60 | Hold Me Tight

5.2K 129 6
                                    

Di weekend kali ini tiba-tiba Diana ingin jalan-jalan, menikmati minggu pagi di taman kota dan menikmati jajanan pedagang kaki lima. Denis tentu tidak menolak, hanya saja dia menolak ketika Diana ingin menikmati jajanan kaki lima. Denis tidak mau Diana makan sembarangan dan terjadi sesuatu pada calon anak mereka. Namun Denis menelan penolakannya itu ketika melihat reaksi Diana.

Selayaknya orang yang bertahun-tahun tidak melihat dunia luar. Reaksi Diana membuatnya tidak mau merusak suasana. Mau tidak mau menuruti apa yang Diana inginkan. Berbeda dengan sang putri yang justru membeli berbagai mainan yang ditemui sepanjang taman kota.

"Enak banget. Kamu mau?" Diana menyodorkan makanan bulat yang ditaburi bumbu balado pada suaminya. Ingin menolak, tapi raut wajah bahagia Diana membuat Denis enggan untuk merusaknya. Mau tidak mau dia menerima suapan istrinya.

"Enak gak."

"Enak."

"Jadi setiap minggu kita wajib ke sini. Seru banget, ada banyak makanan yang memanjakan lidah," Diana bersandar di bahu Denis dan menikmati makanannya seraya menatap sang putri yang memilih duduk di atas rerumputan, memainkan mainan barunya. Putrinya itu sangat antusias memainkan mainan barunya membuatnya terkekeh sendiri melihat tingkah menggemaskan sang putri.

"Chika kelihatan bahagia banget. Kamu gak ada alasan lagi buat nolak ke sini setiap minggu."

Denis menarik pipi Diana. "Jangan jadikan anak kita sebagai kambing hitam. Bilang aja kalau kamu yang mau ke sini setiap minggu biar bisa beli makanan banyak. Udah berapa bungkus makanan yang udah kamu habisin?"

Pipi Diana bersemu dan menatap lipatan plastik yang digenggam suaminya karena posisi mereka jauh dari tempat sampah. Jadi dikumpulkan saja dulu sampahnya baru dibuang ke tempatnya setelah semua makanannya habis. Sejauh ini baru lima bungkus makanan yang berhasil dia habiskan. Dia benar-benar kalap saat melihat jejeran pedagang kaki lima dengan segala jenis dagangannya yang membuat Diana tidak sabar untuk mencicipinya.

"Kamu takut uangnya habis ya?"

Denis berdecak dan dengan gemas mengarahkan tangan istrinya ke mulutnya sehingga makanan yang hendak dimakan istrinya itu mengarah padanya.

"Kamu mau beli sama gerobak-gerobaknya gak bikin dompet aku kesepian. Masalahnya, kamu belum sarapan malah makan makanan ringan. Dihitung-hitung kamu beli 10 macam makanan. Kalau gini yang ada kamu gak makan nasi."

Kini, giliran Diana berdecak. "Aku tetap makan nasi kok, nanti kalau udah sampe rumah. Ini cuma sebagai pengganjal lapar saja."

Denis memilih mengalah dan membiarkan Diana memuaskan diri dengan makanan pedagang kaki lima. Menerima saat Diana menyuapinya meski dia kurang suka hingga kunyahannya terhenti ketika mendengar pertanyaan Diana.

"Keluarga kamu gimana ya, kabarnya?"

Sontak dia memberi jarak pada Diana, nyaris Diana terjatuh karena posisinya tengah bersandar di bahunya namun kedua tangannya dengan cepat menahan bahu Diana. Dia menatap Diana tajam, mengabaikan keterkejutan Diana karena perubahannya.

"Kamu bilang-bilang dong, kalau mau jauh-jauh. Hampir aja aku jatuh, gimana kalau aku kenapa-kenapa," gerutu Diana mengusap dadanya yang berdebar. Wajahnya pias membayangkan perut buncitnya menghantam tanah yang ditumbuhi rumput itu.

"Kenapa kamu masih mikirin mereka?"

"Aku cuma tanya aja," jawab Diana masih mencoba merilekskan dirinya dan tidak terlalu memikirkan pertanyaan suaminya, dia asal menjawab saja sehingga tidak menyadari perubahan raut wajah Denis. Tatapannya justru mengarah pada putrinya.

"Jangan tanya apapun yang berhubungan dengan mereka."

"Kenapa? Mereka masih keluarga kamu. Lupakan kesalah ...."

Hold Me TightWhere stories live. Discover now