TLL 39: Bravery

24.7K 2.1K 65
                                    

TLL 39
The Light Of Life

Berdiri di atas podium, Arshya tersenyum saat menyadari kegugupan Shava disampingnya. Pria itu menggenggam tangan Shava erat, memberi ketenangan. Shava terenyum dibalik cadarnya. 

Rakyat mulai riuh, bertanya-tanya apa yang hendak disampaikan Raja mereka. Arshya mulai mengagkat tanganya, seketika suasana menjadi hening. Para petinggi kerajaan yang sudah tau apa yang akan dilakukan Raja mereka sudah pasrah, memang tidak bisa menolak meski status Shava patut dipertanyakan.

Tetap saja itu lebih baik ketimbang rasa malu yang sudah mereka terima dari berbagai penjuru karena ulah putri dari yang maha agung Carlemagne. Pria tua itu bahkan masih memburu putrinya sendiri, berniat menggantung putri yang sudah menjatuhkan kepalanya.

Carlemagne tau kesalahan besar ini tidak akan mampu diperbaiki, karea itu ia memutuskan tetap menjalin ikatan dengan Persia meski tidak ada ikatan pernikahan yang terjadi. Carlemagne memutuskan tetap membantu Persia meski tidak sepenuhnya. Ia bahkan akan datang ke pernikahan Arshya secara khusus.

"Tujuh  hari dari sekarang akan diadakan pernikahan kerajaan, pernikahanku Arshya Raqsna, putra dari Raja Darius, cucu dari yang maha agung Koresh Raqsna dengan Shava Zayba putri dari Bahman Jal". Mendengar semua itu seketika rakyat menjadi riuh tak terkendali. Beberapa dari mereka mempertanyakan keputusan tidak masuk akal sang Raja.

Shava sedikit gemetar melihat reaksi rakyat yang amat tidak menyukainya dan tidak menyetujui hubungan ini.

Shava sedikit menghela nafas, tertunduk sesaat sebelum akhirnya kembali mengagkat kepalanya menatap langsung pada semua rakyat yang ada di sana. Gadis itu memantapkan dirinya untuk mulai mengatakan sesuatu yang memang sangat ingin dirinya sampaikan.

Arshya menarik lengan Shava, mencegah gadis itu. Mungkin takut Shava malah akan mendapatkan tanggapan yang tidak baik dari rakyat.

Shava mengagguk pelan, meyakinkan Arshya, meminta kepercayaan pria itu untuk memberi sedikit kesempatan padanya. Kesempatan untuk membuktikan bahwa dirinya juga layal berdiri disamping Arshya.

Menjadi pendamping pria itu.

Pria yang dicintainya.

Perlahan Shava membuka cadarnya, meski sedikit ragu ia tetap meyakinkan dirinya sendiri. Ini pertama kalinya ia membuka cadarnya dihadapan begitu banyak orang.

Shava tersenyum menatap jutaan mata yang menatapnya tajam. Entahlah Shava tidak tau jenis tatapan apa yang diberikan para rakyat terhadapnya.

"Aku, namaku Shava Zayba. Putri dari Bahman Jall, orang yang mungkin amat kalian benci". Shava menjeda ucapanya, gadis itu meremas kuat kain bawah pakaianya. "Aku tau, mungkin terlihat begitu serakah mengharapkan berdiri disamping Raja kalian, berharap menjadi satu-satunya pendampingnya. Aku tau saat ini aku terlihat begitu serakah". Shava tersenyum, menenangkan dirinya sendiri.

"Tapi aku tidak kuasa menahan hatiku. Pria yang sudah menariku dari kegelapan, aku ingin menyerahka diriku padanya. Menghabiskan sisa hidupku bersamanya". Shava kembali tersenyum, entah berapa ribu orang yang ia jerat dengan senyumanya itu.

"Aku memang tidak bisa mengubah masa lalu, namun aku akan berusaha memperbaiki masa depan. Menjadikan masalalu sebagai pelajaran dan menjadikan masa depan sebagai acuan meraih sesuatu yang lebih baik. Aku tidak akan membela diri dengan mengatakan tidak tau apapun dan tidak ikut campur atas apa yang ayahku lakukan, tapi aku juga tidak akan bisa mempertanggung jawabkan perbuatanya". Arshya masih menatap Shava, tidak bisa berpaling sedikitpun.

Shava sedikit membetulkan juntaian rambut pirangnya, kembali menatap jutaan rakyat yang juga menatapnya. "Aku mungkin akan memiliki banyak kekurangan, jadi tolong bimbing dan tegur aku agar mampu menjadi lebih baik lagi" gadis itu menunduk bertanda memohon dengan tulus.

Raja Arshya berujar menambahkan "kita memang tidak bisa menyalahkan putrinya atas kesalahan ayahnya. Lagipula seoarang anak seperti sesuatu yang masih suci bukan".

Hening, rakyat masih terdiam sebelum akhirnya bersorak ria.

Shava semakin tersenyum sempurna mendapatkan respon baik. Gadis itu menatap Arshya yang juga langsung menatapnya tulus, menggenggam lengan rapuh itu begitu lembut dan pelan, seolah begitu takut hancur hanya karena sebuah tekanan yang tidak seberapa.

Pertemuan di depan istana Persia yang dihadiri hampir seluruh rakyat ibukota dan daerah sekitar ibu kota itu akhirnya usai dengan hasil yang diharapkan.

Perbincangan mengenai pernikahan dan mengenai latar belakang juga wujud Shava mulai menjadi bahan gosip yang begitu mengguncangkan tanah Persia. Dalam sekejap kilat semua rakyat Persia bahkan orang luar Persia mengetahui semua berita ini.

Pernikahan sudah dipastikan akan digelar tujuh hari dari sekarang. Persiapan mulai dilakukan besar-besaran. Baik dalam istana maupun luar istana mulai gencar melakukan persiapan. Baik dalam Persia maupun luar Persia sudah gatal ingin menghadiri pernikahan.

Entah mereka ingin merayakan kebahagiaan sang Raja atau penasaran akan rupa calon Ratu mereka, terlebih saat berita yang tersebar sedikit mendapat bumbu pemanis.

Arshya masih menatap Shava yang masih diukur bentuk tubuhnya, Shava sesekali melihat ke lain arah, tidak ingin bertemu pandang dengan Arshya.

"Sebentar lagi ukuran dadamu akan membesar" Shava menatap Arshya tidak mengerti. Meski para dayang yang mendengar penuturan Arshya tengah berusaha menahan tawa mereka saat ini.

"Kenapa juga dadaku akan membesar?" Arahya tersenyum sambil mendekat berbisik pelan diterlinga Shava membuat wajah gadis itu memerah sempurna. Arshya berjalan menjauh dan keluar kamar Shava setelah puas menertawai Shava.

Shava mengatur nafasanya, berusaha tetap tenang. Gadis itu tersenyum sebelum akhirnya teringat sesuatu.

"Pangeran Asghar? Apa yang terjadi padanya?". Para dayang yang tengah mengukur tubuh Shava sedikit terdiam, binggung hendak berkata apa.

Akhirnya setelah cukup lama ada yang mau angkat bicara. "Beliau menghilang setelah sadarkan diri dari masa kritisnya. Tidak ada yang tau dimana Pangeran saat ini" Shava terdiam, melamun sesaat.

"Semoga dia baik-baik saja" sedikit tertunduk pelan.

"Padahal ada janji yang harus kubatalkan denganya, aku juga belum berterima kasih atas semua kebaikanya" Shava  tersenyum kecut.

"Tidak apa, toh kita akan bertemu lagi. Aku yakin Pangeran baik-baik saja". Ujar Shava pada dirinya sendiri.

"Dia baik-baik saja".

HegaEca

VOTE

Saya yakin kebanyakan dari kalian lupa sama Asghar dan udah pada hebo bilang TLL mau End dan semacamnya. Betul TLL ga lama lagi bakal End tapi siapin hati kalian ajah dulu buat baper karena konflik yang sebenarnya bahkan belum dimulai sama sekali. Alasan Jaeer benci wanita bahkan ga pernah kalian pertanyain dan cuma diketawain (Pray for Jaeer) Hahahahaha udah lah ga mau spoiler.

Vote dong yang banyak biar saya kesambet dan ngasih Chapt bonus.

The Light Of Life [TAMAT]Where stories live. Discover now