TLL 62: EPILOG

4.1K 173 17
                                    

TLL 62: EPILOG

The Light Of Life

Aryan masih terpaku. Tidak bisa mengalihkan pandangannya dari kedua bayi yang diletakan berdekatan. Bocah itu menyentuh pipi kedua bayi itu hati-hati.

"Jadi mana yang seorang Putri?" Aryan menoleh ke arah Shava yang masih terlelap, Arshya tampak memeluk Ratunya erat. Tidak menghiraukan pertanyaan Aryan sama sekali.

Aryan tanpa sadar melihat rambut Shava yang berwarna berbeda. Ia lalu melihat bayi yang memiliki rambut yang sama dengan sang Ratu, menatap matanya yang berwarna biru kehijauan, seolah perpaduan mata Raja dan Ratu.

Jari Aryan terulur dan bayi berambut pirang itu menggenggamnya erat, amat erat hingga membuat Aryan tersenyum dan maju lalu mengecup kening bayi itu singkat.

"Beraninya kau mencium putriku seperti itu bocah, jangan lupa saat ini dia masih menjadi milikku" Arshya tiba-tiba sudah berada di samping Aryan. Menatap tajam bocah itu yang sudah berdiri tegak meski jarinya masih berada dalam genggaman sang Putri Persia.

"Kenapa? Lagipula aku akan segera memilikinya. Sembilan belas tahun lagi dia akan menjadi milikku" Arshya hampir membalas sebelum lenguhan gelisah Shava terdengar. Tentu Arshya langsung kembali menghampiri Shava, memeluk Ratunya memberi kenyamanan sebisa mungkin.

"Putri, kau akan menjadi Ratuku. Aku pastikan itu, ingat ini salahmu. Karena kau duluan yang menggenggam tanganku maka aku tidak akan membiarkanmu melepasnya" Aryan berseru sambil terus tersenyum.

Arshya tau, mendengar setiap perkataan Aryan dan malah tersenyum mendengarnya.

Seperti dirinya, Aryan juga baru saja terkunci pada pesona keturunan Shava.

Seperti sihir. Setelah kau terjerat, mustahil untuk terlepas.

"Semoga kau tidak tampak seperti monyet saat besar nanti" Arshya menoleh. Dia benar-benar tidak akan bisa akur dengan Aryan.

*     *      *

19 Tahun kemudian

"Aku tidak mau menikah! Ayah setuju dengan keputusanku tapi aku tidak boleh egois bukan?" Gadis dengan pakaian kulit dan celana ketat itu meraih anak panah.

"Lyra" gadis lain di sisinya memanggil pelan.

"Karena itu" si gadis yang dipanggil Lyra itu memfokuskan pandangannya, menahan nafas kala sang rusa buruan itu terlihat waspada. Lyra melepaskan anak panahnya, meleset mengenai rusa besar secara tepat sasaran.

Lyra tersenyum bangga, menoleh pada gadis di sampingnya dan menyentuh surainya dengan lembut. "Maukah kau menggantikanku menemuinya?" Lyra membujuk dengan senyuman, senyuman yang tidak terbantahkan. Sang putri kesayangan kekaisaran Persia itu masih menantikan jawaban.

"Dia akan langsung menyadarinya"

"Tenanglah, dia hanya pernah berjumpa denganku satu kali"

"Karena itulah, dia akan menyadarinya. Kau dan aku sangat berbeda Lyra, dia akan langsung tahu bahwa gadis yang menemuinya bukanlah putri dari sang Ratu paling menawan di dunia". Lyra mengelus lembut surai gadis dihadapannya.

"Apa yang kau katakan? Kau itu adik kecilku" Ucapan Lyra membuat keduanya tertawa kecil.

"Aku lahir lebih dulu dari dirimu"

"Aku lebih kuat darimu"

"Tapi, Lyra kenapa kau sangat membencinya?"

Lyra berjalan menuju rusa yang berhasil di tangkapnya. Gadis itu mengelus lembut sang rusa yang tengah menghembuskan nafas terakhirnya.

"Bibi Zuu akan senang melihat tangkapanku, tapi bagaimana cara kita membawanya? Haruskah kita panggil William?" Lyra mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Itu tidak menjawab pertanyaanku!" Lyra menghela nafas cukup berat.

"Apa belum kuceritakan? Tentang kelakuan si pencuri mesum itu?" ucapan Lyra membuat gadis dihadapannya menatap dengan mata berbinar. Menanti-nanti kisah yang ingin Lyra ceritakan.

"Pokonya begitu" ucapan Lyra membuat siapapun yang mendengarnya kecewa.

"Jadi intinya kau ingin aku menggantikanmu, menikah dengan Raja mesum kurang ajar yang suka mencuri itu menggantikan dirimu? Wah, ini sangat kejam dilakukan oleh anda tuan Putri. Ahahaha padahal beberapa menit yang lalu anda menyebut diri anda sebagai kakak. Saya tidak bisa berkata-kata" Lyra membuat lawan bicaranya kesal luar biasa. Gadis itu hendak beranjak, kembali ke area perburuan istana. Mungkin hendak mengkhianati Lyra dengan membeberkan rencananya pada Perdana Menteri Persia.

"Tidak! Kau salah paham" Lyra membuat langkah gadis itu terhenti, menoleh menantikan ucapan sang putri selanjutnya.

"Aku punya rencana".

"Rencana itu sepertinya hanya akan membahayakanku".

"Tidak akan! Aku janji. Masa kau tidak mempercayaiku?".

"Jangan percaya diri begitu, setiap kali kau sangat percaya diri. Hal berbahaya akan datang".

"Tenang saja, keberuntunganku sangat banyak. Kau akan baik-baik saja. Jadi kita sudah resmi sepakat hem, bagaimana jika sekarang kita membahas rincian rencananya? Adikku tersayang".

"Aku tetap merasa seperti akan menjadi semacam tumbal".

"Tidak, percaya padaku! Kau akan selalu aman!".

"Perasaanku tidak enak".

***

VOTE + COMMENT

Masih mau Epilog lagi kah?

The Light Of Life [TAMAT]Where stories live. Discover now