Hah! Sial!

83 5 0
                                    


Halo, Sobat! Jumpa lagi dengan Mimin. Sekarang Mimin bawa part 15, nih.
Masih semangat, kan?
Bantu vote dan komen ya, terima kasih daaan ...

Selamat membaca!
Semoga terhibur.

Sepulangnya dari rumah sakit, Zarko tiba di rumah dan langsung galau. Melihat bagaimana Wisnu dan istrinya berjuang, ternyata di dunia ini masih banyak hal besar dan penting selain cinta-cintaan. Pria itu lantas mengirimkan pesan kepada Silvia.

Zarko: Silvia, tolong kosongkan jadwal saya besok. Saya ada keperluan penting.

Tanpa menunggu balasan dari Silvia, pria itu langsung menyimpan ponselnya. Menjauhkan diri dari segala hal yang memusingkan. Dia keluar dari kamar untuk menuju tempat Violet.

"Permisi, Violet. Boleh Papa masuk?"

"Boleh, Papa. Kebetulan Vio lagi belajar tentang keuangan bisnis. Mana tahu Apa bisa bantu," Jawa Violet polos. Membuat ayahnya tertawa.

Saat masuk ke dalam kamar Violet, Zarko melihat putrinya sibuk dengan buku-buku ekonomi.

"Aduh! Bukan itu tujuan Papa, Vio. Papa ke sini mau ajak kamu jalan-jalan besok."

"Ke mana, Pa? Pulang sekolah gitu?"

"Enggak. Gimana kalau kamu izin atau bolos aja sekalian? Papa juga sengaja meluangkan waktu besok, untuk bisa pergi dengan putri Papa. Maksudnya … kita jarang sekali meluangkan waktu untuk berdua saja. Sebagai orang tua dan anak."

"Hmm, gitu menurut Papa. Padahal kita tinggal serumah," jawab Vio datar.

"Benar. Kita memang tinggal di bawah atap yang sama. Tapi seringnya sibuk dengan urusan masing-masing. Kita bisa pergi ke pantai, atau belanja, atau apa gitu, terserah Vio. Pokoknya besok Papa akan memberikan waktu seharian penuh untuk Vio. Gimana?"

Violet berpikir-pikir. Dia menimbang apakah akan mengambil kesempatan itu atau tidak. Kalau iya, itu artinya dia harus bolos sekolah. Kalau tidak … kapan lagi Papa akan punya banyak waktu khusus untuk dirinya?

"Mungkin Vio mau Papa ajari main golf? Atau seru-seruan main tenis?" kata Zarko menawarkan.

Violet membulatkan mata. Tiba-tiba terlintas ide cemerlang yang seketika membuat perutnya bergejolak. Saking senangnya.

"Papa! Gimana kalau kita berkemah di tepi pantai?"

"Itu … ide yang bagus, Vio."

"Kemarin Vio lihat rekomendasi di IG temen. Tempatnya asyik banget, Pa."

"Oya? Bagus itu? Di mana, Bali, Lombok? Atau di Singapore?" tanya Zarko antusias.

"Nggak, Pa. Di sekitar Jogja aja. Nanti bawa mobil aja, sambil ngobrol di jalan. Eh, iya! Sekarang aja yuk, berangkatnya."

"Eh? Sekarang juga?"

"Iya, Papa. Udah sana Papa siap-siap. Vio juga mau kemas-kemas."

Violet mendorong papanya keluar. Agar bisa bersegera. Tiba-tiba saja, dia jadi tidak sabar.

"Baik, Vio, Papa akan segera siap," ucap Zarko dengan sabar.

"Lima belas menit lagi, kita ketemu di bawah, Pa!"
Violet memberi komando dengan tegas.

"Baik, Tuan Putri!"

Violet segera bergegas untuk membereskan barang-barang yang sekiranya akan dia perlukan. Tidak begitu banyak, pikir Violet. Saat sedang mengambil beberapa barang, tiba-tiba Papa kembali ke kamarnya.

"Vio," panggilnya.

"Papa siap? Cepat sekali, Pa."

"Bukan gitu. Tapi kalau kita pergi mendadak, pasti Silvia belum bisa menyiapkan semuanya," keluh Zarko.

Dinikahi Duda Tampan (Tamat)Where stories live. Discover now