08. Harsa

2.4K 313 8
                                    


.
.
.
.
.
Pemuda dengan tatapan mata tajam itu hanya menatap bingung pada sang ayah saat tiba-tiba sang ayah memanggil nya. Cukup aneh menurutnya karena selama ini sang ayah hampir tidak pernah mengajaknya berbicara berdua.

"Ada apa pak? Harsa buat salah?" Harsa sedikit takut saat menatap wajah sang ayah.

"Kemasi barang-barang pribadi mu, minggu depan kamu pindah ke malang!" Harsa mengerjap beberapa kali, sebelum menatap nanar pada sang ayah.

"Bapak ngusir Harsa?"

"Saya sudah beberapa kali ngusir kamu, tapi kamu aja yang ngeyel." Harsa menunduk saat mendengar ucapan sang ayah.

"Kalau Harsa di usir, Harsa mau tinggal dimana pak?"

"Ya mana saya tau, lagi pula saya gak peduli. Minggu depan pergi ke alamat itu, cari aja rumah Arjuna Bratadikara. Kamu bakal tinggal disana!" Harsa tidak bisa lagi mengucapkan kata-kata. Meskipun terlalu sering mendengar ucapan kasar sang ayah tapi kali ini Harsa benar-benar di buat tidak bisa menjawab.

"Sana keluar, selesaikan pekerjaan kamu." Harsa mengangguk dan bergegas keluar sebelum ada teriakan yang dia dengar dari luar ruangan.

"Ini rumah siapa?"
.
.
.
.
.
Harsa Taraka Zayyan

Namanya punya arti anak laki-laki bermata bintang yang indah dan dikelilingi kebahagiaan. Sang eyang yang memberi nama tentu saja berharap jika cucu keduanya selalu di kelilingi kebahagiaan dalam hidupnya.

Namun nyatanya dalam kehidupan Harsa sangat jauh dengan namanya bahagia. Harsa tinggal dengan ayah dan keluarga baru nya, memiliki saudara perempuan yang sangat di sayang oleh ayah nya dan sering mengadu tentang hal yang tidak pernah dilakukan Harsa.

Harsa sering mendapat hukuman, entah karena dia memang bersalah atau tidak. Yang pasti Harsa hanya akan menerima hukuman. Bahkan semua pekerjaan rumah semua harus Harsa yang bereskan.

Jika boleh jujur Harsa pernah memiliki niat kabur, namun Harsa ingat dia bahkan tidak punya cukup uang untuk menyewa kamar kos. Harsa tidak di perbolehkan bekerja, dan hanya boleh keluar rumah jika berbelanja kebutuhan rumah, selebihnya Harsa adalah tahanan rumah.
.
.
.
.
.
"HARSA, KAMAR KU BELUM KAMU BERSIHIN!!" Harsa menghela nafas panjang sata mendengar teriakan Kania, saudara perempuannya.

"Tapi pagi udah aku bersihin." Kania melotot tajam saat Harsa menjawab nya.

"AYAHHH!! LIHAT HARSA GAK MAU BERESIN RUMAH!!" Harsa hanya memasang wajah datar saat Kania mengadu, sudah terlalu biasa bagi Harsa.

"HARSA CEPAT BERESIN RUMAH ATAU KAMU GAK DAPAT MAKAN HARI INI!"

Hari-hari Harsa selalu saja di iringi oleh teriakan dari ayah, ibu dan juga saudara nya. Tidak ada hari tenang bagi pemuda itu, karena mereka tidak akan membiarkan Harsa tenang.

"Bunda, gak mau gitu jemput Harsa? Capek lama-lama tinggal sama keluarga bapak." Harsa menghela nafas dan mulai membereskan kamar Kania kembali.

"Untung minggu depan aku bisa keluar dari sini, semoga aja mereka baik. Biarin deh di buang juga sama bapak, asal telinga sama badan ku aman."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.

Harsa Taraka Zayyan

- 25 tahun- Cucu kedua- Satu-satunya cucu yang datang sendirian- Kalem- Agak susah adaptasi sama orang yang baru di kenal, meskipun itu sepupu nya sendiri- Gak suka ribut, makanya tiap ada yang ngajak debat selalu ngalah- Satu-satunya yang masih c...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- 25 tahun
- Cucu kedua
- Satu-satunya cucu yang datang sendirian
- Kalem
- Agak susah adaptasi sama orang yang baru di kenal, meskipun itu sepupu nya sendiri
- Gak suka ribut, makanya tiap ada yang ngajak debat selalu ngalah
- Satu-satunya yang masih canggung kalau ngobrol sama adik-adiknya
- Selalu jadi pusat perhatian sepupu-sepupunya yang lain
- Gak bisa diem, ada aja yang bakal di kerjain
- Satu-satunya Cucu yang di kasih perhatian lebih sama eyang dan om juga tante nya

"Harsa udah besar, eyang bahkan gak pernah liat Harsa tumbuh."

"Sa, makan dulu. Biarin itu nanti aku yang beresin."

"Mas Harsa, itu tugas nya Wildhan jangan di kerjain juga, nanti Wildhan di marahi mas Saga!"

.
.
.

Bratadikara's houseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang