TLL 54: Survive

2.3K 188 10
                                    

TLL 54
The Light Of Life

Ketukan pintu terdengar.

Shava menoleh, terdiam saat Asghar masuk dengan senyumannya. Gadis itu menaruh bunga yang sedang dirangkainya. "Ayo makan bersama" Asghar menyentuh lengan Shava menarik gadis itu agar mengikutinya.

"Tanganmu terasa dingin" Shava tidak menjawab. "Aku akan memanggil tabib setelah makan" Shava tanpa sadar berdehem pelan, "Ini hanya karena air rendaman bunga" Asghar menoleh semakin tersenyum saat mendengar suara Shava yang sudah cukup lama tidak ia dengar selembut ini.

Asghar membantu Shava duduk di kursinya sebelum ia sendiri duduk di kursinya. Asghar melihat wajah Shava yang sedikit pucat dimatanya. "Kau tampak pucat" Shava menatap Asghar sebelum akhirnya kembali tertunduk.

"Tidak, kau hanya terlalu banyak melihat wajahku. Sampai menarikku tanpa menunggu aku memakai cadar" Asghar terkekeh, mendengar ucapan Shava yang mulai terdengar akrab membuatnya merasa begitu bahagia.

Shava menatap wajah itu sekilas.

Jika saat ini dilihat Asghar tidak seperti orang jahat, sikap dan perilakunya memang lebih baik dari Arshya. Membuat Shava sedikit merasa bersalah jika semua yang dilakukan Asghar karena terpancing oleh kehadiranya.

"Kenapa kau terobsesi padaku?" tanpa sadar kalimat itu lolos dari bibir Shava. Membuat Asghar terdiam dan menatap Shava lama.

"Ini bukan obsesi, Arshya yang hanya terobsesi padamu, bukan aku" Shava melihat mata yang menatapnya tajam. Benar-benar menunjukan rasa kesalnya.

"Arshya menduduki takhta, juga berhasil membuatku tertarik. Kau hanya menjadikanku alasan untuk meraih obsesimu, tidak bisakah kau berhenti? Ini menyakitkan" Asghar terkekeh pelan.

Benar-benar merasa kesal mendengar penuturan Shava, membuat sebagian darahnya memanas karena amarah. "Kau tau? Kau hanyalah jembatan untuk menyadarkanku. Dimana karena dirimu aku menyadari bahwa aku tak akan bisa memiliki apapun yang kuinginkan tanpa kekuasaan. Aku tidak peduli pada takhta, tapi jika Arshya yang sudah merebut semuanya dariku masih menginginkanmu, bukankah dia terlalu serakah?" Asghar menarik nafas pelan.

"Awalnya aku hanya menginginkanmu, tapi bocah itu melakukan apapun untuk menjauhkanmu dariku. Aku mencintaimu, ini bukan sekedar obsesi semata. Jika aku hanya terobsesi padamu, pikirlah apa aku akan menahan diri segila ini untuk tidak menyentuhmu?" Shava tertunduk dengan tangan sedikit mengepal, menahan gejolak di perutnya yang mengamuk.

Tidak tahan, Shava bangkit dan berlari kecil ke dapur. Masuk kedalam ruang untuk membersihkan perabot di sana dan menumpahkan isi perutnya di dekat sumur curam itu.

Asghar menyentuh leher Shava, mengusap pelan saat Shava terus terbatuk. "Sebaiknya kau istirahat" Asghar menarik Shava dalam dekapanya, mengangkat tubuh ringan itu tanpa beban.

Satu hal yang tidak pernah disangka Asghar adalah Shava balas memeluknya, gadis yang begitu ingin dimilikinya itu terdengar terisak pelan. "Maaf" Kalimat yang diucapkan Shava.

Kalimat yang entah mengapa membuat Asghar terasa perih, ia tahu maksud gadis dalam dekapanya ini. Namun sekali lagi, ia akan berpura-pura tuli.

*      *      *

"Besok saja, Raja sedang tidak ingin menemui kalian hari ini" Jaeer masih tersenyum pada pria kurus yang tingginya menjulang itu. Farqi lagi-lagi menahan tawa melihat raut muka Jaeer.

"Memang hari ini beliau kemana lagi Tuan?" Pria itu tampak berpikir untuk memberi tau atau tidak, tapi tampaknya pria itu kasihan pada dua orang yang sudah dipermainkan Rajanya sampai sebulan lebih seperti ini.

"Hari ini ada perayaan berburu masal, para ksatria kerajaan akan saling berlomba-lomba berburu. Semacam perayaan tahunan" Jaeer kembali tersenyum membuat Farqi semakin menggila menahan tawa.

Benar-benar wajah yang lucu, pikir Farqi. "Kalau begitu Raja pasti sangat sibuk, baiklah kami permisi" Jaeer undur diri, diikuti Farqi di belakangnya.

"Besok saja, besok saja, besok saja" Farqi menggoda Jaeer yang terlihat akan segera meledak. "Sudah kukatakan kita harus nekat jika ingin bertemu Raja tua itu kan?" Jaeer menatap Farqi setuju, mulai tidak tahan dengan sikap Raja Ottoman terhadapnya.

Jaeer kembali berjalan, Farqi tau apa yang ada di pikiran Pria itu. "Mari ramaikan perburuan" ujar Jaeer pelan mengundang gelak tawa Farqi, akhirnya Jaeer menyerah dan mau melakukan caranya.

Suasana arena perburuan begitu ramai. Setiap ksatria kerajaan dan para warga yang merasa perkasa ikut dalam perburuan. Saling berlomba-lomba menjadi pemenang untuk mendapatkan hadia dari Raja.

Jaeer yang memang sudah ikut dalam perburuan itu sudah mendapat cukup banyak binatang buruanya. Hanya saja dia tidak yakin sang Raja akan mendengarnya atau justru tetap akan mengabaikannya.

Kini tiba giliran berhadapan langsung dengan Raja Ottoman.

Jaeer sudah berdiri di hadapan sang Raja. Sosok pria tua yang duduk dengan jubah besar dan jenggot memutih dan memakai sesuatu di kepala pria itu, entah apa Jaeger Pun tidak tahu.

"Raja Ottoman, Saya Jaeer Quan penasihat Persia meminta izin untuk bicara" semua mata menatap Jaeer seolah ingin menertawai pria itu.

Farqi mundur, ikut dalam kerumunan warga. Bersikap seolah tidak mengenal Jaeer. "Ah Astaga, ada apa dengan pria itu sebenarnya?" ujar Farqi yang langsung ditertawai salah seorang Warga. "Dia bahkan tidak tahu seperti apa wujud yang ingin ditemui" Farqi ikut tertawa.

"Raja Aryan" suara seorang wanita terdengar, Jaeer menoleh dan terkejut saat melihat sosok di hadapannya. "Putri Carla?" Sang putri hanya melirik Jaeer sekilas dan kembali berfokus ke depan terlebih saat seorang bocah kecil berlari dan memeluk Carla sambil tertawa pelan.

Perut besar Putri Carla tentu sudah menghilang. Sang Putri tampak begitu akrab dengan bocah dalam dekapanya.

"Pria itu bodoh, mengira Ahmed si penghitung buruan adalah Raja Ottoman. Aku benar-benar kesal dibuatnya" putri Carla terkekeh pelan. "Tentu Raja, dia memang bodoh. Tapi maukah anda menemui salah satu teman hamba?" Bocah bernetra biru keemasan itu menatap Putri Carla curiga.

"Jika itu orang suruhan Persia lagi maka aku akan menendang mereka" Jaeer yang mendengar begitu geram, Raja menyebalkan yang mempermainkanya ternyata seorang bocah. Bocah sialan yang sayangnya memimpin Ottoman.

"Bagaimana jika Raja Persia langsung yang menemuimu" Jaeer menoleh ke arah sumber suara. Menatap sosok yang begitu dinantinya.

"Raja Arshya".

HegaEca

VOTE + COMMENTS

The Light Of Life [TAMAT]Kde žijí příběhy. Začni objevovat