43 | Hold Me Tight

3.9K 271 38
                                    

Terlalu berharap ternyata tak selamanya berakhir baik. Apalagi berharap pada sesama manusia yang ujung-ujungnya mendatangkan sakit. Seperti yang Diana rasakan, setelah bahagia bukan kepalang mendengar pernyataan cinta Denis, keesokan harinya dia dibuat jatuh sejatuh-jatuhnya setelah mengetahui maksud terselubung Denis.

Denis tidak mencintainya. Denis menyatakan cinta hanya untuk menahannya tidak pergi.

Kecewa dan sakit hati memang menjadi santapannya. Tetapi Diana tidak mengerti kenapa setelah mengetahui maksud Denis yang sesungguhnya rasanya sangat menyakitkan. Seolah-olah detik itu juga nyawanya ditarik paksa dari jiwanya.

Dengan tangan gemetar Diana menyentuh pundak Denis yang baru saja berbicara dengan seseorang melalui sambungan telepon. Wajah terkejut Denis saat melihatnya membuatnya tanpa sadar menitikkan air mata. Denis terkejut karena kebusukannya akhirnya diketahui olehnya.

"Diana."

"Terima kasih ya, udah bikin aku bahagia kemarin. Seharusnya aku sadar, aku ini siapa bagi kamu. Bukan malah kebawa perasaan."

Diana mengusap kasar air matanya. Melihat tatapan Denis yang berubah datar membuatnya tidak mampu sehingga yang dilakukannya adalah, berhambur ke pelukan Denis. Menumpahkan tangisnya di pelukan Denis meski Denis tidak membalas pelukannya.

"Aku pikir semua yang kamu lakukan ke aku karena kamu benar-benar mencintaiku, tetapi aku salah. Kata cintamu hanya untuk menahanku di sini. Maafin aku yang udah kebawa perasaan. Maaf, Denis."

Diana mengeratkan pelukannya saat Denis berusaha melepas pelukannya. Diana tak kuasa menatap Denis. Dia malu karena begitu mudah termakan perkataan Denis.

"Lepas, Diana."

Diana tidak mengindahkan perkataan Denis. Diana semakin mengeratkan pelukannya, tidak peduli Denis yang kesusahan nafas. Yang dia lakukan tidak lebih untuk menenangkan dirinya. Berharap dengan memeluk Denis mampu membuatnya sedikit waras. Dia bukan lagi remaja seharusnya dia menghadapi kenyataan ini dengan dewasa, bukan menangis tersedu seperti ini. Nyatanya, sekuat apapun Diana menahan, dia juga manusia yang memiliki titik lemah dalam dirinya dan inilah salah satu titik kelemahannya. Dibahagiakan dalam waktu singkat dan disakiti dalam waktu cukup panjang.

"Dengarkan aku, kamu salah paham."

Dengan cara kasar Denis berhasil melepaskan pelukan Diana. Ditangkupnya wajah Diana yang basah oleh air mata.

"Bagian mana yang salah paham? Aku dengar semuanya. Tanpa kamu harus bertindak sejauh ini, aku pasti gak bakal pergi karena aku mikirin nasib anak kita yang belum lahir. Apalagi aku takut sama kamu. Kamu orangnya nekat dan memiliki banyak cara agar aku tunduk ke kamu. Kamu tega nyerempat aku yang lagi hamil udah lebih dari cukup bikin aku takut, Denis."

Denis menghela nafas panjang. Dalam keadaan seperti ini, kenapa dia benci melihat air mata Diana?

"Diana ... belum waktunya untuk ...."

"Untuk apa? Untuk nyakitin aku lebih parah lagi?"

Denis menggeram. "Kamu tidak tahu apa-apa, lebih baik diam."

"Gimana aku tahu kalau kamu gak kasih tahu aku apa pun."

Denis menuntun Diana ke sofa. Dibawanya Diana ke pangkuannya dan jemarinya dengan lincah menghapus air mata Diana.

"Kenapa kamu menjadi cengeng?"

Diana memalingkan wajahnya dan menjauhkan tangan Denis yang berusaha meraih wajahnya.

"Aku kasih tahu kamu, aku gak yakin kamu bakal ngerti."

Diana menatap Denis yang memijat keningnya diiringi helaan nafas panjang. Melupakan kekecewaannya, Diana menarik tangan Denis yang memijat keningnya. Kerutan di kening Denis diusap lembut oleh Diana. Hingga tatapannya bertemu dengan Denis yang menatapnya lekat.

Hold Me TightWhere stories live. Discover now