja perut Pony bergejolak. Dia ingat semua yang telah dilewati bersama Evan. Tentang pengakuan hati cowok itu, serta malam panjang yang terasa hangat.

Dinikahi Duda Tampan (Tamat)Where stories live. Discover now