16 | Hold Me Tight

5.8K 292 4
                                    

Diana mengerti, semua yang sudah dia rusak tidak semudah itu untuk dia perbaiki. Berharap semuanya berjalan seperti biasanya adalah sesuatu yang mustahil untuk dipaksakan. Semua perlakuannya di masa lalu melewati batas.

Perasaan seseorang memang tidak ada yang tahu namun ada banyak luka yang tersimpan meski bibir tak berkata. Apalagi mengenai persoalan cinta. Cinta yang tak berbalas adalah patah hati paling menyakitkan dan Diana pernah melakukannya pada Denis.

Diana jahat pada Denis namun Denis masih mau melihatnya. Denis masih menerimanya bahkan memberinya kehangatan disaat hidupnya hancur sehancur-hancurnya.

Diana tahu semua sudah terlambat. Tapi, Diana tetap ingin memperbaiki semuanya. Diana ingin semuanya seperti dahulu. Diana takut dan ragu, tapi Diana ingin merasakan kembali cinta Denis padanya.

Diana ingin membangun keluarga yang utuh dan penuh bahagia. Hanya saja, dalam keadaannya yang sekarang, Diana rasa dia masih belum pantas untuk mendapatkan itu. Dia harus sembuh total dari semua ketakutannya, Diana harus kembali waras untuk meraih apa yang dia inginkan.

"Selamat pagi."

Diana tersentak ketika ada yang mengusap pipinya kemudian meninggalkan kecupan ringan di pipinya. Mengarahkan pandangan pada si pemilik jari yang masih setia mengusap pipinya, Diana mengulas senyum tipisnya. Denis berdiri di hadapannya dengan wajah baru bangun tidur.

Jemari Diana bergerak mengusap kotoran di mata Denis dan tanpa rasa jijik Diana mengusapkannya pada bajunya membuat Denis menarik tangannya.

"Kotor, Diana."

"Gak apa-apa, sebentar lagi aku ganti baju, ini baju yang aku pakai semalam."

Denis menatap baju Diana dan benar, baju yang Diana kenakan adalah baju yang Diana pakai semalam.

"Tetap saja kotor."

Denis membawa Diana menuju wastafel dan membasuh tangan Diana.

"Pagi-pagi ngelamunin apa? Kasihan sayurnya dianggurin," Denis melirik sayuran yang baru sedikit Diana potong karena saat dia memasuki dapur, dia menemukan Diana melamun dengan sayuran yang baru sedikit dipotong dan pisau yang tergeletak di dekat sayuran.

"Gak ada," Diana tersenyum tipis saat Denis mengeringkan tangannya kemudian menggenggam tangan Diana.

"Tatapan kamu gak bisa bohong, Diana."

Diana mengerjap dengan senyum yang mulai luntur.

"Aku ... beneran gak ngelamunin apa-apa, cuma ...."

"Cuma?"

Diana menghela nafas panjangnya dan menatap Denis lekat.

"Cuma mikirin gimana caranya kamu sama Chika baikan. Kamu pikir enak lihat kalian gak tegur sapa? Biasanya apartemen rame sama celotehan kalian mendadak sunyi. Aku juga capek bolak-balik nemenin kamu sama Chika. Chika juga jadi suka di kamar  apa-apa maunya di kamar dan minta aku yang temenin. Kamu juga begitu, apa-apa mau aku yang temenin."

Denis mengacak rambut Diana kemudian terkekeh melihat raut wajah Diana saat kesal.

"Denis!" Diana menjauhkan tangan Denis yang melepaskan ikatan rambutnya.

"Bagusan digerai."

"Tapi aku mau masak."

Tanpa berkata, Denis mengambil alih ikat rambut Diana, mengumpulkan rambut Diana kemudian mengikatnya menjadi satu. Anak rambut Diana kemudian Denis selipkan ke belakang telinga Diana.

"Aku hari ini kerjanya di apartemen," beritahu Denis membuat Diana menatapnya bertanya.

"Papa kamu bikin masalah di kantor?"

Hold Me TightWhere stories live. Discover now