TLL 18: Sense Of Belonging

42.4K 2.9K 74
                                    

TLL 18

The Light Of Life

Kedamaian semakin terasa. Tidak ada masalah ataupun hal yang terlalu mencolok beberapa waktu ini tentunya selain Shava yang beberapa kali mencampur racun kedalam makanan tahanan dan ia juga sering mendapatkan hukuman karenanya.

"Ahh sudah kukatakan, hukuman yang baik itu adalah saat kau membuat mereka tidak ingin hidup lagi. Jangan terus berusaha membunuh mereka." Sael berkecak pinggang sambil menambah beban yang dipikul Shava.

Wadah besar berisi air itu mulai membuat tangan Shava yang mengarah ke atas gemetar karena bebannya yang terus bertambah. Kaki Shava juga mulai gemetar karena air dingin yang merendam kakinya sampai lutut semakin menusuk kulit.

"Mereka menyedihkan jadi pantas mati" Sael semakin kesal dengan ocehan Shava "lihat keadaanmu, kau juga menyedihkan Shava Zayba, kau ini be-" pelayan lain datang dan menarik Sael penuh ketakutan "putri Carla pingsan lagi" Shava sedikit terkejut dan langsung keluar dari tempat berendam dan membuang wadah yang di topangnya ke sembarang arah. Gadis itu langsung berlari hingga lupa mengenakan cadar yang biasa dipakainya.

Di kediaman putri Carla sang putri tampak sudah sadar. Entahlah akhir-akhir ini putri Carla memang sering jatuh pingsan tapi jelas ia menutup rapat-rapat mulut para pelayan karena tak ingin berita ini diketahui siapapun.

"Anda tak apa?" Tanya Sael yang langsung masuk keruangan diikuti Shava. Anggukan pelan dari kepala Carla menjadi jawaban. "Setidaknya periksalah pada tabib" Shava sedikit memberi saran "Sael sudah memeriksaku, dan dia tau penyebabnya" Shava menatap Sael penuh tanya "tidak mau memberitahu lagi?" Sael sedikit menghela nafas pelan.

"Tekanan darah putri Carla rendah, kelelahan berlebih juga menjadi pemicunya, tubuhnya juga mengalami hal ini karena semua itu, dia hanya butuh istirahat" Shava tampak sedikit berpikir.

"Padahal kau hanya tiduran dan membaca buku, bagaimana bisa lelah" Carla tersenyum dan mengagguk "aku tau, pasti disini kau yang lelah karena terus berusaha membunuh orang" Shava sedikit memasang wajah lesu "belum lagi aku harus menerima hukuman setelahnya, padahal aku belum pernah berhasil tapi selalu mendapatkan hukuman, benar-benar tidak adil" Shava tampak mengagguk setuju "tapi terima kasih atas pujiannya".

Putri Carla tampak menggeleng pelan "sebenarnya itu sindiran" Shava mengagguk "ini kan kepalaku, otaku jadi hakku ingin berpikir apa" Sael menghela nafas kasar "sekali bodoh tetap bodoh" tatapan membunuh Shava berikan pada Sael "dasar Sael monyong" Shava tampak berbalik "aku ganti baju dulu yah" seperti biasa tanpa sopan santun meski yang dihadapinya adalah calon Ratu Persia.

Setelah kepergian Shava kini hanya tinggal Sael dan Carla didalam ruangan itu. "Anda tidak bisa terus menyembunyikannya" ujar Sael langsung pada pokok permasalahan. "Sebentar lagi, aku harus sedikit berpikir apa yang harus kuperbuat dengan semua ini" Sael mengagguk mengerti.

"Saya akan siapkan air hangat dengan rempah dan obat anda, tolong tunggu sebentar" Carla langsung menggeleng "tidak perlu" Sael tetap bersikukuh "tubuh anda harus lebih santai" sael pamit undur diri untuk menyiapkan segalanya.

*     *      *

Brukkk

Shava meringis tertahan karena kebodohanya. "Ah sakit" Shava tampak bangkit sambil memegang bokongnya. Beberapa prajurit tampak tak henti menatapnya entah karena apa, ah mungkin karena ia tak memakai cadarnya.

Hawa dingin mulai menusuk kulitnya dan tiba-tiba jubah tebal kerajaan sudah terpasang di tubuhnya dari belakang. "Pakaian dalammu kelihatan tuh" Shava melotot dan langsung berbalik menatap Arshya yang tampak tersenyum menatapnya.

The Light Of Life [TAMAT]Where stories live. Discover now