TLL 34: Her Name Shava Zayba

21.9K 1.8K 52
                                    

TLL 34
The Light Of Life

Siang datang membuat sang mentari menjulang tinggi menebarkan kehangatan pada muka bumi. Benar-benar cuaca yang hangat dan nyaman.

Zian, sang penguasa Hira duduk sambil menikmati secangkir teh dengan buku klasik ditangannya. Pria itu tampak begitu nyaman duduk di kursi di dalam gazebo membuat ia merasakan kehangatan yang sejuk.

Sesekali ia membalik halaman buku dan menyentuh bibirnya sendiri dengan tangan yang bertopang pada pegangan kursi. Benar-benar kebiasaan yang tidak bisa hilang.

Pria itu sedikit tersenyum saat membaca kalimat yang dianggapnya sebagai kalimat yang menarik. Matanya masih terus menelisik dan dirinya tampak benar-benar menikmati waktu senggangnya ini.

Di kejauhan seorang pria berpakaian kasim berlari. Tampak tergesa-gesa menghampiri Zian tuanya, menunduk memberi hormat dan menyampaikan yang memang hendak disampaikan olehnya.

"Tuan" Zian menoleh namun tidak mengeluarkan sepatah katapun. "Raja Arshya, beliau terlihat di perbatasan dan diperkirakan akan sampai sekitar satu jam lagi" seketika Zian menoleh tertarik. Pria itu menatap prajuritnya seolah tidak percaya. Tubuhnya seketika bangkit dan berjalan menuju kediaman Shava. Ah tidak lebih tepatnya tempat ia mengurung gadis itu.

Belum sampai setengah jalan ia menghentikan langkahnya. Melihat Laeli salah satu kepala pelayan di istananya sang Raja memanggil meminta mendekat. "Siapkan hidangan, Raja Persia akan segera sampai". Laeli mengagguk patuh namun Zian tampak belum selesai memberi perintah.

Laeli paham akan hal itu hingga ia belum pamit dari hadapan sang tuan. Farqi tiba-tiba datang menghampiri. Membungkuk hormat pada sang tuan lalu seenaknya memberi perintah pada Laeli "selama ada romobonga Persia, jangan singgung apapun mengenai Shava. Begitu pula sebaliknya. Untuk sementara waktu kau yang urus semua keperluan gadis itu kita hanya mencegah terjadinya kesalah pahaman". Laeli membungkuk mengerti dan pamit undur diri.

Zian menatap Farqi malas, yang ditatap malah tersenyum memamerkan giginya. "Ah prajurit dan pelayan yang mengetahui tentang dia akan diurus oleh Daryan sekarang juga tuan bisa lanjut bersantai menunggu datangnya kawan lama" Farqi pamit undur diri.

Entah mengapa Zian sedikit merasa—lega. Oh entah karena apa juga Farqi begitu yah semacam pengertian padanya. Pria itu hanya tersenyum dan akhirnya memutuskan kembali ke kamarnya hendak berganti pakaian.

* * *

Musik mulai dimainkan, beberapa prajurit berbaris menyambut pemimpin dari kerajaan sekutu mereka. Tidak sedikit yang tampak begitu bahagia memiliki kesempatan menyambut sang penguasa Persia.

Memang kali ini sang Raja Persia datang dengan pasukan kecil. Namun sama sekali tidak mengurangi karisma yang terpancar darinya. Di ujung sana Zian berdiri tepat di depan pintu istana, Arshya yang tampak berjalan ke arahnya, tersenyum begitu sampai menghampiri sang sahabat keduanya tampak saling memeluk sedikit menepuk pundak masing masing.

Tidak lama sampai akhirnya mereka saling melepas pelukan mereka sendiri. Zian langsung mengisyaratkan Arshya untuk ikut berjalan memasuki istananya. "Padahal aku mampir karena ingin meminta bantuan, beberapa pelayanku jatuh sakit dan kondisi mereka terlihat semakin parah" Zian mengagguk tersenyum. "Tenang saja aku akan membuat mereka mendapat perawatan terbaik, ayo aku rasa kau perlu istirahat". Zian sendiri yang mengantar Arshya ke kamarnya, meski sebenarnya pria itu tau dimana ketak kamarnya, yah kamar khusus dirinya.

Kamar yang letaknya bersebelahan dengan kamar Zian sendiri. Pria itu benar-benar selalu memberikan semua yang terbaik untuk sang sahabat, begitu pula sebaliknya.

Mereka samapai di kamar mewah dengan nuansa putih dan emas. Benar-benar terkesan mewah. Arshya melepas jubahnya melempar ke atas tempat tidur sambil menatap Zian yang tampak langsung duduk di kursi dekat jendela.

"Kamar ini tidak berubah" Arshya tampak berpendapat, "tentu memang siapa aku berhak merubah dekorasinya saat pemiliknya tidak ada" Arshya tertawa mendengar penuturan Zian.

"Jadi kau gagal menikah?" Arshya mengagguk sekali "calon istrimu lari bersama pria lain dan bahkan mengandung bayi?" Arshya kembali mengagguk seperti anak anjing yang tengah bersedih.

"Ahh dan juga wanita itu melarikan diri kau tampak prustasi itu artinya kau tidak menemukan apapun?" Arshya kembali mengagguk membuat Zian tertawa garing. "Sudahlah cari wanita lain untuk kau jadikan Ratu, oh soal keuangan kerajaanmu aku akan membantu kita rampas saja beberapa daerah dinasti Yuan, mereka tengah goyah saat ini bahkan belum lama ini Ratu mereka di hukum mati". Arshya mendengarkan namun tampak tidak tertarik dengan pembahasan Zian.

"Sayang sekali padahal Ratunya sangat cantik" Arshya sedikit tersenyum lalu akhirnya duduk disamping Zian. "Aku pernah melihat gadis secantik Ratu Yuan itu, yah ku akui Ratu Yuan itu sangat cantik. Aku bahkan selalu tegang melihatnya yah bisa dibilang dia tampilan sempurna seorang Ratu dengan segala kecerdasan dan karisma yang memang dia miliki, jujur saja aku hampir ingin menyerang Yuan untuk menculik Ratu mereka hanya saja kaisar mereka bersekutu dengan Sallem, aku akhirnya menemukan seorang yang cantiknya tidak kalah dari sang Ratu Yuan" Zian sedikit menegang dan menatap Arshya intens.

"Dia cantik, namun karismanya tidak sekuat Ratu Yuan. Dia cantik tapi juga tidak pintar seperti Ratu Yuan itu. Hanya saja entah mengapa dia lebih menarik dan memikat bagiku. Terlebih dengan segala kepolosan dan kebodohanya". Zian masih mendengarkan, matanya sedikit sayu saat melihat Arshya yang tampak tersenyum saat berbicara.

Sedikit berdehem Zian akhirnya mulai berkomentar "tampaknya kau menyukai gadis itu? Tapi kau menyukainya sebagai apa?". Arshya menatap Zian sedikit tajam lalu tersenyum setelahnya "aku menyukainya sebagai seorang wanita seutuhnya" Zian menelan ludah "bukan sebagai pelacur?". Arshya tertawa mendengar penuturan Zian.

Pria itu membetulkan posisi duduknya "dengar, aku bahkan belum pernah menyentuhnya bagaimana mungkin aku menyukainya sebagai pelacur?". Zian sedikit terteguh. Dia tidak menyangka bahwa Shava belum disentuh oleh sang sahabat ber otak bejat seperti Arshya.

"Ada apa dengan ekspresimu? Kau tidak percaya aku belum menyentuhnya?". Zian tersadar dan hanya mengagguk menanggapi pertanyaan Arshya "aku juga tidak percaya bahwa diriku belum menyentuhnya, kau tau itu seperti sebuah keajaiban" Zian kembali menelan ludah susah payah.

"Nama, siapa nama gadis itu. Gadis yang kau cintai?" Arshya tanpa sadar membuka mulutnya lalu tersenyum kecil.

"Kau pikir aku mencintainya?" Zian hanya mengagguk menjawab pertanyaan sang sahabat. "Ah benar, aku sangat mencintainya dan bahkan hampir gila karenanya" Arshya tampak tersenyum lalu menjawab sambil sedikit menatap jendela, merasakan sinar mentari.

"Shava, namanya Shava Zayba".

HegaEca

WARNING

Karena saya salah copy folder dan baru sadar, sebagai permintaan maaf saya kasih bonus Chapt
dadakan.

Sekali lagi mohon maaf😢😰😥

The Light Of Life [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang