30 | Hold Me Tight

5.5K 253 29
                                    

"Kamu anggap aku apa?"

Pertanyaan yang Denis lemparkan setelah Diana mengantar Renata sampai ke depan pintu membuat Diana menghentikan langkahnya. Ditatapnya dengan lekat Denis yang bersedekap dada di depannya dengan tatapan tak bersahabat.

Mendekat, Diana mengusap bahu Denis dan berkata, "Aku menganggap kamu sebagai suami aku, pemegang semua kendali termasuk hati aku."

"Kalau kamu anggap aku suami kamu, kenapa saat kamu mengidam harus ngadunya ke Renata? Kenapa bukan ke aku, padahal aku gak bakal nolak. Aku justru bahagia saat tahu kamu mengidam."

Denis kecewa pada Diana namun tatapan lembut Diana membuat Denis bergetar. Denis tidak kuasa protes dan tatapan Diana seolah mengintimidasi Denis meski Diana tidak menatapnya intimidasi.

"Dari semalam hubungan kita gak baik-baik aja, kamu pikir aku bakal berani minta sesuatu ke kamu disaat kita gak baik-baik aja."

Denis menghela nafas panjang. "Kamu meragukan aku?"

"Untuk apa aku meragukan kamu?"

"Buktinya kamu lebih mempercayai Renata daripada aku, suami kamu."

Diana menghela nafas panjang.

"Jangan tinggikan nada suara kamu. Chika belum tidur, dia masih belajar di kamarnya nanti dia terganggu karena suara kamu. Lagian gak baik buat mentalnya Chika kalau lihat orang tuanya saling adu argumen begini. Aku salah, aku minta maaf, Sayang."

Denis memandang Diana lama, sikap Diana yang begitu lembut dan sama sekali tidak terpancing emosi membuat Denis merasa bersalah. Denis payah dalam mengendalikan emosinya sehingga Diana sering kali yang mengalah. Dipeluknya Diana dengan erat yang Diana balas dengan usapan lembut di punggungnya.

"Seharian kamu mengabaikan aku karena ada Renata. Aku makan sendirian dan gak ada yang layanin aku. Biasanya aku, kamu dan Chika kumpul bareng, tapi seharian ini aku kesepian banget," Denis menyembunyikan wajahnya di leher Diana dan mengecupnya pelan.

"Maaf ya, Renata gak bolehin aku kemana-mana. Yang penting aku masakin kamu makan siang dan makan malam."

"Tetep aja rasanya beda. Biasanya kalau aku makan, kamu selalu ada dan gak pernah diam buat nyiapin semua keperluan aku. Kayaknya lain kali kita jangan kasih Renata izin main ke sini. Aku gak nyaman."

"Gak boleh begitu. Renata ke sini karena dia kangen sama Chika, kedatangan Renata juga bikin aku memiliki teman untuk bicara bukan hanya obrolan biasa, tapi juga mengenai kehamilan."

"Jadi selama ini kamu merasa gak punya teman bicara? Kamu kesepian?"

Diana menggeleng keras. Diusapnya dengan lembut bahu Denis dan tersenyum tipis.

"Bukan gitu. Aku gak merasa kesepian karena ada kamu dan Chika. Tapi kalau ada Renata, aku jadi punya banyak pembahasan, bisa soal perasaan, kehamilan, makanan dan segala hal yang berhubungan dengan urusan perempuan. Kalau aku bicarain itu ke kamu sama Chika, pastinya aku salah jalur karena kalian gak bakal ngerti. Ah, bukan gak ngerti, tapi gak minat sama bahan obrolanku."

"Kata siapa gak minat? Aku bisa jadi pendengar yang baik buat kamu."

"Bukan gitu, aku ...."

"Pada dasarnya kamu lebih milih Renata daripada aku. Kalau milih aku, otomatis kamu ngerti kalau aku gak nyaman ada Renata di sini. Aku diabaikan dan kamu lupa sama kewajiban kamu sebagai seorang istri."

"Kamu kayak gini karena kesal kedatangan Vanya diketahui Renata, kan? Tenang aja, Renata gak bakal apa-apain Vanya. Renata emang kelihatannya angkuh dan gak sopan, tapi lebih dari itu, dia punya pemikiran yang gak semua orang tahu sisi lainnya."

Hold Me TightWhere stories live. Discover now