TLL 51: Believe

6K 428 36
                                    

TLL 51

The Light Of Life

Sael menoleh kesembarang arah, gadis itu masih berada di depan gerbang. Tidak diperbolehkan masuk sama sekali.

Bagaimanapun caranya ia harus bertemu Shava, karena Sael yakin Shava akan dibodohi Asghar. Pangeran yang baru saja mendeklarasikan kekuasaannya, tidak peduli pada protes warga atas pengkhianatan yang dilakukan pria itu terang-terangan.

Namun tentu warga tidak memiliki alasan untuk melawan, terlebih saat pemimpin yang ingin mereka ikuti dikabarkan lari, menghilang dan mati.

Keberadaan Arshya masih simpang siur, seolah tidak ada yang mengetahui bagaimana kondisi pria yang kekuasaanya telah direnggut itu.

Sael tidak bisa masuk istana. Para prajurit itu melarang siapapun untuk masuk kecuali yang memiliki lencana khusus dari dirinya.

Sael membetulkan rambutnya saat melihat beberapa mentri berjabatan rendah akan masuk istana. Sael berjalan dan terjatuh hingga di tolong mentri itu, melihat pakaian dan penampilan Sael yang layaknya seorang bangsawan, tentu Sael tidak akan diabaikan.

"Oh astaga terimakasihtuan" Sael memberi hormat dan tersenyum sebelum akhirnya kembali berjalan menjauh, sedikit berlari.

Tidak lama Sael kembali datang dengan pakaian pelayan istana yang membawa dua keranjang besar pupuk tanaman, gadis yang mencemong wajahnya itu dihentikan prajurit.

"Aku harus cepat-cepat" Sael menunjukan lencana ditanganya dan langsung diangguki oleh prajurit yang menjaga gerbang itu. Sael tentu langsung masuk dan berlari ke arah dapur istana. Mengambil pakaian gantinya, Sael akhirnya sudah siap dan mendapatkan tatapan aneh saat keluar kamar mandi pelayan itu.

"Maaf, bisa kalian tutup mulut kalian" beberapa diantara pelayan itu kenal dengan Sael dan langsung mengagguk. "Terima kasih" Sael tersenyum dan langsung berjalan pergi.

Menuju kediama Shava.

* * *

Shava menarik selimut tebal yang bisa dengan mudah diraihnya. Mata gadis itu mengerjap pelan terlebih saat meraakan elusan pelan dilenganya.

Sael menatapnya, tersenyum. Shava bangkit dan ikut tersenyum menatap Sael.

"Ratu, sudah saatnya sarapan" suara pelayan di luar sana mengambil atensi mereka. Sael menatap Shava sedikit cemas "Aku akan bersembunyi, jangan bertanya aku akan menjelaskan semuanya nanti" Sael langsung pergi menuju godreng dan bersembunyi di sana.

"Masuklah" Shava bersuara. Pelayan yang diikuti prajurit itu masuk dan menyiapkan sarapan Shava, setelahnya langsung keluar kediaman Shava. Tidak ingin mengganggu lebih lama lagi.

Sael keluar, berjalan menghampir Shava dan duduk di dekat gadis itu.

"Aku tau kau binggung, tapi sebelum aku menjelaskan semuanya. Berjanjilah, berjanjilah kau tidak akan melakukan apapun tanpa persetujuanku dan hanya akan melakukan apa yang kukatakan?". Shava kesal, menoleh kelain arah.

"Aku Ratu" Lagi-lagi ia kesal akan hal sepeleh. Sael menghela nafas sedikit tersenyum. "Justru karena kau Ratu, tindakan dan perbuatanmu akan sangat berpengaruh dan akan berimbas baik atau buruk padamu juga. Aku hanya tidak ingin kau merugi atas kecerobohanmu, percayalah" Sava menatap Sael sambil mengagguk.

"Sejak awal aku percaya padamu" Sael ikut tersenyum. Shava mulai memakan makananya, sambil mendengarkan ucapan Sael.

Sael menarik nafas sebelum mengatakan apa yang akan dikatakanya. "Raja Arshya lengser dari takhtanya, Pangeran Asghar yang merencanakan semuanya. Tidak ada yang tau seperti apa kondisi Arshya saat ini" Shava terdiam.

Tubuhnya bergetar hebat, matanya mulai panas menandakan ada air bening yang ingin merembas keluar dari sana.

Shava menutup mulutnya sendiri, merasakan asam lambung yang naik membuat ia ingin memuntahkan makanan yang baru saja masuk ke tubuhnya.

Gadis itu berlari ke pot pohon di dekat jendela dan memuntahkan isi perutnya. Mual dan pening di kepalanya semakin menjadi.

Sael menghampiri Shava, menyentuh leher belakang Shava, mengelusnya pelan. Shava dituntun Sael duduk di kursi. "Kau tidak apa?" Shava mengagguk pelan. "Tampaknya aku terlalu terkejut".

Sael sedikit menghela nafas saat gadis yang sudah menjadi Ratu Persia itu mulai menangis. Isakanya semakin menjadi, menandakan seberapa pilu rasa sakit yang dirasanya. "Padahal Arshya mengatakan akan segera kembali" Shava mulai semakin menangis, memeluk Sael erat.

"Dengar, Asghar tidak ingin kau tau. Karena itu setelah ini jangan berbuat atau mengatakan apapun yang akan terlihat seolah kau sudah mengetahui segalanya" Shava masih menangis dalam pelukan Sael.

"Aku akan kembali, kau panggilah aku secara resmi" Shava hanya mengagguk. Benar-benar Sael terasa seperti ibu yang tengah menjaga anaknya. Sael begitu kuat untuk membantu Shava menopang gadis itu.

Shava hanya tidak menyadari, secemas apa Sael saat ini.

Penasaran akan nasib Jaeer. Nasib pria yang tidak mengakui pertemuan pertama mereka dulu, pertemuan yang juga membuat pria itu sakit seperti sekarang.

Satu nama yang berperan besar dalam kehancuran pribadi pria terhormat itu. Areka Jane.

"Sael kau tidak khawatir pada Jaeer?" Sael sidikit tertawa. "Aku percaya padanya, percaya dia cukup kuat untuk kembali padaku. Meski mungkin ia tidak berminat kembali" Shava sedikit tertawa mendengar ucapan Sael.

"Aku tidak terlalu percaya pada Arshya, karena itu rasanya seperti mau mati saat tidak tau keadaanya saat ini". Sael menyentuh surai Shava lembut.

"Hey kau tidak boleh seperti itu, ingat bagaimana Arshya percaya padamu, percaya bahwa kau akan kembali padanya? Kau juga harus percaya kali ini" Shava hanya mampu kembali mengagguk.

Sael merasa isakan tangis Shava sudah tidak terdengar lagi. Menandakan gadis itu sudah bisa mengendalikan emosinya.

Sael bersyukur, adanya Shava yang lebih lemah darinya membuat ia merasa harus cukup kuat untuk melindungi gadis itu. Gadis yang tanpa disadari sudah menjadi salah satu penopang hidupnya. Membuat ia ingin bahagia di kehidupan kali ini.

Memeluk Sael semakin erat, Shava mulai kembali bersuara. "Arshya bilang pertemuan kau dan Jaeer adalah kecelakaan fatal, seperti apa itu?".

Sael sedikit tersenyum mengigat wajah Jaeer yang kala itu terlihat seperti remaja dengan pemikiran kolot yang mempesona.

Membuat gadis kecil sepertinya kala itu terpesona, terlebih saat pria yang ternayata akan menjadi suaminya itu menyelamatkan hidupnya. Meski buah dari keselamatan Sael harus dibayar mahal oleh Jaeer.

Bayaran yang juga mungkin disesali pria itu seumur hidupnya, membuat ia kehilangan hal paling penting dalam dirinya.

"Hanya pertemuan penuh penyesalan. Tidak ada yang istimewah".


HegaEca


Terima kasih untuk yang tetap memberi semangat dan menanti TLL. Terutama untuk yang masih memberikan tutur kata baik dan enak dibaca. Saya akan menyelesaikan TLL versi wattpad berbeda dengan versi buku. 

Jika masih ada yang ingin ditanyakan silahkan bertanya. Saya harap bisa membaca komentar dengan tutur kata baik dari temen-temen semua.

Terima kasih.

The Light Of Life [TAMAT]Onde histórias criam vida. Descubra agora