TLL 36: My Queen II

24.1K 2.5K 136
                                    

TLL 36
The Light Of Life

Arshya berlari sekuat tenaga. Menuju kamar yang berada di pilar kiri istana. Kakinya melangkah tergesah menaiki tangga.

Ia—benar-benar tidak sabar lagi. Ia tidak mampu menunggu lagi. Dirinya benar-benar ingin memeluk Shava, menarik gadis itu dalam pelukanya. Membuat ia menjadi miliknya tanpa memberi kesempatan lari lagi.

Dirinya mengakui bahwa ia benar-benar egois dan serakah. Menginginkan Shava seutuhnya, hanya untuk dirinya.

Masa bodo dengan aturan, dia bisa menghancurkan kerajaan lain untuk menopang kerajaanya. Meski akan menimbulkan ribuan korban jiwa dia tidak akan ragu lagi.

Arshya mengakui keegoisannya mengorbankan ribuan nyawa untuk membangkitkan kerajaanya. Dia sudah tidak lagi keberatan jika warga akan terluka, prajurit akan mati dan kerajaan yang diserangnya hancur.

Dia sudah cukup egois karena ingin menjaga satu nyawa disisinya selalu. Membuat ia menjadi miliknya meski dengan begitu Arshya harus membayar mahal.

Yah, dia sudah cukup egois melakukan hal itu.

Arshya terhenti, menatap Shava yang juga menatapnya. Gadis itu masih terisak, matanya berbinar seolah menunjukkan kegembiraan yang dirasanya secara gamblang saat melihat Arshya.

Arshya menghampiri Shava, menarik tubuh lemah itu berdiri lalu memeluknya erat. Shava semakin terisak memanggil namanya. Entah karena apa juga Shava meminta maaf padanya.

Arshya semakin memeluk Shava erat membuat gadis yang masih terisak di pelukanya perlahan tenang. Meski sebenarnya Arshya semakin memeluk erat Shava semata juga untuk menenangkan dirinya sendiri.

Satu hal, Shava masih terus memanggil namanya. Seolah memastikan bahwa yang tengah memeluknya benar-benar sosok yang ia sebut namanya.

"Kau semakin kurus" Shava mengagguk masih sedikit terisak "aku akan makan banyak" Arshya tersenyum mendengarnya.  "Apa aku terlihat jelek dan buruk?"  Arshya menarik bahu Shava membuat mereka saling menatap.

"Kau tetap gadis tercantik yang ingin kumiliki dan kujadikan wanitaku selamanya". Shava menggeleng pelan "aku sudah tidak peduli lagi, tidak apa-apa meski hanya menjadi Selir atau bahkan tanpa gelar apapun. Aku sudah tidak peduli. Asal terus bersamamu aku mau menjadi apapun, karena aku rasa-" Shava sedikit menelan ludahnya berat.

"Aku mencintaimu" Arshya tersenyum sempurna menarik pinggang Shava mencium gadis dalam dekapanya tak mau lepas. Terus memperdalam ciuman mereka tidak peduli banyaknya pelayan, prajurit dan penghuni istana terkejut dibuatnya.

Mereka yang tidak tau siapa Shava terus bertanya gadis mana yang membuat pemimpin Persia seperti itu. Percakapan mereka bahkan samar-samar bisa terdengar.

Arshya sudah terlalu acuh sampai masih enggan melepas Shava, gadis itu juga tidak seperti biasanya. Dia sama sekali tidak menolak dan bahkan membalas juga mempererat dekapan Arshya pada dirinya.

Arshya tersenyum dalam ciumanya. Satu hal yang ia sadari.

'Shava menyerah sepenuhnya'.

Arshya melepas ciumanya saat merasa Shava sudah membutuhkan oksigen. Pria itu tersenyum masih menunduk menatap Shava yang juga menatapnya malu dengan kulit pipi yang merah sempurna sampai ke telinga.

Benar-benar menggemaskan. Arshya hampir kembali menerkam Shava sebelum gadis itu memeluknya erat hingga ia sampai mengurungkan niatnya.

"Kau belum mengatakan itu" Arshya kembali tersenyum. "Mengatakan apa?" Shava sedikit cemberut merasa malu dan binggung ingin menjawab apa.

"Kau tau sesuatu yang penting" Arshya mengusap surai Shava lembut, "sesuatu yang penting seperti apa?" Arshya semakin menjadi.

"Aku sudah mengucapkannya masa kau belum?" Arshya menarik pundak Shava sedikit membuka mulut lalu menatap Shava seolah tidak mengerti.

"Kau ini bicara apa?" Shava kian kesal dan mendorong Arshya keras meski pria itu tampak mundur dengan sendirinya. "Bagaimana mungkin seorang pria yang pernah mengatakan mencintaiku tidak mengatakan hal itu saat kita kembali bertemu. Padahal aku sudah mengatakan aku mencintaimu tapi kau begitu jahat karena tidak mengatakan kau mencint-" ucapan Shava dihentikan paksa dengan.

"Cup"

Arshya nyengir saat Wajah Shava semakin memerah dengan mata yang tampak tidak berkedip, gadis itu bahkan terlihat lupa bernafas.

"Aku punya cara sendiri mengatakan aku mencintaimu, aku tidak suka hanya mengatakanya. Aku ingin kau merasakannya" Shava malu-malu mengangkat wajahnya menatap Arshya.

"Dari mulut" Arshya menyentuh bibirnya sendiri.

"Ke mulut" kali ini Arshya menyentuh bibir Shava.

"Tapi maaf aku tidak bisa menjadikanmu Selirku" Shava menatap Arshya kaget. Binggung hendak berkata apa. "Aku bilang hanya sekedar menjadi wanitamu sudah cukup" akhirnya Shava berujar sambil tertunduk. "Aku sudah tidak peduli lagi" Arshya terlihat menyeringai.

"Aku juga tidak berniat menyimpan wanita tanpa gelar disisiku" Shava menatap Arshya dengan mata membulat. Mata gadis itu sudah terasa panas dan tanpa menunggu waktu lama tetesan air mata jatuh membasahi pipinya.

Shava menangis, cukup keras sambil memukul dada Arshya. "Tuh kan yang ku khawatirkan benar. Kau hanya main-main", gadis itu masih terisak keras. Para pelayan, prajurit dan penghuni istana masih menyaksikan dengan sedikit kasihan pada Shava yang telah ditipu.

"Pad-padahal aku sudah suka". Arshya jadi merasa bersalah mengerjai Shava sampai gadis itu semakin terisak. Meski ia terlihat cantik saat menangis tetap saja Arshya tidak ingin melihatnya menangis.

Ahh Arshya meralat. Shava boleh menangis tapi hanya karena dirinya, dan untuk dirinya. Shava itu miliknya jadi dia tidak boleh menangis untuk orang lain apalagi karena orang lain.

Arshya menyentuh surai Shava sambil menyentuh pipi gadis itu lembut menghapus jejak air mata disana. "Hey mana mungkin aku mau membiarkan gadis yang kucintai berada disisiku tanpa gelar? Aku tidak mau kau menjadi Selirku. Aku tidak suka jika ada yang merendahkanmu. Lagipula posisimu sudah jelas bukan? Kau yang akan menjadi Ratuku, selamanya." Shava menatap Arshya masih sedikit terisak sambil tersenyum manis.

"Karena tidak ada yang pantas berada disisiku menjadi Ratuku selain dirimu, cintaku" Shava tersenyum sempurna. Gadis itu menyentuh wajah Arshya lembut.

"Terima kasih".

HegaEca

VOTE

Baiklah selamat baper lagi kalian. Saya ada tebak-tebakan. Menurut kalian di chapter mendatang Arshya bakal gimana ke Zian? Kalo ada yang tebakannya tepat dan Votenya pada ga PELIT, saya bakal langsung kasih chapter bonus.
Ayooo selamat menebak!!!!

The Light Of Life [TAMAT]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt