48 | Hold Me Tight

4.2K 289 11
                                    

Setelah membubuhkan tanda tangan di berkas kepemilikan perusahaan, Diana kembali dikejutkan dengan kenyataan jika orang tuanya disekap oleh Papa Denis. Denis sendiri yang mengatakannya saat mereka tiba di apartemen. Lebih mengejutkannya lagi, setelah Denis memberitahunya tentang penyekapan orang tuanya, tiba-tiba ada yang menghubungi Denis.

Setelah mematikan sambungan telfon, Denis bergegas membuka pintu apartemen saat terdengar bunyi bel. Penasaran siapa yang datang, Diana menyusul Denis dan saat mendekati Denis, sontak tubuhnya melemas melihat dua orang yang berdiri di belakang Denis.

"Apa kamu senang?" Tanya Denis mendekatinya dan merengkuhnya yang nyaris kehilangan pijakannya.

Di hadapannya ada orang tuanya yang menatapnya sendu dan penuh kerinduan. Namun yang menarik perhatiannya adalah, tubuh kurus orang tuanya. Sepertinya Papa Denis benar-benar memperlakukan orang tuanya dengan buruk

Diana merindukan orang tuanya. Tetapi sekelebat kejadian di masa lalu muncul begitu saja dalam ingatan. Alih-alih mendekat dan mendekap orang tuanya penuh kerinduan, Diana justru berdiri mematung dengan satu tangan melingkari pinggang Denis dan secara tak sadar meremas baju Denis bagian punggung.

"Diana, kamu baik-baik saja kan, Nak? Kami ... kami merindukanmu," lirih Mama Diana hendak mendekati putri semata wayangnya penuh kerinduan. Melihat respon putrinya yang jauh dari bayangannya, sontak Mama Diana menghentikan langkahnya dan menatap Diana penuh kepedihan. Rupanya putrinya masih terperangkap kepedihan di masa lalu.

"Lebih baik kalian beristirahat. Pelayan akan menunjukkan kamar kalian."

Tanpa menunggu respon orang tua Diana, Denis membawa Diana memasuki kamar. Diana belum bisa berdamai dengan masa lalunya. Butuh waktu untuk membuat Diana kembali dekat dengan orang tuanya. Entah dalam waktu berapa lama, mengingat jika luka yang ditorehkan orang tua Diana cukup dalam.

"Kenapa kamu bawa mereka ke sini?" Tanya Diana setelah memasuki kamar dan mengunci pintunya.

"Kamu tidak merindukan mereka? Apa kamu ingin mereka terus-terusan menjadi tawanan Papaku hingga mati membusuk?"

Diana menggeleng pelan. "Mereka tidak boleh mati," lirihnya dengan mata berkaca-kaca.

"Bisa saja aku membelikan mereka tempat tinggal yang baru. Bukannya aku pelit, alasanku membawa mereka ke sini karena kamu."

"Aku gak minta mereka ke sini."

"Kamu memang tidak memintanya. Tetapi aku menginginkan mereka berada di dekatmu. Kamu lagi hamil, udah jalan tujuh bulan. Meskipun aku memperkerjakan pelayan sebanyak apapun itu, tetap saja mereka pelayan, orang asing buat kamu. Beda lagi kalau itu orang tua kamu. Kamu bisa memiliki teman dan sandaran, apalagi saat menjelang kelahiran kamu bisa menjadikan orang tua kamu salah satu semangat kamu dalam melahirkan anak kita. Bukannya aku gak semangati kamu. Tanpa kamu minta, aku bisa menjadi penyemangat kamu. Hanya saja aku yakin jika kehadiran orang tua di moment bersejarah dalam hidup jauh lebih mengesankan."

"Aku ... takut."

Lirihan Diana membuat Denis mengeratkan pelukannya.

"Apa yang kamu takutkan? Mereka orang tua kamu, Diana. Yang memberikan kasih sayang tak terhingga kepada kamu."

Hening sejenak sebelum akhirnya Denis merasakan Diana meremas tangannya.

"Pukulan ... aku takut," lirih Diana nyaris tak terdengar membuat Denis mengusap punggung Diana, menenangkan Diana yang mulai terisak.

"Apa saja yang mereka lakukan ke kamu?"

Nada suara Denis melembut dan mengarahkan tatapan Diana padanya.

Hold Me TightWhere stories live. Discover now