extrapart|02|

1.9K 71 0
                                    

-selamat membaca-

"coba liat!"

"engga!"

"ck pelit, kata om Eon kalau pelit kubulanya ga bisa ditutup"cibir Arfandra pada Arsion.

"yang mau meninggal emang siapa?"tanya Arsion polos.

Arfandra menghela nafas sabar, mungkin ia lebih sabar dari pada sang ibu.

Karna yg ia tanggapi adalah Arsion Defaneoza, adik yg baginya sangat menyebalkan.

"iya iya, ini liat. punya Sion lasa mangga"guman Arsion langsung menodorkan rasa ice cream miliknya.

Arfandra mengangguk, beralih menatap sang abang yg tak terganggu sama sekali.

"Punya bang Altlal, lasa apa?"tanya Arfandra penasaran, begitu juga Sion yg juga menunggu jawaban Artral.

"jeruk"jawabnya singkat, mata anak itu sama sekali tak melihat sang adik-adik.

Arfandra dan Arsion bersamaan menghela nafas bosan, mempunyai abang yg sama sekali tidak tertarik apapun.

Bahkan saat liburan kemana pun eksperesi anak laki-laki itu hanya datar, tak ada sama sekali ekspresi lain.

"Sion, kalau bang Altlal senyum. Abang bakal kasih Ice cleam ini sama kamu"ujar Arfandra menantang.

Arsion tentu tertarik, apa lagi ice cream yg dipegang Arfandra adalah rasa coklat.

Matanya melirik Artral yg masih saja tak tertarik.

"senyum? Bang Altlal manggil nama Sion aja ga pelnah"tukas Arsion sudah menyerah terlebih dahulu.

Ucapan adiknya langsung menyebabkan Arfandra tertawa kuat.

Ah rasanya ucapan Arsion seperti mencurhatkan isi hati.

"kasian.. haha"ujar Arfandra berusaha meredakan tawanya.

"emang nama bang Fandla pernah dipanggil sama bang Altlal?"

"engga"Jawab Arfandra cepat.

Jawaban Arfandra membuat Sion menatap malas pada abangnya itu, sama saja.

"ARTRAL! FANDRA! SION! MASUK KERUMAH UDAH MAU MAGRIB!"

.
.
.

"Hee siapa yg bikin pelatulan macam itu?!"tanya Arfandra dengan kesal.

Zeon menghela nafas bertubi-tubi, ia mencoba tak menunjukkan keemosianya pada sang keponakan.

Jika bersama Arfandra , kekalahan ada diletak emosi.

"matematika mana ada peraturan! Ya memang dari sana nya!"jawab Zeon kesal.

"ga peduli, Fandla mau ditambah dulu"

"Fandra, kalau ada kali tambah itu kerjain kalinya dulu!"guman Zeon masih mencoba bersabar.

BRAK!

"Fandla ga suka matematika! Bialin aja dia mati, lagi juga kenapa om Eon ngajalin matematika kali-kali?! Fandla cuma pandai belajal bahasa Jepang!"tukas Arfandra setelah mencampakkan buku hitung menghitung itu.

6 6 [END]Where stories live. Discover now