TLL 49: Long Journey

15.7K 1.1K 25
                                    

TLL 49
The Light Of Life

Bulan malam, meminta untuk dipetik, dijadikan sahaja di malam laknat panuh para pendosa. Sunyi tanpa suara, dingin semakin merajalela dengan suhu begitu rendah. Berusaha membunuh hanya dengan bermodalkan temperatur cetek.

Arshya terdiam saat melihat ratusan bandit menjaga di perbatasan.

Jebakan sempurna, disaat ia pergi dengan sedikit pasukan, ia bahkan jadi tidak akan bisa masuk ibu kota. Entah seperti apa situasi di istana.

"Wah-wah. Salam Raja" seorang pria yang terlihat bagai bandit membungkuk hormat, tindakanya itu malah terlihat seperti memberi tau seberapa barbar dirinya.

"Senang bertemu penguasa Persia seperti anda Raja MANJA". Menekan dikata akhirnya, Arshya merasa dengan jelas, mengerti maksud pria bertubuh gempal itu.

Arshya melirik pasukanya yang hanya berjumblah enam puluh tiga orang, meski kalah jumlah mereka tampak tidak gentar. Meski kemungkinan ini akan menjadi pertarungan bunuh diri, tepat di depan gerbang perbatasan.

Gerbang yang sudah berhiaskan darah, dengan mayat para centeng dan prajurit bantuan yang sudah terkapar tidak bernyawa. Mungkin jumlah mereka yang sudah mati saat melindungi perbatasan sampai ke angka ratusan.

Suara gemuruh kaki terdengar, bukan pasukan Persia. Tapi pasukan bantuan sang bandit, membuat seringai pria bertubuh gempal yang seperti pemimpin diantara mereka semakin menyeringai lebar.

Merasa menang meski belum bertempur.

Benar-benar kesombongan sesaat.

Jaeer mendekat, "Bodoh jika kita tetap memaksa masuk. Hanya menghantarkan nyawa saja. Wilayah ini dekat dengan pelabuhan, akan lebih cermat jika kita pergi lebih dulu" Arshya masih diam, menatap tenang kumpulan manusia berbau amis dihadapanya.

Tatapan yang jelas membuat siapapun yang ditatapnya mengamuk murka.

Sukses, Asrhya sukses memancing amarah manusia barbar dihadapanya. "Bunuh saja Raja sialan itu sekarang juga" pasukan mulai berlari menyerang.

"Tuan" Jaeer meminta perintah.

"Kita pergi" Arshya membalik kudanya, diikuti para prajurit yang juga berkuda bersamanya. Tidak semua bisa lari bebas, anak panah datang bagai hujan. Memberi lubang dikepala, jantung dan tubuh kuda. Membuat penunggangnya jatuh tersungkur dan banyak yang mati seketika.

Arshya mengutuk para pemanah yang ada di atas benteng gerbang perbatasan yang seharusnya menjadi kekuatan Persia, bukan malah penghancur.

Arshya melihat, melihat bagaimana para prajuritnya dibunuh. Tanganya mengepal kuat, merasa amat marah pada manusia binatang yang menghalau mereka.

Jijik pada Asghar yang sebegitu inginya merebut tahta sampai bekerja sama dengan manusia barbar semacam bandit ini.

Mahluk tanpa moral!

Sisa pasukan Arshya yang masih berdiri tegak kurang dari empat puluh orang. Mereka masih memacu kuda menjauh. Keputusanya sebelumnya untuk tidak membawa para pelayan dan prajurit yang berjalan kaki amat tepat.

Bukan tidak ingin mereka menghambat, Arshya hanya merasa tidak akan mampu melindungi mereka. Hamba setianya.

Berada di pelabuhan, pasukan Arshya langsung menaiki sebuah kapal yang kebetulan siap untuk berlayar. Arshya melempar sekantong koin pada seorang pria yang mempertanyakan tindakan Arshya.

"Pergi dari sini sekarang juga jika kau tidak ingin mati" Arshya memperingatkan pria tua yang masih berdiri menatapnya meski sudah di beri imbalan cukup besar untuk membangun kapal baru.

The Light Of Life [TAMAT]Where stories live. Discover now